Pengertian Hingga Kekurangan Dan Kelebihan Model Pembelajaran Diskusi


Kelebihan Model Pembelajaran Diskusi
Model Pembelajaran Diskusi 

1. Pengertian Diskusi 


       Ada dua istilah yang kadang-kadang kita sering merancukannya meski memiliki kesamaan, yaitu diskusi dan diskursus. Memang dalam makna kamus kedua istilah ini memiliki keidentikan, yaitu melibatkan saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan untuk mengungkapkan pikiran mengenai pokok pembicaraan tertentu Tetapi di lapangan para guru lebih suka menggunakan istilah diskusi karena diskusi menggambarkan prosedur yang digunakan guru untuk mendorong antara para siswa saling tukar pendapat secara lisan. Sebaliknya, para ilmuan dan peneliti lebih menyukai penggunaan istilah diskursus, karena masalah ini mencerminkan perhatian para audiensi pada pola tukar pendapat dan komunikasi lebih luas yang terdapat dalam forum (Tjokrodihardjo, 2000:2). 
       Arends (1997), mendefinisikan diskusi dan diskursus sebagai komunikasi seseorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi gagasan dan pendapat. Kamus bahasa mendefinisikan diskursus dan diskusi hampir identik, yaitu melibatkan saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan untuk mengekspresikan pikiran tentang pokok pembicaraan tertentu. Sedang menurut Suryosubroto (1997: 179), diskusi adalah suatu percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran atas suatu masalah. 
       Sering kali diskusi dicampuradukkan dengan resitasi. Diskusi merupakan situasi di mana guru dan para siswa, atau antara siswa dengan siswa yang lain berbincang satu sama lain dan berbagi gagasan dan pendapat mereka. Pertanyaan yang diajukan untuk merangsang diskusi biasanya pada tingkat kognitif tinggi. Resitasi, sebaliknya adalah pertanyaan yang bertukar, seperti misalnya dalam pembelajaran langsung (direct instruction), di mana guru memberikan serangkaian pertanyaan tingkat rendah atau faktual kepada para siswa dengan maksud mengecek seberapa jauh pemahaman mercka terhadap suatu konsep atau gagasan. Diskusi kelas pada dasarnya bukanlah model pembelajaran sebenarnya (true learning models), tetapi merupakan prosedur atau strategi mengajar yang bermanfaat dan banyak dipakai sebagai bagian langkah (sintaks) dari banyak model pembelajaran yang lain.trianto (2010) 
       Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih (sebagai suatu kelompok). Biasanya komunikasi antara mereka / kelompok berupa salah satu ilmu atau pengetahuan dasar yang akhirnya memberikan rasa pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang, dibincangkan, dan pada akhirnya menghasilkan suatu pemahaman dari topik tersebut. Diskusi sebagai suatu bentuk pembelajaran umum adalah suatu cara pembelajaran di mana peserta didik (murid, mahasiswa) mendiskusikan (membicarakan, mencari jawaban bersama dengan cara saling memberikan pendapatnya, kemudian disaring untuk ditemukan kesimpulan. amri sofan& ahmadi(2010;165) 
Diskusi adalah strategi instruksional atau pengajaran yang melibatkan siswa untuk Berbagi ide tentang satu topik umum. diskusi melibatkan interaksi siswa-siswa. Eggen & kauchak(2012;155)

2. Tujuan pembelajaran diskusi 


       Diskusi secara umum digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan keterampilan komunikasi siswa dan untuk menggalakkan keterlibatan siswa di dalam pelajaran. Namun secara khusus menurut Tjokrodihardjo (2000: 3), diskusi digunakan oleh para guru untuk setidaknya 3 (tiga) tujuan pembelajaran yang penting, yaitu: Pertama, meningkatkan cara berpikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan pemahaman isi pelajaran. Kedua, menumbuhkan keterlibatan dan partisipasi siswa. Ketiga, membantu siswa mempelajari keterampilan komunikasi dan proses berpikir

3. Membuat perencanaan untuk diskusi 


Menurut eggen &kauchak(2012) perencanaan diskusi melibatkan empat langkah, 

  •  Mengidentifikasi Topik 

Sebagaimana semua strategi dan model, perencanaan untuk diskusi bermula dari memilih topik. Diskusi paling efektif saat topiknya kontroversial atau membuka ruang bagi perbedaan interpretasi. 

  • Menentukan Tujuan Belajar 

tiga jenis tujuan saat  melibatkan siswa ke dalam diskusi. 
Pertama, siswa diharapkan mampu memikirkan satu topik secara mendalam dan lebih analitis dibandingkan jika mereka hanya membacanya. 
Kedua, diskusi memberi siswa latihan berpikir kritis. Siswa diharapkan memberikan bukti bagi opini mereka. Dengan pengalaman, mereka diharapkan belajar untuk berhenti dan berpikir sejenak sebelum memberikan opini atau interpretasi yang tak berdasar, suatu kecenderungan yang akan berguna bagi mereka dalam dunia di luar sekolah. 
Dan ketiga, diskusi dapat berkontribusi banyak pada perkembangan sosial siswa. Mereka mempelajari keterampilan-keterampilan sosial penting, seperti: Mendengarkan dengan penuh perhatian, Menunggu giliran, Mengekspresikan ide dengan jernih dan jelas,Mengembangkan ide-ide orang lain, Membaca petunjuk-petunjuk nonverbal Sebagaimana semua pembelajaran keterampilan, mengembangkan keterampilan sosial menuntut latihan dan umpan balik. Sebagai contoh, dengan Pengalaman, siswa secara bertahap menjadi kian sensitif terhadap umpan balik nonverbal rekan mereka dan beradaptasi. 

  •  Mengembangkan Pengetahuan Siswa 

siswa harus memiliki pengetahuan mendalam sebelum memulai diskusi sudahlah jelas. Memang, tidak ada satu pun dari kita bisa membahas suatu topik jika kita tidak tahu apa pun soal topik tersebut. Jadi, diskusi harus selalu diadakan setelah pelajaran-pelajaran yang berfokus pada mendapatkan pengetahuan dan memahami topik. Kurangnya pengetahuan awal mungkin merupakan alasan terpenting diskusi terkadang tidak sukses. Berusaha untuk membahas satu topik tanpa pengetahuan awal bisa menjadi latihan "mengakumulasi kebodohan" dan membuang-buang waktu pelajaran yang berharga. 

  • Membangun Struktur 

diskusi efektif itu sangat tertata dan terstruktur. Siswa tidak sekadar diperintahkan untuk membahas topik. Jika diperintahkan, diskusi bisa cepat buyar menjadi sesi "riuh" yang tidak bermakna.

4. Tiga fase dalam menerapkan Diskusi 


Menurut eggen &kauchak diskusi diterapkan dalam tiga fase 
Fase 1: Perkenalan 
Sebagaimana semua strategi dan model, guru harus mendapatkan perhatian siswa untuk membuat diskusi yang berhasil. 
Pada bagian ini Guru memberikan satu isu dan pembuka diskusi,  dengan tujuan Menarik perhatian, Memberikan fokus bagi diskusi, Mengaktifkan pengetahuan latar belakang. 
Fase 2: Eksplorasi 
Sepanjang fase eksplorasi, siswa berfokus pada topik atau isu dan berbagi perspektif mereka satu sama lain. 
Guru memiliki dua peran penting saat memandu diskusi. Pertama,  mesti menjaga diskusi terfokus dan mengalir. Karena diskusi terutama didorong oleh komentar siswa, kemungkinan melantur (drift) selalu ada.  perlu dengan cermat memonitor arah diskusi dan mengembalikan fokus siswa apabila mereka menyimpang atau mengarah jalan buntu. Kedua,  berusaha memberi siswa pengalaman yang mendorong perkembangan sosial. 
Pada bagian ini Siswa mengeksplorasi topik, memperjelas pemikiran mereka, dan mengambil satu posisi, dengan tujuan Mendorong keterlibatan siswa, Mendorong pemahaman mendalam terhadap topik, Mengembangkan pemikiran kritis dan perkembangan sosial 
Fase 3: Penutup 
Terlepas dari strategi atau model yang digunakan, pelayaran memerlukan semacam penutup (closure), sebuah review atau pernyataan ringkasan di akhir pelajaran. 
Menelaah perspektif dan interpretasi berbeda adalah tujuan diskusi. Sehingga, siswa tidak akan mencapai satu kesimpulan yang sama sebagaimana jika mereka mempelajari konsep atau keterampilan tertentu. 
Pada bagian ini Poin-poin utama dalam diskusi akan diringkaskan, dengan tujuan menjernihkan poin poin kesepakatan dan perdebatan. 

5. Hambatan bagi Diskusi Efektif 


Diskusi yang tak berhasil biasanya di akibatkan satu atau lebih dari tiga sebab. 
Pertama, kurangnya pengetahuan awal siswa. Guru terkadang berusaha melibatkan siswa di dalam diskusi di mana mereka tidak memiliki pengetahuan latar belakang yang memadai. Jelas, siswa tidak bisa mendiskusikan satu topik jika mereka tidak paham topik tersebut , diskusi harus didahului oleh satu atau lebih pelajaran yang membantu siswa mendapatkan pengetahuan yang mereka butuhkan untuk melanjutkan diskusi yang berkualitas. 
Kedua, siswa yang terbuka atau agresif mungkin cenderung mendominasi diskusi dan siswa-siswa yang pemalu atau tidak yakin dengan diri mereka sendiri mungkin menarik diri dan tidak menaruh perhatian. Untuk mencegah kemungkinan ini,  perlu memonitor perkembangan diskusi dan mengintervensi jika perlu. 
Ketiga, Kurangnya arahan jelas juga bisa menjadi hambatan. 

6. Memilih strategi diskusi 


Ada beberapa strategi diskusi yang dapat digunakan untuk meningkatkan partisipasi siswa, di antaranya adalah: 
a) Berpikir-Berpasangan-Berbagi (Think-Pair-Share) 
Terdapat tiga tahap dalam teknik ini, yaitu: (1) Berpikir, guru mengajukan pertanyaan/permasalahan dan memberi kesempatan berpikir sebelum siswa menjawab pertanyaan masalah yang diajukan. (2) Berpasangan, guru meminta siswa berpasangan untuk mejawab permasalahan (3) Berbagi, guru meminta siswa secara berpasangan menyampaikan jawaban permasalahan pada yang lain.  
b) Kelompok Aktif (Buzz Group) 
     Dalam kelompok aktif, guru meminta siswa membentuk  kelompok-kelompok yang terdiri atas 3-6 siswa untuk mendiskusikan tentang ide siswa pada materi pelajaran. Setiap kelompok menetapkan seorang anggota untuk mendaftar semua gagasan yang muncul dalam kelompok. Selanjutnya guru meminta setiap kelompok aktif menyampaikan hasil diskusi kelompok pada kelas. 
c) Bola Pantai (Beach Ball) 
Guru memberi bola kepada salah seorang siswa untuk memulai diskusi dengan pengertian bahwa, hanya siswa yang memegang bola yang boleh berbicara. Siswa lain mengangkat tangan agar mendapat bola jika ingin mendapat giliran berbicara. 

7. Keuntungan dan kelemahan diskusi


Setiap jenis pembelajaran mempunyai ciri tersendiri dan mempunyai keuntungan dan kelemahan. Demikian juga dengan model pembelajaran diskusi (Suryosubroto, 1997: 185-186). 

• Keuntungan model diskusi 
a. Diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam KBM. 
b. Setiap siswa dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing. 
C. Diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah. 
d. Dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para siswa akan dapat memperoleh kepercayaan akan (kemampuan) diri sendiri. 
e. Diskusi dapat menunjang Usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para siswa. 

• Kelemahan model diskusi 
a.Suatu diskusi dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan dan partisipasi anggota-anggotanya. 
b. Suatu diskusi memerlukan keterampilan keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya. 
C. Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa siswa yang "menonjol". 
d. Tidak semua topik dapat dijadikan pokok diskusi, tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan. 
e. Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang banyak. Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalah. 
g. Jumlah siswa yang terlalu besar di dalam kelas akan memengaruhi kesempatan setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.





Trianto,  mendesain model pembelajaran inovatif progresif, jakarta: kencana, 2009
Sofan amri dan iif khoiru ahmadi,  proses pembelajaran kreatif dan inofatif dalam kelas,  jakarta: prestasi pustaka, 2010
Paul eggen & don kauchak, strategi dan model pembelajaran, jakarta: indeks, 2012

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar