3 Cara Menentukan Masalah Dalam Belajar dan Pembelajaran


3 Cara Menentukan Masalah

berikut adalah tiga 3 Cara Menentukan Masalah Dalam Belajar dan Pembelajaran

1.Pengamatan Perilaku Belajar 


  Guru selaku yang bertindak membelajarkan dengan mengajar. Guru selaku pengamat, melakukan pengamatan terhadap perilaku siswa dalam pengamatan tersebut guru juga mewawancarai siswa atau teman belajar jadi ada perbedaan peran guru, yaitu peran membelajarkan dan peran pengamat untuk menemukan masalah-masalah belajar bila masalah siswa ditemukan, maka sebagai pendidik, guru berusaha membantu memecahkan masalah belajar.
Peran pengamatan perilaku belajar dilakukan sebagai berikut:
1.Menyusun rencana pengamatan, seperti tindak belajar berkelompok atau belajar sendiri, atau yang lain.
2.Memilih siapa yang akan diamati, meliputi beberapa orang siswa.
3. Menentukan berapa lama berlangsungnya pengamatan, seperti dua, tiga atau empat bulan.
4.Menentukan hal-hal apa yang akan diamati, seperti cara siswa membaca, cara menggunakan media belajar, prosedur, dan cara proses belajar sesuatu.
5.Mencatat hal-hal yang diamati.
6.Menafsirkan hasil pengamatan. Untuk memperoleh informasi tentang pengamatan perilaku belajar tersebut, bila perlu guru melakukan wawancara pada siswa tertentu, untuk mempermudah pengamatan, pada tempatnya guru menggunakan lembar pengamatan perilaku belajar. (Semiawan, et.al, 1987; Biggs & Telfer, 1987.)

2.Analisis Hasil Belajar


Analisis hasil belajar siswa merupakan pekerjaan khusus. Karena Hal ini pada tepatnya dikuasai dan dikerjakan oleh guru dalam melakukan analisis hasil belajar pada tempat guru melakukan langkah-langkah berikut
a.Merencanakan analisis mulai sejak awal semester, sejalan dengan desain instruksional
b. Merencanakan jenis-jenis pekerjaan siswa yang dipandang sebagai hasil belajar sebagai ilustrasi hasil ujian atau pokok bahasan mana yang dijadikan kajian
c.Merencanakan jenis-jenis kegiatan ujian dan alat evaluasi, kemudian menganalisis kepantasan jenis ujian dan alat evaluasi tersebut
d. Mengumpulkan hasil belajar siswa, baik itu yang berupa jawaban ujian tulis, ujian lisan dan karya tulis maupun benda 
e.melakukan analisis secara statistik tentang angka-angka perolehan ujian dan mengategori karya-karya yang tidak bisa diangkakan,
f.mempertimbangkan hasil pengamatan pada kegiatan belajar siswa; perilaku belajar siswa tersebut dikategorikan secara ordinal,
g.mempertimbangkan tingkat kesukaran bahan ajar bagi kelas, yang dibandingkan dengan program kurikulum yang berlaku,
h.memperhatikan kondisi-kondisi ekstern yang berpengaruh atau diduga ada pengaruhnya dalam belajar,
i.guru juga melancarkan suatu angket evaluasi pembelajaran pada siswa menjelang akhir semester, pada angket tersebut dapat ditanyakan tanggapan siswa tentang jalannya proses belajar-mengajar dan kesukaran bahan belajar. Dengan analisis tersebut, guru mengambil kesimpulan tentang hasil belajar kelas dan individu. (Winkel, 1991:325-37 ; Biggs & Telfer, 1987:459-506.)

3.Tes Hasil Belajar


Untuk mengetehaui hasil belajar sekiranya perlu diadakan tes untuk mengukur tingkat keberhasilan. adapun jenis tes yang digunakan umumnya digolongkan sebagai tes lisan dan tes tertulis. Tes tertulis terdiri dari tes esai dan tes objektif ,Tes lisan memiliki kelebihan kelebihannya adalah yaitu

     Tes lisan memiliki kelebihan. Kelebihannya adalah

(i)penguji dapat menyesuaikan bahasa dengan tingkat daya tangkap siswa,
(ii)penguji dapat mengejar tingkat penguasaan siswa tentang pokok bahasan tertentu, dan
(iii)siswa dapat melengkapi jawaban lebih leluasa
Kelemahannya adalah
(i)penguji dapat terjerumus pada kesan subjektif atas perilaku siswa, dan
(ii)memerlukan waktu yang lama. Tenggang waktu masih dapat diatasi.

Tes tertulis memiliki kelebihan. Kelebihannya adalah

(i)penguji dapat menguji banyak siswa dalam waktu terbatas,
(ii)objektivitas pengerjaan tes terjamin dan mudah diawasi,
(iii)penguji dapat menyusun soal-soal yang merata pada tiap pokok bahasan,
(iv)penguji dengan mudah dapat menentukan standar penilaian, dan
(v)dalam pengerjaan, siswa dapat memilih menjawab urutan soal sesuai kemampuannya.
Kelemahannya adalah
(i)penguji tidak sempat memperoleh penjelasan tentang jawaban siswa,
(ii)rumusan pertanyaan yang tak jelas menyakit kan siswa, dan
(iii)dalam pemeriksaan dapat terjadi subjektivitas penguji.

Tes esai memiliki kelebihan. Kelebihannya adalah

(i)penguji dapat menilai dan meneliti kemampuan siswa bernalar, dan (
(ii)bila cara memberi angka ada kriteria jelas maka dapat menghasilkan data objektif.
Kelemahannya adalah
(i)jumlah soal sangat terbatas dan kemungkinan siswa berspekulasi dalam belajar, serta
(ii) objektivitas pengerjaan dan pembinaan sukar dilakukan.

Tes objektif memiliki kelebihan. Kelebihannya adalah

(i)penguji dapat membuat soal yang banyak dan meliputi semua pokok bahasan,
(ii)pemeriksaan dapat dilakukan secara objektif dan cepat,
(iii)siswa tak dapat berspekulasi dalam belajar, serta
(iv) siswa yang tak pandai menjelaskan dengan bahasa yang baik tidak terhambat.
Kelemahannya adalah
(i)kemampuan siswa bernalar tidak tertangkap,
(ii)(ii) penyusunan tes memakan waktu lama,
(iii)memakan dana besar,
(iv)siswa yang pandai menerka jawaban dapat keuntungan, dan
(v)pengarsipan soal sukar dan memungkinkan kebocoran.

Tes hasil belajar adalah alat untuk membelajarkan siswa Meskipun demikian keseringan penggunaan tes tertentu akan menimbulkan kebiasaan tertentu. Artinya, jenis tes tertentu akan membentuk jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik tertentu. Sebagai ilustrasi, uji kemampuan afektif seperti penilaian sikap pada PMP tidak dapat diuji dengan menggunakan tes objektif atau dengan memilih isian benar atau salah. Pada tempatnya guru mempertimbangkan dengan saksama kebaikan dan kelemahan jenis tes hasil belajar yang digunakan.

     Tes hasil belajar dapat digunakan untuk

(i) menilai kemajuan belajar, dan
(ii) mencari masalah-masalah dalam belajar. Untuk menilai kemajuan dalam belajar, pada umumnya penyusun tes adalah oleh guru sendiri. Untuk mencari masalah-masalah dalam belajar, sebaiknya penyusun tes adalah tim guru bersama-sama konselor sekolah. Oleh karena itu, pada tempatnya guru profesional memiliki kemampuan melakukan penelitian secara sederhana. (Winkel, 1991; Biggs Telfer, 1987.)




Sumber
Mudjiono &Dimyati,  Belajar dan pembelajaran,  jakarta: rineka cipta, 2006


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar