Wanita Karir Dalam Rumah Tangga
wanita karir |
A.Wanita Karir Dalam Rumah Tangga
Keberhasilan wanita mengembangkan diri atau bekerja di luar rumah telah menempatkan penghargaan positif terhadap wanita, bahkan ada beberapa wanita justru lebih berhasil memperoleh posisi dan jabatan puncak. Tidak ada lagi halangan bagi wanita untuk memperoleh dan memasuki jenjang pendidikan yang selama ini terbatas bagi wanita. Tidak ada lagi keheranan bila wanita mencapai jenjang tertinggi dalam pendidikan. Juga tidak menjadi asing lagi mendengar wanita menjadi pimpinan perusahaan atau lembaga pemerintahan. Sebut saja misalnya, Arroyo dari Fillipina, Megawati Soekarno Putri dari Indonesia berhasil terpilih menjadi presiden Negara Asia Tenggara, termasuk Aun San Sue Ky kendatipun dilengserkan meliter, tetapi ia adalah wanita yang terpilih menjadi Perdana Menteri Birma.
Keberhasilan wanita menjalani karir di luar rumah tersebut tentu saja mengurangi waktu, perhatian, serta perannya didalam keluarga. Kemunculan wanita karir mengundang banyak perubahan dalam kehidupan keluarga; Kebiasaan, tanggung jawab tata hubungan suami-istri dan anak mengalami pergeseran. Perubahan ini terkadang membawa implikasi yang positif, namun tak jarang pula justru berbuntut negatif. Tidak hanya pada keluarga itu tetapi bagi masyarakat secara keseluruhan.
Kesempatan yang dimiiki kaum wanita ini telah mengalihkan posisi wanita dalam kehidupan rumah tangga. Ukuran tradisional seorang istri yang baik, pintar memasak dan memuaskan di tempat tidur, sudah menjadi kriteria yang menyakitkan bagi wanita. Menjadi istri pengabdi suami tersebut justru ditolak, tidak disukai lagi, para wanita muda sekarang. Sebaliknya juga dikalangan pria perkotaan terjadi pula perubahan. Pria juga lebih menyukai bilamana istrinya adalah juga pekerja. Cepat atau lambat, dimasa datang, pria justru mensyaratkan calon istrinya adalah wanita pekerja. Kecenderungan ini sangat terlihat pada pegawai pemerintahan. Seorang suami pegawai pemerintahan lebih menyukai nikah dengan wanita pegawai, mereka mau menjalin hubungan serius dengan wanita, bilamana wanita tersebut memiliki prospek yang baik. Mereka demikian cemas bilamana mengambil istri dari wanita pengabdi suami. Sebuah pergeseran nilai yang benar-benar sedang
terjadi di sekitar kita.
Bersatunya dua orang suami dan istri pekerja, menimbulkan implikasi
terhadap hubungan pasangan tersebut. Keberhasilan wanita dalam pekerjaannya, membuat sang istri merasa tidak tergantung kepada sang suami. Penghasilan yang diperoleh dari pekerjaannya menempatkan fungsi yang sejajar dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga. Akibatnya, ketergantungan sang istri kepada suami mulai berkurang. Bahkan bilamana penghasilan istri lebih besar dari sang suami, banyak istri merasa lebih tinggi dan merendahkan suaminya.
Wanita karir berpikir, mereka kerja berangkat dari rumah pukul 06.00 dan kembali ke rumah pukul 16.00 anda bisa bayangkan bagaimana lelah dan capeknya setiba di rumah. Dalam keadaan seperti itu, dan adat ketimuran kita, mereka para wanita masih punya pekerjaan yang menanti, yakni masak dan melayani suami malam harinya. Mau-tidak mau, dengan bahasa setengah menolak, “bahwa itu adalah sebuah resiko” dari seorang wanita. Lalu berhubungan suami istri dalam keadaan salah satu tidak begitu fit tenaga terporsir bagaimana? Yang jelas Allah menjadikan wanita dan pria tentu berbeda dari segi fisik dan tenaga. Dan tidak jarang awal petaka rumah tangga dari sini. Maka kalau boleh diprosentase, lebih banyak wanita selingkuh dari kalangan karier dengan wanita biasa.
Hal ini terjadi, tanpa mereka sadari karena pelayanan yang tidak memuaskan akibat capek kerja seharian, dan keterpaksaan dengan alasan resiko sebagai seorang istri. Menolak salah menerima juga tambah parah. Lalu bagaimana dampak/pengaruh terhadap keluarga? Tentu dalam melihat pengaruh kita tidak serta merta melihat dari dampak negatif (buruknya), namun juga dampak baik terhadap keluarga tentu saja ada.
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar