Jin Qorin Dan Parafu : Sebutan Mahluk Sebangsa Jin


Jin Qorin Dan Parafu : Sebutan Mahluk Sebangsa Jin

PARAFU adalah sebutan masyarakat Dompu pada mahluk sebangsa Jin

PARAFU adalah sebutan masyarakat Dompu pada mahluk sebangsa Jin, yang mendiami kawasan-kawasan tertentu di daratan, seperti pada mata air, Palung (Diwu) Sungai, di tempat Pertemuan dua buah Sungai (Ncao Kai Sori).
Sedangkan yang berada di kawasan pantai seperti penguasa pantai Laut Selatan Nyi Roro Kidul,  masyarakat menyebutnya Poto Ra Mata.

Parafu atau Poto Ra Mata dipercaya dapat mewujudkan keinginan/permohonan bagi siapa saja yang memintanya. Caranya adalah dengan mendatangi tempat-tempat yang dipercaya sebagai tempat yang dihuni oleh Parafu untuk melakukan ritual permohonan. 

Ritual Permohonan ini bukan hanya sekedar ritual  menyampaikan keinginan tetapi merupakan sebuah gambaran keadaan  religus masyarakat saat itu, warisan tradisi  leluhur yang masih menganut paham Animisme. Di saat itu masyarakat percaya bahwa Jin dan roh haluslah yang bisa mendatangkan kebaikan maupun keburukan.  Di samping itu segala macam benda-benda juga dianggap memiliki Jiwa yang harus dihormati agar Sang Jiwa tidak mengganggu manusia, tetapi mendatangkan kebaikan. Contoh pemujaan masyarakat terhadap Padi yang dianggap seolah  Dewa yang memberi kehidupan, sehingga disebut RUMA NAWA (Ruma = Tuhan. Nawa = Roh)

Dibanding Poto Ra Mata, Parafu lebih sering dijumpai oleh masyarakat, sehingga lebih dikenal dalam kehidupan sehari-hari, bahkan sering dikait-kaitkan dengan   watak dan prilaku seseorang. Jika ada orang yang  tiba-tiba marah tanpa sebab, masyarakat sering mengatakan hal itu karena sedang kedatangan Parafunya.  Atau Jika ada seseorang yang menunjukkan prilaku seperti kelainan Jiwa, orang tersebut dikatakan Wati Ncihi Soji Na (Kurang lengkap Sesajennya !). Hal ini ada kaitannya dengan ritual yang dilakukan.

RITUAL

RITUAL atau  kegiatan yang telah ditentukan tatacara dan perlengkapannya saat melakukan upacara permohonan yang dalam bahasa daerah Dompu disebut Mbei Ru'u tidak boleh dilakukan sembarangan. Sebab jika tidak dilakukan sesuai ketentuan, terutama syarat kelengkapan Sesajiannya, biasanya akan mendatangkan kemarahan Parafu. Jenis dan macam Sesajiannya pada setiap acara berbeda. Khusus pada ritual Mbei Ru'u Sesajiannya terdiri dari :


  • Ayam sepasang  (Jantan dan Betina.)
  • Nasi 4 warna
  • Sirih dan perlengkapannya (Mama Saleo)
  • Rokok sebatang (Rongko salona)
  • Pisang Ambon sebiji
  • Kemenyan


Semua bahan Sesajen dibawa ke tempat melakukan ritual. Tempat-tempat di Dompu yang biasa dijadikan tempat ritual adalah :

PALUNG (Diwu)
  • Diwu Kalio, sebelah timur RSU Dompu
MATA AIR (MADA OI)
  • Mada Oi Nggela, Kelurahan Doro Tangga
  • Mada Oi Parapimpi, Sebelah Timur Raba Laju
  • Mada Kimbi, Kelurahan Kandai I
  • Mada Oi Bata, Kelurahan Kandai I
  • Mada Oi Kalo, Sambi-Kempo
TEMPAT PERTEMUAN 2 BUAH SUNGAI (NCAO KAI SORI)
  • Kareke, Desa Lepadi
  • LampaLisu, Tonda
DAERAH PANTAI
  • Toro Ruma, Kempo
  • Toro Santigi, Kempo
  • Toro Hodo, Kempo     


Pada upacara-upacara sakral seperti Pernikahan (Nika Ra Nako), Sunatan (Suna Ra Ndoso), Cera Labu (ritual khusus untuk Potu Ra Mata), memiliki Sesajen yang berbeda. Akibat dari tidak lengkapnya Sesajen juga akan mendatangkan kemarahan Parafu. Entah perjanjian apa yang telah dilakukan oleh leluhur terdahulu terutama di kalangan kerabat Kerajaan, sampai-sampai pergeseran zaman, budaya, dan keyakinan rupanya belum memutus hubungan kedekatan Parafu dengan turunannya.

Kejadian di sebuah perhelatan perkawinan di tahun 1990-an, puluhan tahun jaraknya dari sejak sistim Kerajaan berakhir.
Tiba-tiba ada seorang wanita-kerabat penganten yang kesurupan dan menyatakan hal-hal yang seolah berasal dari tetua penganten. Menurut suara yang menyerupai suara Sultan yang telah wafat, ada kesalahan dalam cara meletakkan Sesajen dan cara memainkan musik tradisionil pengiring yang selalu dibunyikan sepanjang prosesi perhelatan. Iseng benar nih Parafu.

Perihal orang Kesurupan, di mana makhluk gaib masuk ke dalam tubuh manusia baik melalui mediasi maupun masuk begitu saja, mengakui sebagai ruh seorang tokoh agama atau negara, atau Raja-Raja terdahulu. Si Mahluk gaib meyakinkan dengan menyebutkan sesuatu yang benar-benar berkaitan dengan bagaimana kehidupan ruh itu sebelumnya, sehingga orang percaya. Kalaupun ada kesamaan, sebenarnya  itu bukan bukti bahwa yang masuk ke dalam tubuh adalah ruh orang yang telah meninggal.

Sebenarnya Itu adalah ulah Jin Qorin, teman dari ruh yang tidak ikut meninggal meski orang yang ditemani telah meninggal. Wajar saja dia tahu tentang orang tersebut, karena ia telah menamani sepanjang hidupnya.

Rasulullah Muhammad SAW bersabda tentang al Qarin, “tidak satupun dari kamu yang tidak diwakilkan oleh Allah seorang Qarin (peneman) baginya dari bangsa Jin dan Qorin dari Malaikat  yang ditugaskan Allah untuk selalu mengikuti manusia (HR. Muslim dan Ibnu Mas’ud).

Dalam kisahnya setiap Raja memiliki Parafunya sendiri-sendiri, entah itu dari jenis yang jahat atau baik.  Raja-Raja Jogja misalnya, memiliki kedekatan khusus dengan Ratu penguasa Pantai Selatan Nyi Roro Kidul. Kisah Dewi Anjani Sang Penjaga Gunung Rinjani, adalah anak hasil perkawinan dari Raja Selaparang dengan bangsa Jin.

Konon Raja-Raja Dompu terdahulu memiliki kesaktian layaknya kemampuan Jin. Dr. Umar Sulaiman Al-Asqar, melukiskan bahwa  sosok Jin  memiliki potensi dan keajaiban yang dimiliki oleh mahluk lain. Ia bisa bergerak cepat, berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya yang jauh dalam sekejap. Ia dapat membawa manusia terbang di udara, menyusup ke dalam tubuh manusia, binatang, pohon-pohon dan lain-lain.

Begitu juga dengan kesaktian yang dimiliki para Panglima yang digambarkan dapat berjalan dan berlari di atas air, atau dapat mengendalikan peluru.

Dari hadist Rasulullah menunjukkan bahwa memang ada hubungan yang tidak terpisahkan antara manusia dengan Parafu. Kesaktian yang dimiliki Jin cenderung dimanfaatkan oleh manusia untuk tujuan keduaniawian, sehingga Jin yang diminta untuk berbagi kesaktian pasti menentukan 'Mahar' sebagai imbal balik. Beruntung jika yang diminta tumbal berupa binatang, ayam, kambing. Jika yang diminta tumbal itu manusia apalagi dari keluarga sendiri ? Mudharat deh .....

Peristiwa menghilangnya putra pertama Raja Muda Abdul Wahab (putra dari Muhammad Sirajuddin) seketika saat dilahirkan disaksikan oleh orang banyak,  apakah ini ada kaitannya dengan 'Mahar' yang dimaksud ? Kemudian setelah kira-kira umurnya dewasa, putra yang menghilang ini, konon sering datang menemui ibundanya Uma Amu lewat orang  kesurupan, dan mengaku bernama Lalu Dole.

Dalam masyarakat Dompu sendiri sering anak-anak kecil tiba-tiba menghilang dan baru ditemukan setelah masyarakat ramai-ramai mencari sambil membuat bunyi-bunyian dengan memukul alat dapur (panci,wajan,sutil) di sekitar rumah atau di kawasan-kawasan dekat pemukiman yang dikenal angker.

Biasanya setelah itu anak yang hilang ditemukan di tempat-tempat yang tidak biasa, seperti di loteng, kolong tempat tidur, atau di kawasan yang angker. Diajak oleh wanita cantik, begitu jawabnya jika ditanya ke mana menghilang Masyarakat percaya kejadian seperti ini disebabkan oleh Parafu, sehingga di menamakan Keko ba Henca (Disesatkan oleh Jin).

Setelah masuknya agama Islam di awalnya tradisi minta-minta kepada Parafu masih kerap dilakukan. Namun dengan berjalannya waktu, di mana pemahaman dan kepatuhan terhadap perintah-perintah agama semakin baik, maka akhirnya tradisi yang berkaitan dengan paham Animisme yang berseberangan dengan Syari'ah Islam lama-lama juga  akan ditinggal.

Allah menegaskan dalam FirmanNya : " Barang siapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah, kami adakan bagi mereka setan yang menyesatkan, maka setan itulah yang menjadi Qarin, dan sesungguhnya mereka benar-benar menghalangi mereka dari jalan dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk (Az-Zukhruf : 43/36).

Wallaahu A’lam Bish-Shawab
Demikian, semoga di antara pembaca  menggangtungkan harapan dan do'a-do'anya hanya kepada Allah semata, Penguasa alam dan seisinya. Aamiin !
Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar