Pendapat Teori Pengkondisian Klasik (Ivan Petrovich Pavlov) Mengenai Pendidikan


Pendapat Teori Pengkondisian Klasik (Ivan Petrovich Pavlov) Mengenai Pendidikan
Teori Pengkondisian Klasik (Ivan Petrovich Pavlov) Mengenai Pendidikan




PENGKONDISIAN KLASIK (ivan petrovich pavlov)

pavlov lahir di Rusia pada 1849 dan meninggal di sana pada 1936. Ayahnya adalah pendeta, dan Pavlov pada mulanya belajar untuk menjadi pendeta. Dia berubah pikiran dan menghabiskan sepanjang hidupnya untuk mempelajari fisiologi. Pada 1904 dia memenangkan hadiah Nobel untuk karyanya di bidang fisiologi pencernaan. Dia baru memulai studi refleks yang dikondisikan pada usia 50 tahun.

Stimulus UCS (bubuk makanan) Respon UCR (berliur), stimulus CS(metronom),lalu UCS (bubuk makanan) respon UCR(berliur) stimulus CS(metronom)  respon CR(berliur)

   Pengkondisian klasik merupakan sebuah prosedur multi-langkah yang pada mulanya membutuhkan sebuah stimulus yang tik terkondisikan (UCS Unconditioned Stimulus) yang menghasilkan sebuah respons yang tak terkondisikan(UCR - Unconditioned Response) Pavlov memberikan bubuk daging kepada si anjing yang lapar (UCS) yang kemudian membuat si anjing mengeluarkan liurnya (UCR). Untuk mengondisikan binatang ini, ia harus berulang kali diberi stimulus yang pada mulanya netral untuk waktu yang singkat sebelum diberikan UCS. Pavlov sering menggunakan metronom yang berdetak sebagai stimulus netral. Di percobaan-percobaan awal, bunyi detak metronom tidak membuat si anjing mengeluarkan liurnya. Pada akhirnya, si anjing mengeluarkan liurnya sebagai respons bunyi detak metronom sebelum bubuk daging diberikan padanya. Metronom ini menjadi sebuah stimulus yang terkondisikan (CS=Conditioned Stimulus) yang menghasilkan respons yang terkondisikan (CR = Conditioned Response) serupa dengan UCR aslinya. Pemberian CS (dalam hal ini tanpa UCS) yang dilakukan berulang kali tanpa ada penguatan membuat CR menurun intensitasnya dan kemudian hilang sebuah fenomena yang dikenal dengan kepunahan (extinction)(Larrauri & Schmajuk, 2008, Pavlov, 1932b).

     Pemulihan spontan (spontaneous recovery) terjadi setelah selang waktu di mana tidak diberikan dan CR dianggap menghilang. Jika kemudian CS diberikan dan CR nya kembali lagi, bisa kita katakan bahwa CR tersebut secara spontan dipulihkan dari kepunahan Sebuah CR yang pulih tidak akan bertahan kecuali CS tersebut diberikan kembali Pemasangan CS dengan UCS dapat mengembalikan CR kepada pengaruhnya semula sepenuhnya. Kenyataan bahwa pasangan CS-CR dapat diperbaiki tanpa banyak kesulitan menunjukkan bahwa kepunahan bukan merupakan pembatalan pembelajaran atas asosiasi-asosiasi tersebut (Redish, Jensen, Johnson,& Kurth-Nelson, 2007)

      Generalisasi bermakna bahwa CR ditimbulkan oleh stimulus-stimulus yang serupa dengan CS. Begitu si anjing telah dikondisikan untuk mengeluarkan liurnya Sebagai respons terhadap metronom yang berdetak 70 kali per menit, ia juga dapat berliur Ketika metronom tersebut berdetak lebih cepat ataupun lebih lambat, demikian juga untuk jam atau pengukur waktu yang berdetak. Makin tidak serupa stimulus-stimulus yang baru dengan CS atau makin sedikit elemen yang sama antara stimulus yang baru dan CS makin sedikitlah generalisasi yang terjadi (Harris, 2006).

       Diskriminasi adalah proses komplementer yang terjadi ketika si anjing belajar untuk merespons CS saja, sementara stimulus-stimulus yang lain yang serupa tidak. Untuk melatih diskriminasi, pelaku eksperimen dapat memasangkan CS dengan UCS dan menghadirkan pula stimulus-stimulus lainnya yang serupa tanpa UCS. Jika CSnya adalah metronom yang berdetak 70 kali per menit, maka UCS akan disajikan, sementara penyajian metronom yang lain (misalnya; metronom yang berdetak 50 dan 90 per menit) tidak dibarengi atau dipasangkan dengan penyajian UCS.

  Ketika stimulusnya telah terkondisikan, ia akan berfungsi sebagai sebuah UCS dan dalam hal ini pengkondisian dengan tingkatan yang lebih tinggi (higher-orderconditioning) dapat terjadi (Pavlov, 1927).Jika Seekor anjing telah dikondisikan untuk berliur dengan hadirnya bunyi metronom yang berdetak 70 kali per menit, metronom yang berdetak ini dapat berfungsi sebagai sebuah UCS untuk pengkondisian dengan tingkatan  yang lebih tinggi. Sebuah stimulus netral yang baru (seperti alat listrik yang berdengung) dapat dibunyikan selama beberapa detik, lalu diikuti dengan bunyi detak metronom. Jika, setelah beberapa kali percobaan, si anjing mulai berliur ketika mendengar bunyi dengung listrik tersebut, alat listrik berdengung ini telah menjadi CS tingkatan kedua. Pengkondisian untuk CS tingkatan ketiga akan memerlukan pemanfaatan CS sebagai USC dan sebuah stimulus netral baru yang dipasangkan dengannya. Pavlov (1927)melaporkan bahwa pengkondisian yang melebihi tingkatan ketiga sulit dicapai.

          Teori classical conditioning yang dikembangkan oleh Pavlov didasarkan atas reaksi sistem tak terkontrol di dalam diri seseorang dan reaksi emosional yang dikontrol oleh sistem saraf otonom serta gerak reflek setelah menerima stimulus dari luar. Suatu hal yang terpenting dari teori ini adalah tentang metode yang digunakan dalam proses belajar dan hasil-hasil yang diperolehnya.

• PENDAPAT PAVLOV TENTANG PENDIDIKAN

Prinsip Pavlovian sulit diaplikasikan ke pendidikan kelas, meskipun prinsip itu ada. Secara umum, kita dapat mengatakan bahwa setiap kali kejadian netral dipasangkan dengan kejadian bermakna, akan terjadi pengkondisian klasik; jelas, penyandingan seperti ini selalu ada di siap waktu. Ketika suatu parfum yang sering dipakai oleh guru favorit pada suatu waktu di kemudian hari tercium lagi, bau itu akan mengingatkan kenangan pada sekolah; belajar matematika dalam situasi yang menegangkan dan guru galak mungkin akan menyebabkan munculnya sikap negatif terhadap matematika; sering dihukum dengan menulis dan menulis terus mungkin akan menyebabkan sikap negatif terhadap kegiatan menulis; mendapat pelajaran sulit di pagi hari mungkin menyebabkan ketidaksukaan pada pelajaran jam pertama di pagi hari; dan guru yang ramah dan menyenangkan mungkin akan mengilhami murid untuk berkarier menjadi guru. Perasaan kecemasan yang dikaitkan dengan kegagalan di sekolah mungkin menimbulkan masalah di luar sekolah. efek Garcia menunjukkan bahwa aversi yang kuat terhadap suatu situasi dapat muncul apabila pengalaman negatif diasosiasikan dengan situasi itu. Jadi, hewan yang makan suatu makanan dan menjadi sakit akan menghindari makanan itu. Adalah mungkin jika pengalaman di kelas adalah buruk murid mungkin akan seumur hidup mengembangkan aversi terhadap pendidikan. Selain itu, murid yang punya sikap negatif terhadap pendidikan mungkin akan menyerang guru, merusak sekolah, atau berkelahi dengan murid lain untuk menyalurkan frustrasinya.



-----------------------

Sumber:

Dale H. Schunk, learning theories an educational perspective, edisi ke enam(yogyakarta : pustaka pelajar, 2012)

B. R. Hergenhahn dan Metthew H.  Olson, theories of learning,  edisi ke tujuh (jakarta;  kencana, 2009)

Zainal Abidin Arif,, landasan teknologi pendidikan, Bogor: uikapress: 2015

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar