Tujuan Dan Asumsi Pembelajaran Bermain Peran (Role Playing)


Pembelajaran  Bermain Peran (Role Playing)
Pembelajaran  Bermain Peran (Role Playing)


Inti bermain peran adalah keterlibatan peserta dan pengamat dalam situasi masalah sebenarnya dan keinginan untuk mengatasi dan memahami bahwa keterlibatan ini timbul.

Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri (jati diri) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok. Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran-peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk:

(1) menggali perasaannya,

(2) memperoleh inspirasi dan pemahaman yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya,

(3) mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan

(4) mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak karena ia akan mendapatkan diri dalam suatu situasi di mana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja, dan lain-lain

Tujuan-tujuan ini mencerminkan beberapa asumsi tentang proses pembelajaran dalam bermain peran.

       Pertama, bermain peran secara implisit mendukung situasi pembelajaran berbasis pengalaman di mana “di sini dan sekarang" menjadi muatan pelajaran. Model ini mengasumsikan bahwa dimungkinkan untuk menciptakan analogi-analogi autentik terhadap situasi masalah kehidupan nyata dan bahwa melalui penciptaan kembali ini siswa dapat membuat contoh" kehidupan. Dengan demikian, proses memainkan peran menjelaskan respons dan perilaku emosional asli dari siswa .

      Asumsi yang berhubungan adalah bahwa bermain peran dapat menggambarkan perasaan siswa yang dapat mereka kenali dan mungkin melepaskannya melalui pemeranan yang logis. Versi bermain peran dari Shaftel menekankan muatan intelektual sebanyak muatan emosional; analisis dan pembahasan proses memainkan peran adalah sama pentingnya dengan bermain peran itu sendiri.

       Asumsi yang lain, sama dengan asumsi model sinektik  adalah bahwa emosi dan gagasan dapat dibawa kepada kesadaran dan diperkuat oleh kelompok. Reaksi bersama dari kelompok dapat memberikan gagasan baru dan memberikan arah bagi pertumbuhan dan perubahan. Model ini mengurangi pentingnya peran tradisional guru dan mendorong tindakan mendengarkan dan mempelajari dari rekan-rekan sebaya.

      Asumsi akhir adalah bahwa proses psikologi tersembunyi yang melibatkan sikap, nilai, dan sistem keyakinannya sendiri dapat dibawa kepada kesadaran dengan menggabungkan proses memerankan spontan dengan analisis. Selain itu, individu dapat memperoleh ukuran kontrol terhadap sistem keyakinan mereka apabila mereka mengenal nilai-nilai dan sikap mereka dan mengujinya terhadap pandangan orang lain. Analisis tersebut dapat membantu mereka mengevaluasi sikap dan nilai-nilai mereka dan akibat dari keyakinan mereka, sehingga mereka dapat memungkinkan diri mereka sendiri untuk tumbuh.

      Konsep peran adalah salah satu landasan teoritis sentral dari model bermain peran. Ia juga merupakan tujuan utama. Siswa perlu belajar untuk mengenal peran-peran yang berbeda, dan untuk memikirkan perilakunya sendiri serta perilaku orang lain dalam hal peran. Ada banyak aspek lain untuk model ini, dan banyak level analisis, yang sampai tingkatan tertentu saling berkompetisi. Sebagai contoh, isi masalah, solusi masalah, perasaan akan pemain peran, dan proses memainkan peran itu sendiri, semuanya berperan untuk melibatkan siswa dalam role play.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar