Panduan Memilih dan Menggunakan Kata Dengan Tepat
Panduan Memilih dan Menggunakan Kata Dengan Tepat |
PANDUAN MEMILIH KATA
Lalu, bagaimana kita mengetahui bahwa kata yang kita gunakan itu tepat? Anda dapat menilainya dengan mengajukan pertanyaan pemandu seperti berikut
1. Apakah kata yang dipilih telah mencerminkan gagasan atau perasaan yang ingin saya sampaikan?
2. Apakah kata yang dipilih sudah cukup lengkap untuk mendukung maksud saya, atau masih memerlukan penjelasan tambahan?
3. Apakah kata yang digunakan sesuai dengan konteks atau topik tulisan saya?
4. Apakah kata yang dipilih dapat dipahami atau tidak akan disalahtafsirkan oleh pembaca?
5. Apakah saya tidak menggunakan kata-kata secara berulang sehingga membosankan pembaca?
Lalu, apakah pertanyaan-pertanyaan di atas selalu harus kita lontarkan setiap memilih dan menggunakan kata? Tentu, tidak! Kelima pertanyaan di atas hanyalah rambu-rambu yang akan melengkapi pengetahuan kita dalam penggunaan kata. Proses pemilihan kata itu sendiri pada praktiknya terjadi secara spontan
Oleh karena itu pulalah, baik sebagai penulis atau guru Bahasa Indonesia, kita mempelajari hubungan makna antarkata (hiponimi, homografi, polisemi, antonimi, dan sinonimi), perubahan makna (amelioratif, peyoratif, sinestesia, meluas dan menyempit), majas, dan sebagainya. Anda pasti telah memahami dengan baik pengertian dari pelbagai istilah itu. Tetapi, bagaimana memanfaatkan pemahaman kita untuk mengenali potensi dan karakteristik kata serta menggunakannya dalam tulisan kita, inilah persoalan yang akan dikaji dalam uraian selanjutnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kata.
1. Membedakan dengan Cermat Kata-kata Denotatif dan Konotatif
Kita tahu bahwa suatu kata tidak selalu hanya mengacu pada pengertian dasarnya, tetapi juga dapat merujuk pada tautan atau asosiasi kata dengan sesuatu yang lain.
Hal yang harus kita ingat adalah batas penggunaan kedua macam kata itu merupakan sebuah rentangan (continuum). Sebagai basis berbahasa, kata-kata denotatif merupakan bahan utama dalam karangan apa pun. Kata-kata itu digunakan baik dalam karya ilmiah maupun karya kreatif. Adapun kata-kata konotatif jarang digunakan untuk penulisan karya ilmiah. Kalau pun ada. akan sangat sedikit dan tidak sampai mengganggu pemaknaan. Sementara itu, dalam karya sastra atau karya kreatif lainnya, keberadaan kata-kata konotatif lebih terasa daripada dalam karya ilmiah
Karena kata-kata bermakna konotatif merupakan tambahan makna atas suatu kata, maka kata-kata konotatif hanya dapat digunakan dengan baik apabila makna denotasinya dipahami dengan baik pula.
2. Mencermati Kata-kata yang Bersinonim
Setiap kata mempunyai nuansa makna yang khas. Bagaimanapun tingginya tingkat kesinoniman antarkata, tidak ada sinonim yang mutlak. Tidak ada kata bersinonim yang dapat menggantikan satu sama lain pada setiap konteks. Perbedaan nuansa makna yang bersinonim itu pasti ada. Mungkin berkaitan dengan keumuman dan kekhususan jangkauan maknanya, kandungan emosional yang terdapat di dalamnya, serta distribusinya dalam konteks berbahasa.
3. Memperhatikan Pergeseran atau Perubahan Makna Kata yang Terjadi
Saudara, makna suatu kata itu dapat berubah. Perubahan itu dapat disebabkan oleh banyak hal. Di antaranya oleh kekreatifan pemakainya. Kata yang ada dibatasi maknanya serta diberikan makna baru dengan cakupan yang makin meluas atau menyempit, atau nilai rasa yang positif atau negatif Dalam buku-buku tata bahasa, konsep perubahan makna kata itu kita kenal dengan istilah meluas, menyempit, ameliorasi, peyorasi, metafora, metonim, dan sinestesia. Anda pun pasti sudah memahami istilah-istilah itu, bukan?
Implikasinya, kita harus memperhatikan perubahan makna dari kata yang dipilih dengan cermat. Kata pahit misalnya, tidak hanya mengacu kepada rasa makanan atau minuman saja yang dikecap oleh lidah, tetapi juga kepada sesuatu hal (perkataan perbuatan atau peristiwa yang tidak nyaman dirasakan oleh nurani atau perasaan Contoh lain, kata kemerdekaan. Pada masa perjuangan, kata tersebut lebih sering dimaknai dengan kebebasan suatu kelompok masyarakat atau bangsa dari cengkeraman penjajah. Kini, selain pengertian tersebut, kata kemerdekaan pun sering digunakan untuk mengacu kepada kebebasan berpikir dan berbuat setiap anggota masyarakat dalam berbangsa dan bernegara; atau rasa bebas dari suatu persoalan yang dirasa membelenggu
Sehubungan dengan adanya perubahan makna kata, di satu sisi kita dapat memanfaatkannya sebagai kekayaan sumber daya pengungkapan maksud (variasi kata), terutama untuk kata-kata yang mengalami perubahan makna meluas. Di sisi lain, kita perlu hati-hati menggunakannya agar tidak memunculkan kesalahpahaman. Atas dasar itu, maka pemilihan kata yang seperti ini hendaknya didasarkan atas pertimbangan
a. kelaziman dan keterkenalan makna kata dalam masyarakat bahasa,
b. kesesuaian makna kata dalam konteks dengan maksud tulisan
4. Mencermati Pemakaian Kata-kata Teknis dan Populer
Pengertian kata-kata teknis dan populer dibedakan berdasarkan frekuensi dan lingkup pemakaiannya dalam lapisan masyarakat pemakai bahasa. Kata kata teknis biasanya dikenal dan digunakan oleh kalangan terpelajar atau tertentu dalam ruang lingkup komunikasi yang agak terbatas dan bersifat resmi, seperti dalam seminar, diskusi ilmiah, rapat dinas, pembelajaran, makalah, laporan, dan surat dinas. Adapun kata-kata populer dikenal dan dipakai oleh berbagai lapisan masyarakat dalam berbahasa sehari-hari.
Sebenarnya, batas antara kata populer dan kata teknis itu bersifat relatif. Maksudnya, pada suatu masa sebuah kata tertentu dikelompokkan sebagai kata teknis. Tetapi, karena sering digunakan di kalangan umum akhirnya kata itu dipahami dan digunakan pula oleh khalayak luas. Kondisi ini menggeser pengelompokan kata teknis tersebut menjadi kata populer.
5. Mencermati Penggunaan Kata Abstrak dan Konkret
Kata abstrak sering dipertentangkan dengan kata konkret. Kata abstrak adalah kata yang maknanya mengacu kepada sesuatu yang tidak dapat diserap oleh pancaindra. Termasuk ke dalamnya adalah kata-kata yang berkenaan dengan perasaan seperti indah, baik, sedih, dan nyaman, serta konsep atau gagasan seperti keadilan, kebahagiaan, kemanusiaan, dan kepahitan Karena keabstrakannya, pemaknaan setiap orang akan kata abstrak dapat berbeda-beda. Kata konkret adalah kata yang maknanya merujuk pada sesuatu yang dapat dicerap oleh pancaindra, seperti rumah, orang, pohon, ayam dan buku
Lalu, kata-kata mana yang dipakai dalam tulisan kita? Hal ini tergantung pada tujuan dan jenis penulisan. Kata-kata konkret akan lebih efektif untuk menceritakan atau mendeskripsikan sesuatu karena dapat merangsang pancaindra dan menimbulkan gambaran nyata. Sebaliknya, kata-kata abstrak akan efektif untuk penyampaian sesuatu yang bersifat konseptual dan gagasan yang rumit. Kata itu mampu menjelaskan perbedaan yang halus di antara ide-ide yang bersifat khusus. Walaupun begitu, kita hendaknya berhati-hati dan tidak berlebihan menggunakan kata-kata abstrak. Karangan yang dipenuhi kata abstrak dapat menjadi samar, kaku, dan tidak mudah dipahami.
6. Memperhatikan Kata-kata Umum dan Khusus
Kata umum biasanya dipertentangkan dengan kata khusus. Perbedaan di antara keduanya didasarkan atas ruang lingkup semantiknya. Semakin luas dan umum jangkauan makna suatu kata, semakin umum pula sifatnya. Sebaliknya, semakin sempit jangkauan suatu kata, semakin khusus pula sifatnya. Karena keluasan daya jangkaunya, kata umum digunakan untuk mengungkapkan gagasan atau ide umum, sedangkan kata khusus dipakai untuk penjabarannya.
Unggas, misalnya, kata umum, sedangkan ayam, burung, bebek, dan angsa adalah kata khusus. Batas keumuman dan kekhususan suatu kata itu bersifat gradual atau bertingkat. Dalam tulisan, konteks kalimat dapat menjelaskan tingkat kekhususan sebuah kata. Kata burung misalnya, lebih khusus daripada kata unggas Kata burung juga lebih umum daripada kata merpati, beo, cucakrawa, dan cendrawasih.
Jadi, semakin umum suatu kata semakin banyak pula kemungkinan penafsirannya. Sebaliknya, semakin khusus suatu kata, semakin terarah pula pemaknaannya. Meskipun demikian, tidak berarti kita harus selalu menggunakan kata khusus dan tidak boleh menggunakan kata-kata umum dalam tulisan, atau sebaliknya. Kata-kata umum tetap diperlukan untuk membuat abstraksi, klasifikasi, dan generalisasi. Yang harus kita perhatikan sebagai penulis, gunakanlah kata-kata umum kalau benar-benar diperlukan. Untuk menghindari pemaknaan yang keliru terhadap kata umum, kadang kadang pemakaian kata itu dapat disertai penjelasan-penjelasan yang lebih terinci atau contoh-contoh yang lebih konkret. Dengan demikian, tulisan kita akan lebih jelas dan spesifik.
7. Menggunakan Kata dengan Hemat
Kehematan atau ekonomi kata berhubungan dengan penggunaan kata yang benar diperlukan dalam berbahasa, ini berarti kata-kata yang tidak diperlukan, yang jika dihilangkan tidak mempengaruhi arti atau maksud kalimat, harus dihindari. Pemakaian kata secara hemat akan menunjang diksi yang kuat. Ungkapan pun akan lebih ringkas, tetapi sarat dengan makna dan informasi. Bagi pembaca sendiri, kehematan kata akan membantunya mempermudah menangkap pesan yang disampaikan penulis.
8. Mewaspadai Penggunaan Kata-kata yang Belum Umum Dipakai
Saudara, ketika menulis, kita sering dihadapkan pada keinginan untuk memvariasikan kata yang digunakan. Kita pun kadang-kadang tidak mengetahui padanan kata yang tepat dan populer untuk kata yang digunakan, yang berasal dari bahasa daerah, kata dalam bahasa Indonesia yang belum populer, kata yang bersumber dari bahasa asing atau hasil terjemahan sendiri. Kalau kita paksakan memakai kata-kata seperti itu, kita khawatir pembaca akan bingung, yang pada akhirnya akan mengganggu pemahaman mereka atas tulisan kita.
9. Mencermati Penggunaan Kata Baku dan Tidak Baku
Kita hendaknya memperhatikan tingkat kebakuan kata yang digunakan dalam tulisan kita sesuai dengan masalah yang dibahas, jenis tulisan, serta pembacanya. Untuk surat-surat atau tulisan pribadi, boleh saja kita menggunakan kata-kata yang tidak baku. Tetapi untuk tulisan formal, seperti surat dinas, makalah, artikel, laporan dan dokumen, pemakaian kata-kata tidak baku seharusnya dihindari. Pemakaian kata-kata yang tidak baku untuk sebuah tulisan dinas atau ilmiah mencerminkan kekurangcermatan penulisnya. Kalau pun kita terpaksa menggunakan kata tak baku, maka kata itu hendaknya ditulis dengan huruf miring atau digarisbawahi. Kalau kita ragu akan kebakuan kata yang akan digunakan, kita dapat mengeceknya melalui Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
10. Menggunakan Majas Secara Cermat
Majas atau gaya bahasa berfungi untuk menghidupkan dan mengonkretkan karangan Majas memiliki kekenyalan atau keluwesan makna yang luar biasa. Kandungan arti yang dimilikinya mampu memancing indera pembaca karena sering lebih konkret daripada ungkapan yang harfiah. Lagi pula, majas sering lebih ringkas daripada padanannya yang terungkap dalam kata-kata biasa (Moeliono, 1989:175).
Meskipun demikian, pemakaian majas yang berlebihan dapat mengaburkan kejelasan pesan yang disampaikan penulis. Terlebih-lebih kalau tulisan itu bersifat keilmuan. Dengan demikian, majas hendaknya dipakai bila memang sangat diperlukan, terutama untuk mengonkretkan sesuatu yang abstrak atau memadatkan makna.
Demikianlah uraian singkat mengenai diksi atau pilihan kata. Untuk memantapkan pemahaman Anda kerjakanlah latihan berikut.
Keterampilan Menulis, M. Yunus dkk., 2013, universitas terbuka hal. 2.8
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar