Permasalahan Dalam Kelompok Dan Cara Mengatasi Masalah


Permasalahan Dalam Kelompok Dan Cara Mengatasi Masalah
Cara Mengatasi Masalah


      Teori konflik atau masalah dalam melihat masyarakat bersumber dari berbagai pakar di bidang ini, akan tetap karya Karl Marx, merupakan dasar perspektif secara luas, yang melihat pertentangan dan eksploitasi kelas sebagai penggerak utama kekuatan- kekuatan dalam sejarah. Para torititis melihat masyarakat (kelompok ) berada dalam konflik yang terus menerus diantara kelompok dan kelas. Marx memusatkan perhatiannya pada pertentangan antar kelas untuk pemilihan atas kekayaan yang produktif, para teoritis konflik modern berpasangan sedikit lebih sempit. Mereka melihat perjuangan meraih kekuasaan dan penghasilan sebagai suatu proses yang kontinu, terkecuali satu hal, dimana orang-orang muncul sebagai penentang kelas, bangsa, kewarganegaraan dan bahkan jenis kelamin. 
       Teori konflik atau masalah dalam melihat masyarakat sebagai suatu sistem yang tidak stabil dari kelompok dan kelas-kelas yang saling bertentangan. Sedangkan dalam melihat kelas sosial, teori ini memandangnya, sebagai kelompok yang memiliki kepentingan ekonomi dan kebutuhan kekuasaan yang serupa. Berkembang dari keberhasilan sebagian orang dalam mengekspoitasi orang dan kelompok lain. 
       Menurut perspektif teori ini perbedaan sosial tidak di perlukan dan merupakan sesuatu yang tidak adil dalam perkembangan masyarakat selanjut yang di tandain dengan perubahan sosial dalam masyarakat atau kelompok tersebut. perspektif konflik ini , memandang sebagai sesuatu yang di paksakan oleh suatu kelas terhadap kelas lain nya, pemaksaan ini menurut marx untuk kepentingan kelas pemaksa saja keseimbangan masyarakat atau yang lebih dikenal sebagai sosial older dilihat oleh perspektif ini merupakan hasil dari dan di pertahankan oleh pemaksa yang terorganisir oleh kelas-kelas yang dominan. 
     Dalam melihat manusia, teori ini sebagai di per tegaskan oleh ralf dahrendrof, bahwa gambaran manusia sosial dari marx lebih banyak bercorak kolektif, holistis dan organitis sedangkan manusia yang tampil dalam teori konflik lebih banyak bercorak individualistis.

A. PERMASALAHAN DALAM KELOMPOK

l) Konflik / Masalah


        Masalah adalah pertentangan antara dua pihak atau Lebih. Masalah dapat terjadi antar individu, antar-kelompok kecil bahkan antarbangsa dan negara. "Keinginan negara kita adalah kedamaian seutuhnya. Namun, kita juga menyadari bahwa bangsa Iain dengan senjata baru mereka, mengancam kita. Jadi, kita harus mempertahankan diri kita dan mempertahankan kedamaian. (Richardoson, 1960)
        Unsur dasar dalam konflik (conflict) semacam ini (ketidaksesuaian yang tampak antara aksi atau tujuan) rupanya sama di berbagai tingkatan : konflik antarbangsa dalam persaingan senjata, antragolongan agama yang berdebat perihal suatu dokrin, antar eksekutif perusahaan dan pekerjaan yang berdebat soal gaji, serta antara pasangan yang bertengkar.
        Sebuah hubungan atau sebuah organisasi tanpa konflik kemungkinan adalah hubungan dan organisasi yang apatis. Konflik menandakan keterlibatan komitmen dan kepedulian. Apabila konflik dipahami dan disadari, hal tersebut dapat mengakhiri tekanan dan mendorong pembaharuan serta perbaikan hubungan manusia. Tanpa konflik, orang-orang jarang mampu menghadapi dan menyelesaikan masalahnya.
Semula orang mengira bahwa sumber konflik adalah ras, jenis kelamin, kebudayaan, dan sebagainya. Akan tetapi, penelitian membuktikan bahwa hubungan antar individu atau antarkelompok dapat menjadi sumber konflik yang Iebih penting.
Banyak definisi tentang konflik. Ada yang berpendapat konflik adalah "segala macam pertentangan" atau disebut pula interaksi yang antagonis."
      Jadi, berdasarkan definisi di atas, dalam pengertian yang luas konflik pada hakikatnya mengandung arti "segala macam bentuk hubungan antara manusia yang mengandung sifat berlawanan." Dan dalam kehidupan organisasi yang di dalamnya melibatkan interaksi antara berbagai manusia, baik secara individual maupun masalah konflik merupakan fakta yang tidak bisa dihindarkan. Dan konflik itu sendiri pada hakikatnya merupakan proses dinamis yang dapat dilihat, diuraikan, dan di analisa.

Ciri ciri suatu konflik
          konflik terjadi, apabila dalam kenyataan menunjukkan diantaranya berbagai ciri sebagai berikut: 
1. Paling tidak ada dua pihak secara perseorangan maupun kelompok yang terlibat dalam suatu interaksi yang saling berlawanan. 
2. Saling adanya pertentangan dalam mencapai tujuan, dan atau adanya suatu norma atau nilai-nilai yang saling berlawanan
 3. Adanya interaksi yang ditandai dengan perilaku yang direncanakan untuk saling meniadakan, mengurangi, dan menekan terhadap pihak lain untuk memperoleh kemenangan seperti: status, tanggung jawab, pemenuhan berbagai kebutuhan dan sebagainya. 
4. Adanya tindakan yang saling berhadap-hadapan akibat perten tangan. 
5. Adanya ketidakseimbangan akibat usaha masing-masing pihak yang berkaitan dengan kedudukan atau kewibawaan, harga diri, prestise dan sebagainya.

Sumber konflik
       ada tiga faktor penting dalam setiap organisasi. Masing-masing yaitu: sumber daya manusia dengan segala tingkah lakunya, struktur organisasi. yang mengatur bagaimana tugas, dan mekanisme segala sumber berperilaku dan dimanfaatkan. Dan faktor yang terakhir ialah masalah komunikasi, yaitu bagaimana manusia yang berperan penting dalam organisasi, baik secara perseorangan, kelompok maupun organisasi mengadakan dan mengatur komunikasinya. 
       Oleh sebab itu, apabila yang dimaksud dengan konflik tersebut, adalah "segala macam pertentangan" atau "interaksi yang antagonis atau lebih jelas lagi dirumuskan "segala macam bentuk hubungan antara manusia yang mengandung sifat berlawanan. maka secara singkat dapat disimpulkan bahwa sumber konflik dalam suatu organisasi tidak lain ialah:
1. Manusia dan perilakunya. 
2. Struktur organisasi.
3. Komunikasi. 
       Masing-masing menjadi sumber terjadinya suatu konflik apabila di dalam ketiga hal tersebut terjadi ketidakserasian atau menyangkut berbagai situasi 

1. Manusia dan perilakunya Manusia dan perilakunya,

 dikatakan sebagai salah satu sumber konflik, sebab manusia dengan latar belakang pendidikan, sifat-sifat pribadi, berbagai naluri (instinct), baik secara perseorangan maupun kelompok, tidak dapat melepaskan dari berbagai gejala dan kepentingan-kepentingan sebagai berikut: 
-Berbagai atribut yang bertalian dengan pangkat, 
kedudukan lambang, dan sebagainya.
- Sistem nilai yang tidak sama di antara sesama bawahan, maupun antara atasan dengan bawahan 
-Adanya bermacam-macam harapan (expectations), 
-Gaya kepemimpinan. 
-Berbagai sifat atau kepribadian. 
 Semangat dan ambisi.

2. Struktur organisasi. 

      Struktur organisasi sebagai salah satu sumber konflik, apabila di dalam praktek kehidupan organisasi terjadi ketidakserasian dalam berbagai segi yang menyangkut: 
Tugas pokok dan fungsi.
-Hubungan dan tata kerja, arus pelaksanaan kerja 
 -Perencanaan dan pelaksanaannya. 
-Kekuasaan, wewenang, dan tanggung jawab. 
-Sistem reward dan punishment. 
-Sistem karir dan prestasi kerja. 

3. Komunikasi. 

   Terjadinya konflik yang bersumber pada komunikasi, bisa antara lain oleh: 
- Perintah yang tidak jelas 
 - Berbagai hambatan sarana komunikasi
- Lingkungan komunikasi yang tidak mendukung. 
- Sistem komunikasi (management information system).


2) Contoh-contoh Masalah

1. Dilema Sosial.

         Pada beberapa masyarakat, para orang tua diuntungkan dengan memiliki banyak anak yang dapat membantu tugas-tugas keluarga dan bersedia memelihara mereka di masa tua. Namun, ketika sebagian besar keluarga memiliki banyak anak dari generasi ke generasi, hasilnya adalah kehancuran bersama akibat ledakan penduduk. Pilihan - pilihan yang sifatnya menguntungkan individu menjadi hukuman bersama. Oleh karena itu, kita memiliki sebuah dilema.
        dilema sosial itu bisa dikatakan seperti sebuah jebakan sosial dimana situasi ketika pihak yang saling bertentangan yang masing-masing secara rasional mengejar kepentingan pribadinya menjadi terperangkap dalam perilaku yang saling merusak. Contohnya dilemma terdakwah dan tragedi alun-alun.

a.Dilema terdakwa (Prisoner's dilemma) 
       Merupakan salah satu teori yang temuka dalam menjelaskan konflik antar individu menurut Rapaport (1990), yaitu dikenal sebagai teori dilema terdakwa (Prisoners dilema). Dalam teori ini diandaikan ada dua orang terdakwa yang sedang diperiksa oleh jaksa. Jaksa memberitahu tentang konsekuensinya kalo mereka mengaku atau tidak mengaku. Kalo terdakwa mengaku, sedangkan terdakwa satunya tidak mengaku, terdakwa A dapat dihukum selama 10 tahun penjara Sedangkan, tersangka lain bebas. Akan tetapi kalo Terdakwa A mengaku sementara B juga mengaku, keduanya mendapat hukuman masing masing 1 tahun penjara. Sebaliknya kalo A tidak mengaku dan B mengaku, Berarti terdakwa B lah yang mendapatkan hukuman 10 tahun. Sedangkan A bebas. Sebaliknya, keduanya tidak mengaku A dan B sama-samaa mendapat hukuman 5 tahun penjara.

b.Tragedi Alun-alun/ kepemilikan bersama (tragedy of the common) 
       Alun-alun adalah lapangan di tengah kota, biasanya selalu ada di kota-kota sedang dan kecil , tempat masyarakat kota beraktivitas dan saling bertemu. Disekitar alun-alun itu, biasanya terdapat kantor kabupaten, penjara, masjid, dan pasar. Di Inggris, di kota-kota kecil di Amerika Serikat, terdapat berkumpulnya masyarakat yang dinamakan The Commons  .
          Tragedi alun-alun ini. tragedy yang melibatkan dua pihak, terjadi ketika individu mengonsumsi lebih dari tindakan yang bagiannya adalah menghancurkan semua, menyebabkan kehancuran yang paling besar Misalkan didalam sebuah lapangan yang luas terdapat 100 orang petani da0 ekor sapi. Dimana masing-masing pertani dapat mengurus satu ekor sapi, dalam keadaan begini maka semua petani puas. Namun kemudian, ada seorang petani berpikir "kalo saya menambahkan satu ekor lagi milik saya, saya akan mendapatkan manfaat yang lebih besar karena lapangan nya masih luas, sementara sapi-sapi lain juga tidak dirugikan. Akan tetapi, jika satu petani menambahkan seekor lagi. petani yg lain tidak mau dirugikan, maka mereka pun masing-masing menambahkan seekor bahkan 2-3 ekor lagi. Akibatnya, lapangan rumput itu rusak dan tidak dapat digunakan untuk menggembala sapi lagi. Dalam hal ini semua orang dirugikan

2. Kompetisi. 

         Merupakan bentuk lain dari konflik, baik antar individu maupun antarkelompok adalah kompetisi. Dimana segerombolan kelompok bersaing untuk mendapatkan sumber daya yang langka dan menekankan apa yang terjadi. 
     Kompetisi menimbulkan konflik yang kuat, citra negatif dari luar kelompok yang kuat. Polarisasi kelompok tidak diragukan memperburuk konflik. Pada situasi yang mendorong persaingan, perilaku kelompok lebih kompetitif daripada individu (Wildschut dkk, 2003-2007)

3. Ketidakadilan. 

       Konflik akan selalu muncul ketika orang-orang merasakan ancaman ketidakadilan sesuai dengan teori kewajaran, orang-orang mendefinisikan keadilan sebagai pembagian imbalan sesuai proposi kontribusi seseorang. konflik terjadi ketika orang orang tidak setuju dengan tingkat kontribusi. 
       masa meminta agar terdakwa diserahkan kepada masa untuk diadili oleh massa, tetapi petugas tidak memenuhiya. Kemarahan massa kemudian diarahkan kepada gedung Pengadilan Negeri.

4. Kesalahan Pahaman

       Dimana kecenderungan untuk berprasangka dan merasakan kelompoknya sendiri lah yang lebih bermoral dan kuat, sedangkan golongan lawannya sebagai yang jahat dan lemah.
      Menurut Erwin Staub dan Daniel Bar-Tal, 2003. Menghadapi sebuah kelompok pada konflik tidak mudah dikendalikan.  kelompok-kelompok tersebut akan menunjukan pada masyarakat kelompok yang : 
1.Melihat tujuannya sendiri sebagai hal yang sangat penting 
2.Bangga akan "kita" dan merendahkan "mereka" 
3.Percaya bahwa dirinya sebagai korban 
4.Mengangkat patritisme, kesetiakawanan, dan loyalitas pada kebutuhan kelompok mereka 
5.Menjunjung tinggi pengorbanan diri dari menekan kritik.
-perspektif cermin
      Segala sesuatu jika mereka yang melakukan dinilai jelek, tetapi hal yang sama jika kita lakukan sendiri tidak apa-apa. Kecenderungan untuk melihat perilaku sendiri kepada orang lain dan sekaligus menyalahkan. 
-Persepsi berubah-ubah
        Disebabkan oleh persepsi itu sendiri yang sering berubah-ubah tergantung pada keadaan subyek yang melakukan persepsi itu, hubungan subjek dengan orang lain atau pihak lain, dan situasi sesaat. Persepsi selalu subjektif, tidak objektif, jadi tidak mudah untuk mengetahui mana yang benar.


B. CARA MENGATASI MASALAH


          mengatasi masalah atau kata lain Damai. Damai adalah kondisi yang ditandai dengan rendahnya tingkat permusuhan dan agresi serta dengan hubungan yang saling menguntungkan. 4 cara mengatasi masalah atau perdamaian sebagai berikut:

1.Kontak

       Dimana kita menempatkan dua masalah individual atau kelompok ke dalam kontak yang tertutup, sehingga memungkinkan mereka untuk mengenal satu sama lainnya. Kontak (hubungan langsung) adalah salah satu hal yang terpenting untuk mendekatkan pihak-pihak yang saling berinteraksi. Makin sering kontak, makin dekat hubungan antara pihak-pihak yang tadinya saling tidak mengenal, saling bersikap negative, atau saling bermusuhan

2.Kerja Sama

      usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama Kerja sama merupakan interaksi yang paling penting karena pada hakikatnya manusia tidaklah bisa hidup sendiri tanpa orang lain sehingga ia senantiasa membutuhkan orang lain. Kerja sama dapat berlangsung manakala individu-individu yang bersangkutan memiliki kepentingan yang sama dan memiliki kesadaran untuk bekerja sama guna mencapai kepentingan mereka tersebut.

3.Komunikasi


a.Tawar Menawar 

       Tawar menawar (Bergaining) adalah mencari alternatif dalam konflik antara dua kelompok dengan langsung berkomunikasi. tujuannya adalah untuk mencari posisi atau situasi yang paling tepat yang dapat memuaskan kedua pihak (seperti dalam tawar menawar di pasar). Kelompok yang kerja sama dalam kelompoknya baik, juga lebih baik dalam negosiasi antar kelompok, sedangkan kelompok yang dalam kelompoknya sendiri saling berkompetisi juga cenderung untuk berkompetisi dengan kelompok lain. (Keenan Carnevale, 1989). Akan tetapi tawar menawar tidak selalu berhasil. Kalau penawaran terlalu tinggi, pihak lain merasa tidak perlu melanjutkan komunikasi sehingga pemecahan persoalan yang diharapkan tidak terjadi.

b.Mediasi 

           Usaha yang dilakukan pihak ketika yang netral untuk menyelesaikan konflik dengan cara memfasilitasi komunikasi dan menawarkan saran. Untuk menyelamatkan kedua pihak dari kehilangan muka, diperlukan pihak ketiga, yaitu Mediator. Peran mediator hanya sebagai penghubung atau penengah antara kedua pihak sehingga tercapai penyelesaian masalah sebagaimana yang diharapkan tanpa harus ada yang kehilangan muka. Dengan kata lain, Mediator berfungsi untuk mengubah dari konflik menang-kalah (win-lose conflict) menjadi konflik menang-menang (win-win conflict) (Pruitt,1981: Keashly, Fisher & Grant, 1993)

c.Arbitrase 

         Kalau Mediasi tidak berhasil, sangat boleh jadi diperlukan arbitrasi. kegagalan tawar-menawar, baik langsung maupun melalui mediator. Kemungkinan disebabkan karena kedua pihak sudah membekukan posisinya masing-masing dan tidak mau bergegas lagi. Dalam hal ini memerlukan campur tangan aktif dari pihak ketiga yang bukan hanya menawarkan alternatif melainkan juga menengakan bahkan kalau perlu memaksakan dengan kekuasaan. Walaupun demikian, pihak-pihak yang bertikai biasanya cenderung lebih memilih penyelesaian tanpa arbitrase, sehingga mereka dapat mengontrol hasilnya.. (Fruit, 1986)

4. Konsiliasi

      Kalau dua kelompok sudah sama sekali tidak dapat saling dihubungkan, tidak ada gunanya untuk melanjutkan usaha komunikasi. Kadang-kadang ketegangan dan kecurigaan menjadi sedemikian tinggi, sehingga komunikasi apalagi resolusi menjadi tidak mungkin. Masing-masing pihak akan mengancam, memaksa dan balas dendam untuk melawan pihak lainnya. Dalam hal ini, sebaiknya masing masing pihak mengundurkan diri, saling menghindari hal-hal yang negatif. Tujuan dari konsiliasi ini adalah untuk meredakan ketegangan.

C KESIMPULAN 


      Bila dua atau lebih orang, kelompok atau bangsa berinteraksi, pandangan mereka tentang kebutuhan dan tujuan mungkin bertentangan. Banyak dilema sosial muncul karena seseorang mengejar kepentingan individu yang merugikan kepentingan bersama. Dua permainan laboratorium, Prisoner's dilemma dan Tragedy of the Common, menyajikan contoh tentang dilemma. Pada kehidupan nyata kita dapat menghindari jebakan tersebut dengan membangun aturan yang mengatur perilaku mementingkan diri sendiri dengan menjaga ukuran kelompok sosial tetap kecil orang merasakan tanggung jawab satu sama lain; dengan mendorong komunikasi, akan mengurangi ketidakpercayaan; dengan mengubah imbalan untuk membuat kerja sama semakin dihargai; dan mengimbau orang kepada norma altruistis.
      Konflik akan selalu muncul ketika orang-orang merasakan ancaman ketidakadilan sesuai dengan teori kewajaran, orang-orang mendefinisikan keadilan sembagi pembagian imbalan sesuai proposi kontribusi seseorang. konflik terjadi ketika orang orang tidak setuju dengan tingkat kontribusi. 
      Konflik sering memiliki unsur dasar sederhana dari tujuan yang benar-benar tidak sesuai dilingkup oleh lapisan tebal kesalahpahaman tentang motif dan tujuan musuh sering kali tentang pihak-pihak yang berkonflik memiliki persepsi cermin-citra. ketika kedua pihak percaya "kami cintai damai-mereka bermusuhan masing-masing mungkin mengancam pihak lain dengan jalan memancing pemenuhan dari harapannya tersebut. konflik internasional kadang-kadang juga didorong oleh seorang pemimpin yang jahat-ilusi orang-orang baik.
____________________
G.David Psikologi sosial. Penerbit Salemba Humanika. Jakarta, 2012 
Mercer Jenny, Clayton Debbie. Psikologi Sosial. Penerbit Erlangga. Jakarta, 2012 
Wirawan Sarlito Psikologi sosial, psikologi kelompok dan psikologi terapan. Balai Pustaka, Jakarta, 2005 
Yusuf Yusmar. Dinamika Kelompok Penerbit CV. ARMICO. Bandung, 1989
Wahjosumidjo, kepemimpinan dan motivasi, Jakarta , ghalia Indonesia, 1994
Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar