6 Aspek Yang Harus Dipersiapkan Membina Keluarga Harmonis  Dengan Wanita Karir 


      
6 Aspek Yang Harus Dipersiapkan Membina Keluarga Harmonis  Dengan Wanita Karir
Wanita Karir

Seperti kita telah ketahui,  pada awal pertemuan dan kebersamaan mereka, posisi mereka adalah sosok dengan kondisi kepribadian yang berbeda. Tapi, mereka dituntut untuk dapat melangkah bersama dalam berbagai kondisi yang sama. Mereka telah kehilangan jati diri saat harus melangkah untuk kehidupan bersama dan berbagai kondisi yang sama.
Semakin utuh hati dan langkah hidup mereka, maka  semakin solid keberadaan mereka, dan semakin dekat mereka pada tingkat keharmonisan rumah tangga. 
Dalam membina keluarga harmonis dengan wanita karir diperlukan
beberapa hal sebagai berikut :

1. Memilih jodoh Menjelang Perkawinan

       Menurut ilmu sosiologi, untuk menemukan pasangan yang cocok dan tepat, hal yang harus dilihat adalah karakter. Karakter menentukan bagaimana seseorang memperlakukan pasangnnya dan suatu hari nanti memperlihatkannya kepada anak- anaknya.
Secara sosiologis, dalam masyarakat tertentu cinta hal merupakan yang penting dalam proses pencarian jodoh. Kalau  dahulu cinta bukan merupakan faktororitas yang utama, karana otoritas jodoh ditangan orang tua. pada saat ini otoritas menetukan jodoh terletak ditangan orang yang akan menikah. hal ini membuktikan cinta merubah stuktur  masyarakat dalam pemilihan jodoh. 

Menurut Dadang Hawari, ada tiga aspek yang harus dipersiapkan sebelum    menikah yaitu: 

a.Aspek fisik atau biologis, dimana umur ideal untuk seseorang wanita menurut kesehatan dan juga program Keluarga Berencana (KB) adalah
20-25 tahun bagi wanita dan 25-30 tahun bagi pria.

b.Aspek mental psikologis meliputi kepribadian. Aspek ini dianggap penting agar masing-masing pihak mampu menyesuaikan diri. 

c.Aspek sosial dan spiritual, meliputi:
1.Agama
2.Latar belakang sosial budaya
3.Latar belakang budaya
4.Pergaulan
5.Pekerjaan dan kondisi materi lainnya
Memilih teman hidup adalah masalah paling penting dalam kehidupan seseorang. Ada banyak cara dalam memilih teman hidup, diantara unsur saling kenal mengenal. Pengenalan tidak terbatas pada segi fisik saja, tetapi juga menyangkut segi kejiwaan, pribadi, dan pola pikirannya. Yang jelas kedua belah pihak harus saling mengetahui apakah masing- masing cocok denganyang lain.
 

2. Cinta Kasih Dalam Membina Rumah Tangga.

          Cinta mempunyai makna yang berbeda-beda, namun cinta diibaratkan sebuah kendaraan yang membawa keduanya pada suatu tempat. Pemberhentian kendaraan cinta salah satunya melaui perkawinan. Perkawiana tersebut terbentuklah keluarga yang tidak lain merupakan salah satu wadah aktualisasi cinta. Cinta dalam keluarga dapat berarti sikap dan perilaku yang mengikuti dimenyensi kasih sayang, perhatian dan penghargaan. Dimensi kasih sayang dapat berwujud salah satunya adalah menerima seorang suami atau istrinya apa adanya. Bahkan kata pepatah mengatakan  “Jika mencintai seseorang bukan hanya mencintai kelebihannya saja, tetapi cintai kekurangannya.”
        dimensi perhatian dalam keluarga dapat berwujud dalam memberikan pujian, memenuhi janji.  Dimensi penghargaan terhadap Pasangan merupakan strategi khusus dalam membina cinta dan kasih sayang Setiap suami atau istri akan merasa dihargai apabila dipuji dan dibanggakan dihadapan orang lain.
        Dalam islam, tali perekat hubungan perkawinan tersebut berupa cinta, Mawadah, Sakinah, Rahmah dan Amanah. Ketika cinta hilang dan Mawadah putus masih ada Rahmah, dan kalaupun Rahmah ini tidak tersisa, masih ada Amanah, dan selama pasangn itu beragama, amanahnya terpelihara, karena al-Qur’an memerintahnya. Bila cinta tidak ada lagi, perekat yang kedua adalah Mawahdah.
Mawahdah adalah kelapangan dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Bukankah yang mencintai sesekali hatinya kesal sehingga cintanya menjadi pudar hukum putus. Tatapi yang tersemai dihati mawahdah , tidak akan memutus hubungan, seperti yang biasa terjadi pada orang yang paling cinta. 
        Rahmah adalah  psikologis yang muncul dalam hati akibat menyaksikan ketidak berdayaan, sehingga mendorong yang bersangkutan untuk
memberdayakannya. Selanjutnya yaitu Amanah, sesuatu diserahkan kepada pihak lain yang disertai rasa aman dari pemberinya karena kepercayaanya bahwa apa yang diamanahkannya itu akan dipelihara dengan baik serta keberadaanya aman ditangan – tangan yang diberi amant.
       Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Nick Stiunet dan Jhon Defrain menemukan enam hal sebagai berikut kriteria  hubungan keluarga sakinah, yaitu :
a.Ciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.
b.Waktu bersama dalam keluarga harus ada. 
c.Adanya komunikasi antara sesama anggota keluarga.
d.Saling menghargai.
e.Anggota keluarga harus kuat dan erat.
f.Mempunyai keputusan positif dalam kondisi apapun. 

3. Pembagian Peran Suami Istri Dalam Mendidik Anak

         Hubungan suami – istri menurut Scanzone dapat dibedakan empat macam berdasarkan Pola perkawinan.
a.Hubungan kepemilikan (Owner property), yaitu: secara finansial maupun              emosional, istri dianggap sebagai milik suami.
b.Hubungan atas bawahan ( head complement ) yang secara tegas dibedakan bahwa peran suami disektor  publik, istri disektor domestik, istri diangap sebagai pelengkap suami.
c.Hubungan senior junior, suami sebagai atasan, istri ditempatkan sebagai bawahan Perubahan ini terjadi karena istri juga memberikan sumbangan secara ekonomis, meskipun pencari nafkah yang utama adalah suami.
d.Hubungan mitra sejajar ( equel partner ) Karakteristik mitra kesejajaran teletak pada   sikap memandang pembagian peran diantara suami dan istri dalam mendidik anak. Membicarakan kemitraan kesejajaran, berarti membicarakan bagaimana bisa terjadi perubahan sikap pria dan wanita, baik terhadap pasanganya maupun terhadap diri sendirinya.
          Bersikap sebagai mitra sejajar berarti memandang pembagian peran diluar maupun didalam rumah tangga sebagai sesuatu yang terbuka untuk dinegoisasikan dengan suami atau istri, itulah artinya sejajar. dalam mitra kesejajaran, seseorang istri bisa saja melayani suaminya dan sebaliknya. tetapi itu seyogyanya lebih merupakan cara dalam memberikan perhatian, cara berkomunikasi dan bukan karena kewajibannya. 

4.Selalu Mengedepankan kebutuhan bersama

           Hidup sebagai suami istri berarti kita menjalani kehidupan. Tidak lagi kebutuhan diri pribadi untuk  masing – masing pihak. Ini merupakan konsekuensi logis dari sebuah hubungan bersama. Dengan mengedepanan orientasi kebutuhan hidup bersama ini, maka hal tersebut mengkondisikan sebuah interaksi antar personal yang utuh. Mereka sudah melebar menjadi satu bagian intergral dalam sebuah rumah tangga. Tidak ada lagi si A atau si B dalam setiap kegiatan hidup, melainkan segala hal secara bersama – sama. Jika kita ingin membina keharmonisan rumah tangga, maka salah satu  langkah yang harus kita lakukan oleh sebuah rumah tangga, maka itu artinya kebutuhan bersama . Oleh karena itu  harus mengedepankan kebersamaan. Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi, oleh sebuah rumah tangga adalah mengedepankan kebutuhan bersama.

5.Membina Keserasian Hubungan Suami dan Istri

           Menurut Hawark Harkman, guru besar psikologi asal Amerika, yang  diperlukan untuk menjalankan hubungan yang baik dalam keluarga adalah keterampilan, cinta saja tidak menjamin keharmonisan rumah tangga bila masing-masing pasangan kurang terampil dalam menyelesaikan konflik disaat hubungan menghadapi masalah.
 

6.Mengurangi Egoisme

          Siapapun sebenarnya mempunyai tingkat egoisme yang tinggi. Tingkat   egoisme ini terutama terkait dengan segala hal yang berhubungan dengan diri  pribadi. Jika kita telah menyatu dalam sebuah ikatan keluarga atau rumah tangga, maka kita harus merelakan kebutuhan pribadi kita. Kebutuhan pribadi  atau egoisme diri sebenarnya merupakan kebutuhan pokok masing – masing orang. Ini merupakan bentuk atau perwujudan eksistensi diri. Dalam kehidupan rumah tangga. jenis kebutuhan ini tidak dapat lagi dipertahankan sebagai sebuah idealisme. Kita sudah menjadi bagian hidup pasangan kita dan sudah seharusnya memikirkan
bagaimanapun mengkondisikan kehidupan bersama sebagai pola terbaik. 
          Untuk membina keharmonisan rumah tangga, maka mengurangi egoisme diri merupakan salah satu efektif yang seharusnya kita lakukan. Dengan mengurangi egoisme, maka kita membuka peluang seluasnya untuk sebuah kebersamaa yang utuh. Dengan demikian, maka kehidupan harmonis merupakan hal terbaik yang kita jalani. 
Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar