Proses Dan Model Model Komunikasi


Model Model Komunikasi
Proses Dan Model Model Komunikasi

 

     Pada dasarnya semua kelompok memiliki dua dimensi aktivitas penting. Yaitu aktivitas tugas dan aktivitas pemeliharaan agar kelompok dapat mencapai dan mempertahankan produktivitas yang tinggi. Aktivitas tugas adalah berbagai hal yang dilakukan anggota dan langsung berkontribusi pada kinerja kelompok. Sedangkan aktivitas pemeliharaan adalah semua aktivitas pendukung hubungan sosial dan antar pribadi di antara anggota kelompok Pelaksanaan kedua aktivitas penting tersebut dapat berlangsung dengan baik jika komunikasi dalam kelompok berlangsung efektif. Selain itu usaha kerja sama untuk mencapai tujuan kelompok juga membutuhkan frekuensi. Kejelasan, dan keakuratan dalam berkomunikasi. Sehingga kelompok harus dapat berkomunikasi secara efektif.

          Istilah komunikasi (bahasa Inggris:communication) berasal dari communis (bahasa Latin) yang berarti sama (common); kemudian berubah menjadi kata kerja communicare, yaitu menyebarkan/memberitahukan. Jadi menurut asal katanya, komunikasi berarti menyebarkan atau memberitahukan informasi kepada pihak lain guna mendapatkan pengertian yang sama. Bovee (2003)mendefinisikan komunikasi sebagai proses mengirim dan menerima pesan, serta dikatakan efektif jika pesan tersebut dapat dimengerti dan menstimulasi tindakan atau mendorong orang lain untuk bertindak sesuai dengan pesan tersebut. Supaya komunikasi efektif mudah tercapai, maka orang yang melakukan komunikasi berkewajiban untuk membuat dirinya dimengerti; dan orang yang tidak paham saat menerima pesan berkewajiban untuk meminta penjelasan.
       

PROSES KOMUNIKASI (KOMPONEN / UNSUR KOMUNIKASI)


       Selain sebagai sarana pengirim informasi, komunikasi juga merupakan sebuah proses. Proses komunikasi adalah rangkaian tahap yang harus dilalui dalam pengiriman informasi. Proses komunikasi memiliki lima macam unsur/komponen dasar yaitu: (1) pengirim pesan, (2) pesan, (3) saluran/media, (4)penerima pesan, dan (5) balikan (Muhammad, 2002).

1. Komunikator: pengirim informasi yang mencipta ide/gagasan.
2. Encoding: penyusunan ide dalam bentuk pesan (message), simbol atausandi. Pesan bisa berupa gambar, kata (lisan/tulisan), kontak mata,ekspresi wajah dan isyarat gerak badan (body language)
3.  Channels transmitting: pesan disampaikan melalui saluran atau mediayang meliputi panca indera (misalnya secara face to face) dan non indera(melalui surat, telepon, e-mail), baik secara lisan maupun tulisan.
4. Komunikan: penerima informasi. Apabila pesan disampaikan lisan, maka komunikan dapat mendengarkan. Namun jika pesan disampaikan tertulis maka komunikan dapat membacanya.
5. Decoding: komunikan mengartikan dan memahami pesan.
6. Feedback: tanggapan, respon atau umpan balik. Komunikator dan komunikan harus berpengalaman sama (common experience) agar komunikan dapat memberikan respon sesuai harapan komunikator.

      Bentuk paling dasar berkomunikasi adalah komunikasi tanpa kata (nonverbal) yang menggunakan isyarat, ekspresi wajah, kontak mata, postur, gerak atau bahasa tubuh. Sedangkan komunikasi dengan kata (verbal) haruslah empati, yang berusaha memahami orang lain dan selalu memelihara sopan santun. Saat ini komunikasi yang sering digunakan adalah komunikasi tulisan, baik berupa surat, e-mail, faksimile, dan sms melalui telepon seluler Berikutnya terdapat konteks yakni suasana, situasi, keadaan, dan tempat terjadinya komunikasi. Sehingga komunikasi kelompok adalah komunikasi yang terjadi dan berlangsung dalam suatu kelompok. Akhirnya komunikasi bisa dibedakan berdasarkan pada segi:
1 Sifat komunikasi: lisan, tertulis, verbal, dan non verbal.
2 Aliran atau arah komunikasi: ke atas, ke bawah, horizontal, diagonal ke atas, diagonal ke bawah, satu arah. dan dua arah
3. Lawan komunikasi: satu lawan satu, satu lawan banyak (kelompok),kelompok lawan satu, dan kelompok lawan kelompok
4 Keresmian komunikasi: formal (resmi) dan informal (berlangsung santai).
5. Ruang lingkup komunikasi: internal dan ekternal
          Komunikasi dalam kelompok adalah komponen yang sangat penting dalam proses kelompok. Sebab komunikasi yang mengakibatkan para anggota kelompok saling berinteraksi dan mengenal satu sama lain, belajar cara berperilaku dalam kelompok, mengidentifikasi diri dengan kelompok, serta berbagi informasi yang diperlukan untuk berkinerja positif. Sehingga pada intinya komunikasi adalah basis interaksi yang mendasari semua proses dinamika kelompok.

MODEL KOMUNIKASI


           Terdapat dua model komunikasi organisasi (menurut Imron, 2003) yaitu model linier dan model interaktif. Model linier dikembangkan atas dasar model mekanik yang didesain untuk sistem telepon dengan formula: siapa mengatakan apa, melalui saluran apa, dan dengan efek apa? Luthan (1989)menyebut model linear sebagai superior subordinate communication. Model ini beraliran searah yang mengidentifikasi elemen proses komunikasi yaitu sumber, pesan, saluran, penerima dan efek.
             Model linier terdiri atas: teori peluru, teori persepsi selektif dan teori efek terbatas. Teori peluru atau teori jarum suntik, mendapatkan penganut sebelum perang dunia kedua ketika Hitler dan Goebbels menggiring berjuta-juta orang dalam perjuangan Nazi Jerman lewat media film dan radio. Keperkasaan kedua media tersebut, menunjukkan bahwa anggota pada struktur organisasi pada saat itu begitu mudah ditembaki atau diterobos jarum dengan pesan pesan persuasif. Mengingat aliran pesan berasal dari atas ke bawah, maka model demikian ini oleh Luthan (1989) disebut sebagai metode downward communication. Setelah perang dunia kedua, teori ini berangsur-angsur kehilangan dukungan dari para peneliti. Hal tersebut karena khalayak yang ditembaki dengan pesan persuasif ternyata tidak pasif. Mereka memilih menginterpretasikan dan bahkan hanya mengingat sebagian pesan-pesan yang diterimanya. Berarti ada persepsi selektif penerima pesan, sebagai cikal bakal lahirnya teori persepsi selektif. Menurut teori persepsi selektif, penerima pesan akan lebih memperhatikan dan hanya akan mengingat isi pesan yang secara kebetulan berkaitan dengan segi kepentingan dan minatnya.
               Pada perkembangan lebih lanjut, lahir teori efek terbatas atau bahkan teori tanpa efek, sebagai anti tesis teori peluru. Jika teori persepsi selektif membuat khalayak penerima pesan menyeleksi pesan yang sampai kepadanya, maka oleh teori efek terbatas atau tanpa efek justru khalayak sebagai penentu bagi pesan yang sampai kepadanya. Bahkan dalam derajat tertentu, khalayak lah yang justru menentukan pesan itu, dan bukan pengirimnya. Luthan (1989)menyebut model komunikasi ini subordinate-initiated communication atau upward communication. 
              Oleh karena model linier cenderung menempatkan para partisipan komunikasi pada posisi yang tidak sejajar serta memberikan penjelasan yang terbatas, maka muncullah model interaktif sebagai sebuah alternatif (Gonzalez, 1988Luthans, 1989). Model interaktif digambarkan berbeda oleh para peneliti, yaitu sebagai lingkaran tumpang tindih, sebagai sebuah heliks dan sebuah zigzag
               Pada model lingkaran tumpang tindih, tidak dibedakan siapa pengirim pesan dan siapa penerimanya, karena mereka semua adalah partisipan Manakala pengalaman partisipan banyak persamaannya, maka daerah tumpang tindih akan semakin besar, yang berarti bahwa derajat pemahaman satu sama lain terhadap sesuatu semakin besar. Pada model heliks, partisipan komunikasi mempunyai kecenderungan untuk bergerak menuju suatu arah bersama dalam arti memahami pesan masing-masing; tetapi bisa juga menuju ke arah yang berlainan. Sementara model zigzag meyakini bahwa setiap partisipan komunikasi memerlukan waktu untuk meyakinkan diri bahwa partisipan yang lain memahami apa yang mereka maksudkan. Peluang demikian diperbesar oleh interaksi sehingga pemahaman di antara partisipan terjadi secara bertahap.


_____________________
Sumber Wildan Zulkarnain,2013, dinamika kelompok, Jakarta; bumi aksara
Veithzal Rivai, 2004, kiat memimpin dalam abad ke 21, Jakarta : raja grafindo persada

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar