Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar


Klasifikasi strategi  belajar mengajar
strategi  belajar mengajar


menurut  Tabrani Rusyan dkk, dalam  djamarah(2002) , terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan diklasifikasikan seperti berikut: 1. konsep dasar strategi belajar mengajar, 2 sasaran kegiatan belajar, 3. belajar mengajar sebagai suatu sistem, 4.hakikat proses belajar, 5. entering behavior siswa, 6.pola-pola belajar siswa, 7. memilih sistem belajar mengajar, 8. pengorganisasian kelompok belajar, 9. pengelolaan atau implementasi proses belajar mengajar.

    Klasifikasi  di atas akan diuraikan secara singkat satu persatu berikut ini

1. Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar

Seperti telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, bahwa konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal hal: a) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku, 6) menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar, c) memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar, dan d) menerapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar,  lihat pengertian strategi belajar mengajar

2. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar

Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran atau tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat operasional dan konkret, yakni Tujuan Instruksional Khusus dan Tujuan Instruksional Umum, tujuan kurikuler, tujuan nasional, sampai kepada tujuan yang bersifat universal Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran akhir kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap sasaran-antara serta sasaran-kegiatan. Sasaran itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian yang didambakan Pada tingkat sasaran atau tujuan yang universal, manusia yang diidamkan tersebut harus memiliki kualifikasi : a) pengembangan bakat secara optimal, b) hubungan antar manusia; c) efisiensi ekonomi, dan d) tanggung jawab selaku warga negara.    

3. Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sistem

Belajar mengajar selaku suatu sistem instruksional mengaca kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku suatu sistem, belajar mengajar meliputi suatu komponen, antara lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi Agar Tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus diorganisasikan sehingga antarsesama komponen terjadi kerja sama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan evaluasi saja, tapi ia harus mempertimbangkan komponen secara keseluruhan Berbagai persoalan yang biasa dihadapi oleh guru antara lain adalah a Tujuan-tujuan apa yang mau dicapai. b.Materi pelajaran apa yang diperlukan, c Metode, alat mana yang harus dipakai, d Prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.
Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing. perantara sekolah dengan masyarakat, administrator, dan lain-lain.

  4. Hakikat Proses Belajar

  Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar mengajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah perubahan

5. Entering Behavior Siswa

Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perubahan perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional, maupun secara behavior. Yang dipersoalkan adalah kepastian bahwa tingkat prestasi yang dicapai siswa itu apakah benar merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan. Untuk kepastiannya seharusnya guru mengetahui tentang karakteristik perilaku anak didik saat mereka mau masuk sekolah dan mulai dengan kegiatan belajar mengajar dilangsungkan, tingkat dan jenis karakteristik perilaku anak didik yang telah dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar. Itulah yang dimaksudkan dengan Entering Behavior Siswa
Menurut Abin Syamsuddin, entering behavior akan dapat diidentifikasi dengan cara
a) Secara tradisional, telah lazim para guru mulai dengan pertanyaan mengenai bahan yang pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru
b) Secara inovatif guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan yang memiliki atau mampu mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan memenuhi syarat, mengadakan pre-tes sebelum mereka mulai mengikuti program belajar mengajar.

6. Pola-pola Belajar Siswa

Robert M.Gagne membedakan pola-pola belajar siswa ke dalam delapan tipe, di mana yang satu merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya. Delapan tipe belajar dimaksud adalah: 1) Signal learning (belajar isyarat), 2) Stimulus-response learning (belajar stimulas-respons), 3) Chaining (rantai atau rangkaian), 4) Verbal association (asosiasi verbal), 5) Discrimination learning (belajar kriminasi), 6) Concept learning (belajar konsep), 7) Rule learning (belajar aturan) dan 8) Problem solving (memecahkan masalah).
Baca: pola pola belajar siswa

7.  Memilih Sistem Belajar Mengajar

Para ahli teori belajar telah mencoba mengembangkan berbagai cara pendekatan atau sistem pengajaran atau proses belajar mengajar. Berbagai sistem pengajaran yang menarik perhatian akhir-akhir ini adalah: enquiry-discovery approach, expository approach, mastery learning, dan humanistic education. 

a)Enquiry-Discovery Learning

Enquiry-discovery learning adalah belajar mencari dan menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik pendekatan pemecahan masalah.

b)Ekspository Learning

Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap, sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja secara tertib dan teratur.

c)Mastery Learning 

Dari hasil berbagai studi menunjukkan bahwa hanys sebagian kecil anak didik yang mampu menguasai bahan, yakni 90% - 100% dari penyajian guru. Sebagian besar anak didik bervariasi antara 50%-80%, malah sebagian lagi ada yang lebih kecil lagi penguasaannya terhadap bahan yang disajikan guru Adanya variasi penguasaan bahan ini mencerminkan adanya variasi kemampuan para anak didik.
Dalam kegiatan mastery learning ini guru harus mengusahakan upaya-upaya yang dapat mengantarkan kegiatan anak didik ke arah tercapainya peguasaan penuh terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Dalam hal ini Dr Suharsimi Arikunto (1988; 35) mengemukakan dua buah kegiatan, yaitu kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan.

d)Humanistic Education

Dalam kenyataan tidak bisa disangkal bahwa kemampuan dasar kecerdasan para siswa sangat bervariasi secara individual. Karena itu, muncul teori belajar yang menitikberatkan upaya untuk membantu siswa agar sanggup mencapai perwujudan dirinya atau self realization sesuai dengan kemampuan dasar dan keunikan yang dimilikinya. Cara pendekatannya masih bersifat enquiry-discovery based approaches. Karakteristik pokok metode ini antara lain bahwa guru hendaknya jangan membuat jarak terlalu tajam dengan siswanya. Ia harus menempatkan diri berdampingan dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu siap menjadi sumber atau konsultan yang berbicara. Taraf akhir dari proses belajar mengajar menurut pandangan ini adalah "self actualization" seoptimal mungkin dari setiap anak didik.

8. Pengorganisasian kelompok belajar

disarankan pengorganisasian kelompok belajar anak didik sebagai berikut
(I) N=1. Pada situasi yang ekstrim, kelompok belajar itu mungkin hanya seorang, Untuk peserta yang hanya seorang, metode yang sesuai mungkin konsep belajar mengajar tutorial, pengajaran berprogram studi individual (independent study)
(2) N= 2-20. Untuk kelompok kecil sekitar dua sampai dua puluh orang, metode belajarnya bisa diskusi atau seminar. Menggunakan metode klasikal (class room teaching). Tekniknya mungkin bervariasi sesuai kemampuan guru untuk mengelolahnya
(3) N lebih dari 40 orang Kalau kelompok belajar melebihi 40 orang, pesertanya gabung biasanya disebut 'audience’ Metode belajar mengajarnya adalah kuliah atau ceramah. 

Lalu muhammad azhar   mengklasifikasi strategi belajar mengajar dapat dilihat dari hal-hal berikut :

1.Segi pengaturan guru-murid.

Dari segi pengaturan guru, pengajaran dapat dilakukan olah guru secara perorangan dan dapat pula dilakukan oleh suatu Team (team teaching). Di samping itu pengajaran dapat dilakukan secara tatap muka atau dengan menggunakan perantaraan media (cetak, visual). Dari segi pengaturan murid, dapat dibedakan atas pengajaran klasikal (kelompok besar), kelompok kecil (5-7 orang) dan pengajaran individual (perorangan).

2. Segi struktur peristiwa belajar mengajar.

Struktur peristiwa belajar mengajar, dapat bersifat tertutup dan dapat pula bersifat terbuka. Bersifat tertutup, artinya segala sesuatunya telah ditentukan secara relatif ketat. Sedang yang bersifat terbuka, tujuan khusus, materi serta prosedur yang akan ditempuh untuk mencapainya ditentukan pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung.

3. Peran guru-murid di dalam mengolah pesan.

Pesan yang telah siap" (telah diolah oleh guru secara tuntas) sebelum disampaikan disebut bersifat "ekspositorik" sedangkan yang masih memerlukan "pengolahan oleh siswa dinamakan "heuristik" atau "hipotetik". Ada dua sub strategi yang dewasa ini sering dikemukakan orang yakni sub strategi penemuan" (discovery) dan sub strategi "penyelidikan" (inkuiri/inquary)

4. Proses pengolahan pesan.

Peristiwa belajar mengajar yang bertolak dari yang umum untuk dilihat keberlakuannya atau akibatnya pada yang khusus disebut strategi yang bersifat deduktif sedang yang ditandai oleh proses berpikir yang bergerak dari yang khusus ke umum, disebut strategi induktif.

5. Tujuan belajar

Robert M. Gagne mengelompokkan sistem lingkungan belajar (atau menurut istilahnya : kondisi-kondisi belajar sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dalam belajar. Ada 5 (lima) macam kemampuan yang merupakan hasil belajar manusia menurut Gagne. Lima macam tujuan inilah yang membutuhkan sistem lingkungan belajar baru akan dapat tercapai. Kelima macam ke kemampuan sebagai tujuan tersebut adalah:
a. Kemampuan intelektual - yang merupakan hasil belajar ter penting dari sistem persekolahan.
b. Strategi kognitif, mengatur cara belajar dan berpikir seseorang dalam artian yang seluas-luasnya, termasuk kemampuan memecahkan masalah.
c. Informasi verbal-pengetahuan dalam arti informasi dan fakta
d. Keterampilan motorik yang diperoleh di sekolah antara lain ke keterampilan menulis, membaca, menggunakan jangka, mengetik dan sebagainya.
c. Sikap dan nilai yang berhubungan dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang sebagaimana dapat disimpulkan dari kecenderungannya bertingkahlaku terhadap orang barang atau kejadian," (JJ Hasibuan & Moedjiono, 1984 ;5)

---------------------------------------------------
Sumber
Syaiful bahri djamarah & aswan zain, strategi belajar mengajar , rineka cipta, jakarta, cet II, 2002
Lalu muhammad azhar, proses belajar mengajar pola CBSA, usana,  surabaya,  1993
Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar