Masalah Pengelolaan Kelas dan Cara Mengatasinya
Masalah Pengelolaan Kelas dan Cara Mengatasinya |
A. MASALAH PENGELOLAAN KELAS
Menurut lalu Muhammad Azhar (1993:90) Ada dua jenis masalah pengelolaan kelas yakni yang bersifat perorangan dan yang bersifat kelompok.
a. Masalah Perorangan
Jika seorang (individu) gagal mengembangkan rasa memiliki dan rasa harga dirinya maka ia akan bertingkah laku menyimpang. Penyimpangan yang biasanya terjadi di kelas ada 4 macam yakni mencari kekuasaan, menuntut balas, menarik perhatian dan memperlihatkan ketidakmampuan. Teknik sederhana untuk mengenali adanya masalah-masalah perorangan adalah sebagai berikut.
1). Jika Guru merasa terganggu atau bosan dengan tingkah laku seseorang siswa, pertanda siswa tersebut mengalami masalah ‘mencari perhatian'.
2). Jika guru merasa terancam atau merasa dikalahkan, merupakan pertanda bahwa siswa yang bersangkutan mengalami masalah 'mencari kekuasaan'.
3). Jika guru merasa disakiti (bahkan amat disakiti), merupakan pertanda bahwa siswa yang bersangkutan mengalami masalah ‘menuntut balas'.
4). Jika guru merasa telah 'tidak mampu menolong lagi,' pertanda bahwa siswa yang bersangkutan mengalami masalah "ketidakmampuan".
b. Masalah Kelompok.
Ada 7 masalah kelompok dalam hubungannya dengan pengelolaan kelas, yakni:
1). Kekurang kompakan; yang ditandai dengan adanya konflik antara anggota kelompok.
2). Kekurang mampuan mengikuti aturan kelompok.
3). Reaksi negatif terhadap sesama anggota kelompok; ditandai dengan reaksi/ekspresi kasar terhadap anggota yang tidak diterima
4). Penerimaan kelas (kelompok) atas tingkah laku yang menyimpang ; terjadi apabila kelompok itu mendorong/mendukung timbulnya hal-hal yang menyimpang dari norma sosial pada umumnya.
5). Ketergangguan kelompok/anggota kelompok atas kegiatannya hanya karena hal-hal kecil yang sebenarnya tidak berarti, lalu berhenti melakukan kegiatannya.
6). Ketiadaan semangat, tidak mau bekerja, tingkah laku agresisif atau protes, baik hal ini secara terbuka ataupun terselubung.
7). Ketidakmampuan menyesuaikan diri terhadap lingkungan: yang terjadi apabila kelompok bereaksi tidak wajar apabila terjadi perubahan baru (misalnya pergantian anggota kelompok, pergantian guru, dan lain-lain).
Sependapat dengan di atas, ahmad rohani (2004; 124) membagi masalah Pengelolaan kelas dalam dua kategori yaitu masalah individu dan masalah kelompok.
Rudolf Dreikurs dan Pearl Cassel membedakan empat kelompok masalah pengelolaan kelas individual yang didasarkan asumsi bahwa semua tingkah laku individu merupakan upaya pencapaian tujuan pemenuhan keputusan untuk diterima kelompok dan kebutuhan untuk mencapai harga diri. Bila kebutuhan-kebutuhan ini tidak lagi dapat dipenuhi melalui cara-cara yang lumrah dapat diterima masyarakat, dalam hal ini masyarakat kelas, maka individu yang bersangkutan akan berusaha mencapainya dengan cara-cara lain. Dengan perkataan lain dia akan berbuat "tidak baik". Perbuatan-perbuatan untuk mencapai tujuan dengan cara yang asosial inilah digolongkan sebagai berikut.
1. Tingkah laku yang ingin mendapatkan perhatian orang lain (attention getting behaviors). Misalnya membadut di kelas (aktif), atau dengan berbuat serba lamban sehingga perlu mendapat pertolongan ekstra (pasif)
2. Tingkah laku yang ingin menunjukkan kekuatan (power seeking behaviors). Misalnya selalu mendebat atau kehilangan kendali emosional - marah-marah, menangis (aktif), atau selalu "lupa" pada aturan-aturan penting di kelas (pasif)
3. Tingkah laku yang bertujuan menyakiti orang lain (revenge seeking behaviors), misalnya menyakiti orang lain seperti mengata ngatai, memukul, menggigit, dan sebagainya (kelompok ini tampaknya kebanyakan dalam bentuk aktif/pasif),
4. Peragaan ketidakmampuan, yaitu dalam bentuk sama sekali menolak untuk mencoba melakukan apa pun karena yakin bahwa hanya kegagalanlah yang menjadi bagiannya.
Lois V. Johnson dan Mary A. Bany mengemukakan 6 Kategori masalah kelompok dalam pengelolaan kelas. Masalah-masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Kelas kurang kohesif. Misalnya perbedaan jenis kelamin, suku, dan tingkatan sosial-ekonomi, dan sebagainya
2. Kelas mereaksi negatif terhadap salah seorang anggotanya Misalnya mengejek anggota kelas yang dalam pengajaran seni suara menyanyi dengan suara sumbang
3. "Membesarkan" hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok, misalnya pemberian semangat kepada badut kelas
4. Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap
5. Semangat kerja rendah. Misalnya semacam aksi protes kepada guru karena menganggap tugas yang diberikan kurang adil.
6. Kelas kurang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan baru Misalnya gangguan jadwal atau guru kelas terpaksa diganti sementara oleh guru lain, dan sebagainya.
Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa setiap macam masalah memerlukan penanganan yang berbeda. Selanjutnya, sasaran penanganan masalah individual adalah individu pelaku pelanggaran Sebaliknya di dalam masalah kelompok maka tindakan korektif harus ditujukan kepada kelompok diagnosis yang keliru pula.
B. MENGATASI MASALAH PENGELOLAAN KELAS
Untuk dapat menangani masalah pengelolaan kelas secara efektif, guru hendaknya mampu : (lalu Muhammad Azhar 1993:92)
a. Mengenal secara tepat berbagai masalah pengelolaan kelas baik yang bersifat perorangan maupun kelompok.
b. Memahami pendekatan yang cocok dan yang kurang cocok untuk jenis masalah tertentu.
c. Memilih dan menetapkan pendekatan yang paling tepat untuk memecahkan masalah dimaksud.
Menangani masalah-masalah pengelolaan kelas, guru dapat menggunakan beberapa pendekatan :
a. Pendekatan anjuran dan larangan (untuk guru sendiri) :
1). Jangan menegur siswa di hadapan kawan-kawannya
2). Jangan menggunakan nada suara yang tinggi dalam memberi peringatan.
3). Bersikap tegas dan adil terhadap semua siswa.
4). Jangan pilih kasih.
5). Buktikan terlebih dahulu siswa itu bersalah sebelum memberikan hukuman.
6). Patuhilah aturan-aturan yang telah kita tetapkan.
b. Pendekatan penguatan tingkah laku.
Jika tingkah laku tertentu diberi ganjaran maka tingkah laku itu cenderung diteruskan. Tingkah Laku yang diperkuat adalah "yang positif dengan ganjaran agar perbuatan itu diteruskan, sedang "yang negatif" dengan ganjaran yang bersifat mengurangi atau meniadakan perangsang kenegatifan itu.
c. Pendekatan iklim sosio-emosional;
Pendekatan ini dibangun atas dasar pandangan bahwa pengelolaan kelas yang efektif merupakan fungsi hubungan baik antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa. Hubungan guru-siswa terutama sekali dipengaruhi oleh (1) Keterbukaan/sikap tidak pura-pura, (2) Penerimaan dan kepercayaan guru terhadap siswa, dan (3) Simpati guru terhadap siswa-siswanya.
d. Pendekatan proses kelompok
Dalam pendekatan ini, peranan guru adalah mengembangkan dan mempertahankan keeratan hubungan antar siswa, semangat produktivitas dan berorientasi pada tujuan kelompok. Bila guru menangani tingkah laku yang menyimpang melalui pendekatan ini tujuannya adalah untuk membantu kelompok itu bertanggung jawab atas perbuatan anggota-anggotanya.
Ada pula pendekatan yang terkadang sering digunakan, yang sebenarnya merupakan pendekatan yang "tidak tepat untuk menangani masalah-masalah yang timbul di dalam kelas, yakni tindakan-tindakan :
1). Menghukum atau mengancam:
a) Menghukum dengan kekerasan atau pengusiran.
b) Memaksakan berlakunya larangan-larangan.
c) Menghardik, mencemooh.
d) Menghukum salah seorang siswa sebagai contoh bagi siswa yang lain.
e) Memaksakan tuntutan-tuntutan kepada siswa.
2). Tindakan pengalihan atau sikap masa bodoh.
a) Meremehkan sesuatu kejadian atau tidak berbuat apa-apa sama sekali.
b) Menukar anggota kelompok dengan mengganti atau mengeluarkan anggota tertentu.
c) Mengalihkan tanggung jawab kelompok kepada perorangan.
d) Menukar suatu kegiatan (yang seharusnya dilakukan oleh siswa
e) untuk menghindari tingkah laku tertentu.
3). Penguasaan atau penekanan.
a) Memerintah, memarahi, mengumpat.
b) Memakai pengaruh orang lain yang berkuasa (misalnya orang tua, Kepala Sekolah)
c) Menyatakan ketidak setujuan dengan kata-kata yang tidak wajar,
d) Melakukan tindakan kekerasan sebagai pelaksanaan ancaman yang telah diberikan
e) Menggunakan hadiah kepada yang patuh sebagai perbandingan bagi yang melanggar
f) Mendelegasikan wewenang kepada siswa untuk memaksakan penguasaan kelas.
Ahmad rohani (2004; 127) berpendapat bahwa Dimensi pencegahan dapat merupakan tindakan guru dalam mengatur lingkungan belajar, mengatur peralatan, dan lingkungan sosio emosional
a. Kondisi dan situasi belajar mengajar
1. Kondisi fisik : ruangan tempat berlangsungnya proses belajar mengajar, pengaturan tempat duduk, ventilasi dan pengaturan cahaya, pengaturan penyimpanan barang barang,
2. Kondisi sosio emosional: tipe kepemimpinan, sikap guru, suara guru, pembinaan raport,
3. Kondisi organisasional : pergantian pelajaran, guru berhalangan hadir, masalah antar peserta didik, upacara bendera, dll
b. Disiplin dan tata tertib
1. Memahami disiplin
2. Sumber sumber pelanggaran disiplin
3. Penanggulangan pelanggaran disiplin: pengenalan peserta didik, melakukan tindakan korektif, melakukan tindakan penyembuhan,
4. Tertib ke arah siasat.
___________________
sumber
Lalu Muhammad Azhar, 1993, proses belajar mengajar pola CBSA, Surabaya; usana offset
Ahmad rohani, 2004 pengelolaan pengajaran, Jakarta, Rineka cipta.
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar