Metode Respon Fisik Total


Metode Respon Fisik Total


1.   Sejarah Metode Respon Fisik Total

Merupakan konsep pendekatan pengajaran bahasa yang di ciptakan oleh prof James Asher seorang psikologi dari Sanjose State College AS, pada pertengahan tahun 60an, dia memulai eksperimen pengajaran bahasa dengan memanfaatkan grerakan tubuh, berbagai bahasa telah di coba olehnya, menurut Asher dalam mempelajari bahasa asing orang dewasa akan berhasil kalau ia meniru cara belajar anak ketika mempelajari bahasa ibunya. Metode ini di hubungkan dengan teori pengusutan (trace theory) ingatan dalam psikologi yang berpendapat bahwa semakin sering atau semakin intensif suatu hubungan ingatan di telusuri, maka semakin kuat pula assosiasi ingatan itu dan semakin mudah pula yang di timbulkan dan di ingat kembali penelusran atau penyusutan ulang dapat secara verbal.[1]

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode respon fisik total merupakan suatu metode pengajaran bahasa yang di bangun berdasarkan koordinasi sebuah tindakan praktek, dan metode ini berupa pengajaran bahasa melalui tindakan kegiatan fisik (gerakan) dimana bahasa diajarkan dengan cara mengaktifan gerakan tubuh seluruhnya, pedekatan ini di tobah ilmu psikologi perkembangan serta teori pembelajaran.

Secara umum metode dapat diartikan sebagai cara melakukan sesuatu secara khusus, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara atau pola yang khas dalam memanfaatkan berbagai prinsip dasar pendidikan serta berbagai tekhnik dan sumber daya terkait lainya agar terjadi proses pembelajaran pada diri pembelajar, prinsip dasar pendidikan yang di maksudkan diantaranya orinsip psikologis pendidikan dan prinsip padagogis, sedangkan teknik yang terkait dengan pembelajaran diantaranya teknik komunikasi dan teknik pengelolaan atau manajemen pendidikan. [2]

Dalam pengertian tersebut bawasanya dapat diartikan metode merupakan suatu cara mengajar agar dapat meningkatkan keefektifan didalam proses belajar yang sesuai dengan prosedur yang ditetapkan.

2.  Cara Praktek Metode Respon Fisik Total

Dalam proses pembelajaran bahasa dengan metode ini para pengajar harus dapat berperan sebagai pengarah semua tingkah laku peserta didi, peserta tidak boleh dipaksa untuk mengungkapkan sesuatu apabila mereka belum siap, kemampuan  menyimak memegang peranan penting dalam kegiatan berbahasa, oleh karena itu kemampua ini harus di kebangkan secara optimal, pemahaman dalam ketrampian berbicara serta mengingat .

Fase proses pembelajaran dengan metode ini sebagai berikut:

1.      Pengajar member perintah kepada beberapa peserta didik kemudian memperagakan bersama-sama.

2.      Peserta didik memdensmontrasikan perintah dalam pembelajaran.

3.      Peserta didik belajar membaca dan menulis perintah.

4.      Pesera didik belajar memberi perintah.

Keutamaan dari metode tersebut dapat di simpulkan metode respon fidik total merupakan sebuah metode yang berupa gerakan disertai daya ingat para peserta didik agar semua anggota tubuh secara aktif dapat merespon sebuah perintah bahasa yang dilakukan oleh pengajaran, jadi metode pembelajaran tersebut pada dasarnya hanya berfungsi sebagai bimbingan agar siswa belajar dengan sesuai bakat dan ketrampilan masing-masing, setiap metode pembelajaran menekankan pada proses belajar siswa secara aktif dalam upaya memperoleh kemampuaan hasil belajar metode pembelajaran yang di pilih tentunya menghindari upaya penuangan ide kepada siswa.[3]

 Karena setiap guru seharusnya memikirkan bagaimana cara membuat siswa dapat belajar secara optimal yakni dapat di capai jika siswa aktif di bawah bimbingan guru yang aktif pula.

Richard dan Rogers menyatakan bahwa Asher tidak secara langsung menjelaskan tentang hakikat bahasa dan bagaimana bahasa itu tertata mereka menyimpulkan bahwa bahasa dalam metode ini di anggap sebagai sekumpulan aturan bahasa dan bahwa bahasa terdirfi dari bagian-bagaian bahasa,hal ini menyiratkan bahwa bahasa dapat di ajarkan dengan di organisir berdasarkan tata bahasa atau berdasarkaan butir-butir kosakata, metode ini juga menganggap kata kerja (terutama perintah) sebagai sentral, kata kerja perintah (fiil amar) adalah bentuk kata kerja yang paaling penting diajarkan karena semua siswa dari berbagai usia bias cepat memahami bahasa target melalui perintah perintah[4]

Dalam kesimpulan ini bisa diartikan bahwa lebih ditekankan dari Bahasa lisan dibandingkan bahasa tulisan karena bahasa lisan dan tulisan dianggap berbeda meskipun Asher tidak secara rinci menjelaskan urutan keterampilan berbahasa yang harus dikuasai dalam metode ini agar para siswa dapat mempelajari bahasa setelah mereka dapat melaksanakan perintah-perintah.

Dan pada selanjutnya dari metode ini dicapai melalui proses penghafalan dan pemahaman kosakata yaitu melalui interaksi kepada guru serta kegiatan pembelajaran bahasa Arab, karena perbedaan antar metode diharapkan dapat menjelma dalam pemilihan aktifitas di kelas proses pembelajaran ini berfokus pada aktifitas yang di rancang untuk pengembangan proses psikoanalitik tentang pengusaan kosakata.

Belajar suatu bahasa bersifat sekuensial (berurutan) mempelajari bahasa asing serupa dengan mempelajari bahasa ibu ada suatu urutan biologis baik dalam mempelajari bahasa asing maupun mempelajari bahasa pertama,urutan itu dapat diamati ketika anak-anak belajar bahasa ibunya pembelajaran bisa berlangsung ketika siswa mengamati tindakan-tindakan dan melaksanakan tindakan tersebut karena tidak semua siswa dalam kelas  dapat melaksanakan tindakan-tindakan bersama guru, maka siswa yang lain di dalam kelas perlu mengamati tindakan dan mendengarkan perintah-perintah, cara belajar demikian didasarkan pemahaman bahwa para siswa yang mengamati tindakan juga terlibat dalam pembelajaran .

Metode ini juga mendasarkan diri pada pemahaman tentang potensi fungsi otak kanan dan kiri, aktifitas motorik yang merupakan fungsi otak sebelah kanan harus mendahului pengolahan bahasa yang merupakan potensi otak sebelah kiri.

3.     Desain Metode Respon Fisik Total

Tahap pertama pelajaran adalah penyajian materi. Guru memberi perintah kepada beberapa orang siswa, lalu melaksanakan tindakan-tindakan bersama dengan mereka,pada tahap ke dua, para siswa tersebut menunjukan bahwa mereka dapat memahami perintah-perintah tersebut dengan melaksanakanya langsung sendirian,para siswa yang tadinya hanya mengamati juga mempunyai peluang untuk menunjukan pemahaman mereka, guru kemudian mengkombinasikan ulang unsur-unsur perintah agar para siswa mengembangkan fleksibilitas mereka dalam memahami ucapan-ucapan yang tidak familier, perintah-perintah yang di laksanakan oleh para siswa.

Setelah belajar mereaksi beberapa perintah lisan, para siswa tersebut belajar untuk membaca dan menulisnya, ketika siswa sudah siap untuk berbicara, kegiatan pembelajaran terus diperluas termasuk dengan komedi pendek dan aneka permainan, latihan dalam bentuk memberi perintah dan melakukan perintah merupakan aktifitas utama dalam kelas yang menggunakan Metode Respon Fisik Total, perintah-perintah itu pada umumnya digunakan untuk menimbulkan tindakan- tindakan dan aktifitas fisik dari para siswa, Tanya jawab atau percakapan di tunda sampai setelah sekitar 120 jam pelajaran aktifitas kelas lain termasuk bermain peran dan penyajian slide, bermain peran terpusat pada situasi kehidupan sehari-hari, seperti diruang makan, supermarket, atau di pasar.

Dalam metode ini guru memainkan peran sebagai pengarah yang aktif. Gurulah memutuskan apa yang apa yang harus diajarkan, dialah yang menjadi model dan menyajikan materi pelajaran yang baru, dan dialah yang memilih materi pendukung untuk di gunakan dalam kelas. Namun demikian guru harus lebih banyak memberikan peluang kepada siswanya, guru bertanggung jawab untuk menyediakan jenis pajanan bahasa terbaik agar siswa dapat menginternalisasi ketentuan dasar dari bahasa sasaran, dengan demikian guru harus mengendalikan bahasa yang akan di terima siswa, menyediakan bahan baku ‘peta teori’yang akan siswa bangun dalam dalam benak mereka.

Dalam memberi umpan balik kepada siswa, guru harus mengikuti cara orangtua dalam memberi umpan balik kepada anak-anak mereka.

Pada mulanya orang tua mengoreksi sangat sedikit, tetapi ketika anak bertumbuh dewasa, orang tua akan mengurangi toleransinya terhadap kesalahan anak mereka dalam berbicara, dengan cara yang sama, para guru perlu menahan duru dari terlalu banyak koreksi pada langkah-langkah awal dan mestinya tidak menyela untuk mengoreksi kesalahan siswa, karena hal itu akan menghalangi siswa.

Dalam metode ini secara umum tidak ada teks pokok (Nash Asasi) pelajaran. Maka berbagai benda dan realia memainkan peran penting, untuk siswa yang benar-benar pemula, pengajaran bisa jadi tidak memerlukan pemakaian materi pengajaran,karena suara guru, tindakan-tindakannya dan isyarat-isyaratnya sudah menjadi dasar yang cukup untuk aktifitas kelas, kemudian guru bisa menggunakan benda-benda yang biasa ada dalam kelas, seperti, buku, pena, piala dan mebel. Ketika pelajaran sudah berkembang guru perlu membuat atau mengumpulkan bahan-bahan untuk mendukung pengajaran. Benda-benda tersebut termasuk gambar, slide dan daftar kata, pengembang metode ini telah mengembangkan kotak-kotak yang berisi benda-benda yang yang terkait dengan situasi-situasi tertentu, seperti rumah, supermarket dan  pantai. Para siswa bisa menggunakan kotak-kotak itu untuk membangun setting pengajaran. Prosedur dan teknik pengajaran metode respon fisik total terdapat dua teknik utama yang dapat di gunakan dalam metode respon fisik total, yaitu teknik memperkenalkan (Introduce technique) dan teknik bekerja (woking technique) Teknik memprkenalkan maksudnya cara-cara yang digunakan untuk memperkenalkan perintah atau kosakata baru kepada para siswa untuk pertama kalinya, teknik bekerja  mengacu pada cara-cara yang digunakan untuk menjelaskan atau mengkombinasikan perintah-perintah serta kosakata pendukung yang telah diperkenalkan kepada para siswa untuk peningkatan dalam bahasa sasaran.

 Berikut ini adalah teknik-teknik untuk memperkenalkan kosakata atau perintah baru dalam metode respon fisik total:

1. Guru mengucapkan dan memeragakan perintah-perintah untuk para siswa, para siswa melaksanakan perintah itu dengan mendengarkan guru dan dengan melakukan apa yang guru lakukan.

2. Guru menciptakan situasi-situasi dimana seorang siswa harus memilih antara dua kosakata, siswa telah mengetahui satu kata dengan baik sehingga, melalui proses penghapusan, kata yang lain dengan segera dapat di ketahui.

3. Dengan pengenalan sebuah kata baru, siswa harus memilih satu kata yang dia kenal dari tiga kosakata, jika dia menebak kata yang salah, maka dia harus mencoba lagi, jika terkaanya benar maka dia akan mendapat penghargaan berupa pujian dari gurunya.

4. Guru memperkenalkan suatu kata baru dengan cara yang sangat jelas dan nyata kepada siswa, apakah dengan memeragakan atau melalui isyarat atau dengan tanda-tanda lainya.

5. Guru memperkenalkan kosakata baru dengan meragakan perintah-perintah dari kaset. Guru merekam suaranya sendiri lalu mengikuti setiap perintah yang terdengar tetapi kadang-kadang guru juga sengaja merespon dengan salah satu kata yang yang kemudian di koreksi oleh suara yang ada di tape.

Para siswa duduk dalam posisi setengah lingkaran di sekeliling guru, guru menyuruh mereka diam mendengarkan perintah-perintah dan kemudian melakukan dengan tepat apa yang di suruh oleh guru para siswa didorong untuk memberikan respon secara tepat dan tanpa ragi-ragu. Misalnya kalau guru memerintahkan siswa “MAJU” dengan mengatakan” تقدم ” maka para siswa maju dengan bersemangat. Perintah-perintah lain misalnya:     اخرج-  اجلس-ادخل-  قم - امشئ  - توقف”

Akan di laksanakan secara berurutan, guru secara simulan melaksanakan perintah itu di sertai oleh dua orang siswa yang duduk di sampingnya. Hal ini di ulangi beberapa kali sampai para siswa yang duduk di sampingnya itu mantap benar dan para siswa secara individual menyatakan bahwa mereka ingin mencobanya sendiri tanpa gerakan guru sebagai model. Berikutnya perintah-perintah di perluas dengan kalimat lengkap seperti:

إمش الى الباب

Setelah para siswa mempelajari lebih banyak kosakata dengan cara ini maka hah- hal baru pun diperkenalkan dan sang guru mulai menggunakan intruksi yang lucu-lucu, aneh dan amat jenaka untuk menarik serta meningkatkan minat menghafal kosakata para siswa. Kata-kata benda dan kata kerja (baru) diperkenalkan misalnya:

إغسل يدك و أطلب منشفتك

Berikutnya guru atau instruktur mengemukakan pertanyaan-pertanyaan sederhana yang dapat di jawab oleh siswa dengan gerakan, misalnya dengan cara menunjuk, misalnya:

أين معجون أسنانى؟ يشير الطالب الى معجون أسنانى

Sesudah kira-kira sepuluh jam latihan dalam menyimak, maka para siswa di undang tetapi tidak dipaksa dan atau ditekan berganti peran dengan guru dan memberikn perintah mereka, sang guru pun melakukanya sebagai responsi terhadap perintah para siswa, setelah hal ini di laksanakan dengan baik dan berhasil maka kira-kira 20% dari seluruh waktu kelas di gunakan dalam pertukaran jenis ini, kemudian bermain peran singkat di siapkan dan di perankan oleh para siswa dan selanjutnya situasi-situasi pemecahan masalah pun diiginkan.

4.  Keunggulan dan Kelemahan Metode Respon Fisik Total

a.      Keunggulannya

Metode ini memang mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengaktifkan para siswa karena situasi dalam kelas memang hidup. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengujicobakan ketrampilan-ketrampilan, mereka dengan cara yang kreatif. Disamping itu ada beberapa keunggulan lain dari metode ini, diantaranya:

1.      Pembelajaran bahasa terasa menyenangkan bagi guru dan siswa.

2.      Siswa merasa terbebas dari perasaan tertekan (stres) ketika belajar.

3.      Siswa mempunyai ingatan jangka panjang atas apa yang sudah di pelajarinya,hal itu di karenakan pembedayaan potensi otak kanan dan otak kiri

4.      Metode ini memungkinkan kebermaknaan dalam belajar bahasa target

5.      Penundaan berbicara sampai pelajar cukup mengenal dan mengerti bahasa    target melahirkan kepercayaan diri siswa.

6.      Dengan penekananya pada pemahaman metode ini dapat dengan mudah di gabungkan dengan metode-metode lain yang berdasarkan pendekatan komunikatif.

b.      Kelemahan

Metode ini lebih jelas meletakan tekanan pada keterampilan-keterampilan berbicara dari pada ketrampilan lainya, dengan demikian maka pengembangan kecakapan dalam bidang ketrampilan lainya akan terlambat kalau pendekatan ini di pakai secara eksklusif sepanjang waktu. Di samping itu ada beberapa kelemahan lain yang perlu diantisipasi dari metode ini di antaranya:

a.       Aturan dalam bahasa begitu kompleks, sehingga bentuk bahasa dapat di ajarkan dengan menggunakan perintah.

b.         Beberapa orang siswa merasa enggan ketika diminta untuk memeragakan suatu gerakan, pelajar dewasa terutama akan merasa tidak nyaman atau merasa di persukar dlm kelas yang menggunakan metode itu.

c.       Teknik pengajaran bahasa asing dalam metode ini lebih cocok dan terbatas unntuk pengajaran tingkat pemula.

d.        Penerapan metode ini memerlukan guru-guru yang mampu berbicara dalam bahasa target dengan baik dan bermakna, dan tidak hanya struktur saja.[5]

Jadi kesimpulan metode ini adalah sebuah metode pengajaran bahasa yang bertujuan untuk mengajarkan bahasa melalui aktifitas fisik, medode ini di kembangkan oleh seorang ilmuan yang bernama James Asher. Seorang propesor psikologi unirfisitas Sanjose California AS. Metode ini  berupa berkaitan dengan memberi didalam psikologi yang menjelaskan jika hubungan memori lebih sering terdeteksi asosiasi memeori menekankan pengembangan kemampuan melalui asosiasi gerak dengan makna sebelum kemampuan sebelum berbicara dan berbahasa dengan karakter demikian metode ini percaya bahwa: sebuah pengajaran berbicara harus smpai kemampuan memenuhi terbentuk dalam menghafal kosakata, kemampuan memahami dapat menguatkan kemampuan produktifitas dalam memepelajari suatu bahasa.semua itu dapat diharapkan dapat mendorong keberhasilan guru dan proses belajar.




[1]Azis Fahrurozzi dan Erta Mahyudin, Penbelajaran Bahasa Arab, (Jakarta:Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI), h. 108

[2] Sujai, inofasi pembelajaran bahasa arab,(semarang: Walisongo Press, 2008), h.19

 [3]Soeparlan kusyadi, Strategi Belajar Dan Pembelajaran, (Tanggerang, Pustaka Mandiri, 2008), h. 10

[4] Sumiati, Asra, Metode Pembelajaran Bahasa, (Semarang: Walisongo press, 2001).h. 92

[5] Azis Fahrurozzi dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI).h.114.

[5] Azis Fahrurozzi dan Erta Mahyudin, Pembelajaran Bahasa Arab, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama RI).h.114.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar