Makna Tiap Alinea Pembukaan UUD Tahun 1945


materi TWK - Pilar Negara ( Undang-Undang Dasar 1945 ) 02
materi TWK - Pilar Negara ( Undang-Undang Dasar 1945 )



a. Naskah Undang-Undang Dasar 1945

Sebelum    dilakukan    amendemen,   UUD   1945   terdiri   atas   Pembukaan,  Batang  Tubuh  (16  bab,  37  pasal,  65  ayat  (16  ayat  berasal    dari    16    pasal    yang    hanya terdiri dari 1 ayat dan 49 ayat berasal dari 21 pasal yang terdiri dari 2 ayat atau lebih), 4 pasal  Aturan  Peralihan,  dan  2  ayat  Aturan  Tambahan),  serta  Penjelasan.

Setelah dilakukan 4 kali perubahan, UUD 1945 memiliki 16 bab, 37 pasal, 194 ayat, 3 pasal Aturan Peralihan, dan 2 pasal Aturan Tambahan.  Dalam  Risalah  Sidang  Tahunan  MPR  Tahun  2002, diterbitkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun  1945  Dalam  Satu  Naskah,  sebagai  Naskah  Perbantuan  dan Kompilasi Tanpa Ada Opini

b. Sejarah UUD 1945

Badan  Penyelidik  Usaha  Persiapan  Kemerdekaan  Indonesia  (BPUPKI)  yang  dibentuk  pada  tanggal  29  April  1945  adalah  badan yang menyusun rancangan UUD 1945. Pada masa sidang pertama  yang  berlangsung  dari  tanggal  28  Mei  hingga  1  Juni  1945,  Ir.  Soekarno  menyampaikan  gagasan  tentang  "Dasar  Negara" yang diberi nama Pancasila

Pada  tanggal  22  Juni  1945,  38  anggota     BPUPKI     membentuk     Panitia Sembilan yang terdiri dari 9     orang     untuk     merancang     Piagam  Jakarta  yang  akan  menjadi    naskah    Pembukaan    UUD    1945.     Setelah     dihilangkannya     anak  kalimat  "dengan  kewajiban  menjalankan  syariah  Islam  bagi  pemeluk-pemeluknya"          maka          naskah  Piagam  Jakarta  menjadi  naskah   Pembukaan   UUD   1945   yang  disahkan  pada  tanggal  18  Agustus 1945 oleh Panitia Persiapan      Kemerdekaan      Indonesia      (PPKI)

Pengesahan UUD 1945 dikukuhkan oleh Komite Nasional Indonesia  Pusat  (KNIP)  yang  bersidang  pada  tanggal  29  Agustus  1945.  Naskah  rancangan  UUD  1945  Indonesia  disusun  pada  masa   Sidang   Kedua   Badan   Penyelidik   Usaha   Persiapan   Kemerdekaan  (BPUPKI).  Nama  Badan  ini  tanpa  kata  "Indonesia"  karena  hanya  diperuntukkan  untuk  tanah  Jawa  saja.  Di  Sumatra ada BPUPKI untuk Sumatra. Masa Sidang Kedua tanggal  10-17  Juli  1945.  Tanggal  18  Agustus  tahun  1945,  PPKI  mengesahkan  UUD  1945  sebagai  Undang  -  Undang  Dasar  Republik Indonesia.

c. Periode Berlaku UUD 1945

> Periode berlakunya UUD 1945 (18 Agustus 1945 - 27 Desember 1949)

Dalam kurun waktu 1945-1950, UUD 1945 tidak dapat dilaksanakan  sepenuhnya  karena  Indonesia  sedang  disibukkan  dengan  perjuangan  mempertahankan  kemerdekaan.  Maklumat  Wakil  Presiden  Nomor  X  pada  tanggal  16  Oktober  1945  memutuskan  bahwa  kekuasaan  legislatif  diserahkan kepada KNIP, karena MPR dan DPR belum terbentuk. Tanggal  14  November  1945,  dibentuk  Kabinet  SemiPresidensial  ("SemiParlementer") yang pertama, sehingga peristiwa ini merupakan  perubahan  pertama  dari  sistem  pemerintahan  Indonesia terhadap UUD 1945

> Periode berlakunya Konstitusi RIS 1949 (27 Desember 1949 - 17 Agustus 1950)

Pada masa ini sistem pemerintahan indonesia adalah parlementer. Bentuk pemerintahan dan bentuk negaranya federasi yaitu negara yang di dalamnya terdiri dari negara-negara bagian yang masing masing negara bagian memiliki kedaulatan  sendiri  untuk  mengurus  urusan  dalam  negerinya.  Ini  merupakan perubahan dari UUD 1945 yang mengamanatkan bahwa Indonesia adalah Negara Kesatuan.

> Periode UUDS 1950 (17 Agustus 1950 - 5 Juli 1959)

Pada periode UUDS 1950 ini diberlakukan sistem Demokrasi Parlementer  yang  sering  disebut  Demokrasi  Liberal.  Pada  periode ini pula kabinet selalu silih berganti, akibatnya pembangunan tidak berjalan lancar, masing-masing partai lebih memperhatikan   kepentingan   partai   atau   golongannya.   Setelah negara RI dengan UUDS 1950 dan sistem Demokrasi Liberal  yang  dialami  rakyat  Indonesia  selama  hampir  9  tahun,  maka  rakyat  Indonesia  sadar  bahwa  UUDS  1950  dengan sistem Demokrasi Liberal tidak cocok, karena tidak sesuai  dengan  jiwa  Pancasila  dan  UUD  1945.  Beberapa  aturan pokok itu mengatur bentuk negara, bentuk pemerintahan,   pembagian   kekuasaan,   dan   sistem   pemerintahan   Indonesia

> Periode kembalinya ke UUD 1945 (5 Juli 1959 - 1966)

Karena  situasi  politik  pada  Sidang  Konstituante  1959  di  mana  banyak  saling  tarik  ulur  kepentingan  partai  politik  sehingga gagal menghasilkan UUD baru, maka pada tanggal 5 Juli 1959, Presiden Sukarno mengeluarkan Dekret Presiden yang  salah  satu  isinya  memberlakukan  kembali  UUD  1945  sebagai  undang-undang  dasar,  menggantikan  Undang-Undang  Dasar  Sementara  1950  yang  berlaku  pada  waktu  itu.  Pada masa ini, terdapat berbagai penyimpangan UUD 1945, di antaranya, Presiden mengangkat Ketua dan Wakil Ketua MPR/DPR  dan  MA  serta  Wakil  Ketua  DPA  menjadi  Menteri  Negara  dan  MPRS  menetapkan  Soekarno  sebagai  presiden  seumur hidup

> Periode UUD 1945 masa orde baru (11 Maret 1966 - 21 Mei 1998)

Pada masa Orde Baru (1966-1998), Pemerintah menyatakan akan menjalankan UUD 1945 dan Pancasila secara murni dan konsekuen.  Pada  masa  Orde  Baru,  UUD  1945  juga  menjadi  konstitusi  yang  sangat  "sakral",  di  antara  melalui  sejumlah  peraturan:

  • Ketetapan MPR Nomor I/MPR/1983 yang menyatakan bahwa  MPR  berketetapan  untuk  mempertahankan  UUD 1945, tidak berkehendak akan melakukan perubahan terhadapnya
  • Ketetapan  MPR  Nomor  IV/MPR/1983  tentang  Referendum yang antara lain menyatakan bahwa bila MPR berkehendak  mengubah  UUD  1945,  terlebih  dahulu  harus minta pendapat rakyat melalui referendum.
  • Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1985 tentang Referendum, yang merupakan pelaksanaan Ketetapan MPR Nomor IV/MPR/1983.

> Periode 21 Mei 1998 - 19 Oktober 1999

Pada  masa  ini  dikenal  masa  transisi.    Yaitu    masa    sejak    Presiden  Soeharto  digantikan  oleh      B.J.Habibie      sampai      dengan     lepasnya     Provinsi     Timor  Timur  dari  NKRI.  Salah  satu tuntutan Reformasi 1998 adalah dilakukannya perubahan  (amendemen)  terhadap  UUD  1945.  Latar  belakang  tuntutan  perubahan  UUD  1945  antara  lain  karena  pada  masa  Orde  Baru,  kekuasaan  tertinggi  di  tangan  MPR  (dan  pada  kenyataannya  bukan  di  tangan  rakyat),  kekuasaan  yang  sangat besar pada Presiden, adanya pasal-pasal yang terlalu "luwes"  (sehingga  dapat  menimbulkan  multitafsir),  serta  kenyataan rumusan UUD 1945 tentang semangat penyelenggara negara yang belum cukup didukung ketentuan konstitusi

Tujuan perubahan UUD 1945 waktu itu adalah menyempurnakan   aturan   dasar   seperti   tatanan   negara,   kedaulatan   rakyat,   HAM,   pembagian   kekuasaan,   eksistensi   negara   demokrasi dan negara hukum, serta hal-hal lain yang sesuai dengan   perkembangan   aspirasi   dan   kebutuhan   bangsa.   Perubahan  UUD  1945  dengan  kesepakatan  di  antaranya  tidak  mengubah  Pembukaan  UUD  1945,  tetap  mempertahankan  susunan  kenegaraan  (staat  structuur)  kesatuan  atau  selanjutnya lebih dikenal sebagai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), serta mempertegas sistem pemerintahan presidensial

Dalam kurun waktu 1999-2002, UUD 1945 mengalami 4 kali perubahan  (amendemen)  yang  ditetapkan  dalam  Sidang  Umum dan Sidang Tahunan MPR:

  • Sidang Umum MPR 1999, tangal 14-21 Oktober 1999 >Perubahan Pertama UUD 1945
  • Sidang  Tahunan  MPR  2000,  tanggal  7-18  Agustus  2000 > Perubahan Kedua UUD 1945
  • Sidang  Tahunan  MPR  2001,  tanggal  1-9  November  2001 > Perubahan Ketiga UUD 1945
  • Sidang Tahunan MPR 2002, tanggal 1-11 Agustus 2002 > Perubahan Keempat UUD 1945

d. Makna Alinea Pembukaan UUD Tahun 1945

ALENIA PERTAMA

Alinea  pertama  Pembukaan  UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun 1945 menunjukkan keteguhan dan tekad bangsa Indonesia untuk menegakkan kemerdekaan dan menentang penjajahan.  Pernyataan  ini  tidak  hanya  tekad  bangsa  untuk  merdeka,  tetapi  juga  berdiri  di  barisan  paling  depan  untuk  menghapus  penjajahan di muka bumi. Alinea ini memuat dalil objektif, yaitu bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai     dengan     perkemanusian     dan     perkeadilan     dan     kemerdekaan  merupakan  hak  asasi  semua  bangsa  di  dunia.  Dalil ini menjadi alasan bangsa Indonesia untuk berjuang.

Sejarah   bangsa   Indonesia   selama   penjajahan   memperkuat   keyakinan  bahwa  penjajahan  harus  dihapuskan.  Juga  tidak  sesuai perkeadilan karena penjajahan memperlakukan manusia secara  diskriminatif.  Manusia  diperlakukan  secara  tidak  adil,  seperti  perampasan  kekayaan  alam,  penyiksaan,  pemaksaan  untuk kerja rodi, perbedaan hak dan kewajiban. Pernyataan ini objektif  karena  diakui  oleh  bangsabangsa  yang  beradab  di  dunia

Alinea pertama juga mengandung dalil subjektif, yaitu aspirasi bangsa   Indonesia   untuk   melepaskan   diri   dari   penjajahan.   Bangsa  Indonesia  telah  berjuang  selama  ratusan  tahun  untuk  memperjuangkan    kemerdekaan    Indonesia.    Perjuangan    ini    didorong oleh penderitaan rakyat Indonesia selama penjajahan dan  kesadaran  akan  hak  sebagai  bangsa  untuk  merdeka.  Perjuangan  juga  didorong  keinginan  supaya  berkehidupan  yang  bebas, maka rakyat Indonesia menyatakaan kemerdekaan Indonesia.  Seperti  ditegaskan  dalam  alinea  III  Pembukaan  UUD  Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Kedua  makna  dalam  alinea  pertama  meletakkan  tugas  dan  tanggung jawab kepada bangsa dan negara serta warga negara Indonesia untuk senantiasa melawan penjajahan dalam segala bentuk.  Juga  menjadi  landasan  hubungan  dan  kerja  sama  dengan   negara   lain.   Bangsa   dan   negara,   termasuk   warga   negara  harus  menentang  setiap  bentuk  yang  memiliki  sifat  penjajahan dalam berbagai kehidupan. Tidak hanya penjajahan antara  bangsa  terhadap  bangsa,  tetapi  juga  antar  manusia  karena sifat penjajahan dapat dimiliki dalam diri manusia.

ALENIA KEDUA

Alinea kedua menunjukkan ketepatan dan ketajaman penilaian bangsa Indonesia.

  • Bahwa  perjuangan  bangsa  Indonesia  telah  mencapai  tingkat yang menentukan. 
  • Bahwa  momentum  yang  telah  dicapai  harus  dimanfaatkan untuk menyatakan kemerdekaan. 
  • Kemerdekaan  harus  diisi  dengan  mewujudkan  negara  Indonesia  yang  merdeka,  bersatu,  berdaulat,  adil  dan  makmur

Alinea   ini   menunjukkan   kebanggaan   dan    penghargaan    atas    perjuangan    bangsa    Indonesia    selama    merebut    kemerdekaan.    Ini    berarti    kesadaran    bahwa kemerdekaan dan keadaan sekarang    tidak    dapat    dipisahkan    dari    keadaan    sebelumnya.    Kemerdekaan    yang    diraih    merupakan    perjuangan    para    pendahulu    bangsa    Indonesia.    Mereka telah berjuang dengan mengorbankan  jiwa  raga  demi  kemerdekaan  bangsa dan negara. 

Juga  kesadaran  bahwa  kemerdekaan  bukanlah  akhir  dari  perjuangan bangsa. Kemerdekaan yang diraih harus mampu mengantarkan  rakyat  Indonesia  menuju  cita-cita  nasional,  yaitu  negara  yang  merdeka,  bersatu,  berdaulat,  adil,  dan  makmur.  Negara yang ”merdeka” berarti negara yang terbebas dari penpenjajahan  bangsa  lain.  ”Bersatu”  menghendaki  bangsa  Indonesia  bersatu  dalam  negara  kesatuan  bukan  bentuk  negara  lain.  Bukan  bangsa  yang  terpisah-pisah  secara  geografis maupun sosial.

Kita semua adalah satu keluarga besar Indonesia. ”Berdaulat” mengandung   makna   sebagai   negara,   Indonesia   sederajat   dengan negara lain, yang bebas menentukan arah dan kebijakan bangsa, tanpa campur tangan negara lain. ”Adil” mengandung makna bahwa negara Indonesia menegakkan keadilan bagi warga   negaranya.   Keadilan   berarti   adanya   keseimbangan   antara  hak  dan  kewajiban  warga  negara.  Hubungan  antara  negara  dan  warga  negara,  warga  negara  dan  warga  negara,  warga  negara  dan  warga  masyarakat  dilandasi  pada  prinsip  keadilan.   Negara   Indonesia   hendak   mewujudkan   keadilan   dalam   berbagai   kehidupan   secara   politik,   ekonomi,   sosial   budaya, dan pertahanan keamanan. 

Makna ”makmur” menghendaki negara mewujudkan kemakmuran  dan  kesejahteraan  bagi  warga  negaranya.  Kemakmuran  tidak  saja  secara  materiil,  tetapi  juga  mencakup  kemakmuran  atau kebahagian spiritual/batin. Kemakmuran yang diwujudkan bukan  kemakmuran  untuk  perorangan  atau  kelompok,  tetapi  kemakmuran bagi seluruh masyarakat dan lapisan masyarakat. Dengan demikian, prinsip keadilan, kekeluargaan, dan persatuan  melandasi  perwujudan  kemakmuran  warga  negara.  Inilah  cita-cita  nasional  yang  ingin  dicapai  oleh  bangsa  Indonesia  dengan membentuk negara. Kemerdekaaan bukanlah akhir dari perjuangan   bangsa,   tetapi   harus   diisi   dengan   perjuangan   mengisi kemerdekaan untuk mencapai cita-cita nasional.

ALENIA KETIGA

Alinea      ketiga      memuat      bahwa      kemerdekaan  didorong  oleh  motivasi  spiritual,   yaitu   kemerdekaan   yang   dicapai  oleh  bangsa  Indonesia  merupakan berkat rahmat Allah Yang Mahakuasa.  Ini  merupakan  perwujudan  sikap  dan  keyakinan  bangsa  Indonesia  terhadap  Tuhan  Yang  Maha  Esa.  Alinea  ketiga  secara  tegas  menyatakan  kembali  kemerdekaan  Indonesia  yang  telah  diproklamasikan  tanggal  17 Agustus 1945. Melalui alinea ketiga ini,  bangsa  Indonesia  menyadari  bahwa  tanpa  rahmat  Tuhan  Yang   Mahakuasa,   bangsa   Indonesia   tidak   akan   merdeka.   Kemerdekaaan  yang  dicapai  tidak  semata-mata  hasil  jerih  payah  perjuangan  bangsa  Indonesia,  tetapi  juga  atas  kuasa  Tuhan Yang Maha Esa.

Alinea  ketiga  Pembukaan  UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  juga  memuat  motivasi  riil  dan  material,  yaitu  keinginan  luhur  bangsa  supaya  berkehidupan  yang  bebas.  Kemerdekaan merupakan keinginan dan tekad seluruh bangsa Indonesia  untuk  menjadi  bangsa  yang  bebas  merdeka.  Bebas  dari  segala  bentuk  penjajahan,  bebas  dari  penindasan,  bebas  menentukan  nasib  sendiri.  Niat  yang  luhur  ini  menjadi  pendorong bangsa Indonesia untuk terus berjuang melawan penjajahan dan meraih kemerdekaan. 

Keyakinan     dan     tekad     yang     kuat     untuk     memperoleh     kemerdekaan  dan  keyakinan  akan  kekuasaaan  Tuhan  menjadi  kekuatan yang menggerakkan bangsa Indonesia. Persenjataan yang sederhana dan tradisional tidak menjadi halangan untuk berani melawan penjajah yang memiliki senjata lebih modern. Para  pejuang  bangsa  yakin  bahwa  Tuhan  akan  memberikan  bantuan kepada umatNya yang berjuang di jalan kebenaran. Banyak  peristiwa  sejarah  dalam  perjuangan  bangsa  Indonesia  melawan penjajah, memperoleh kemenangan walaupun dengan segala keterbatasan senjata, organisasi, dan sumber daya manusia. Hal ini menunjukkan bahwa tekad yang kuat dan keyakinan  pada  kekuasaan  Tuhan  dapat  menjadi  faktor  pendorong  dan penentu keberhasilan sesuatu.

Alinea   ketiga   mempertegas   pengakuan   dan   kepercayaan   bangsa  Indonesia  terhadap  Tuhan  Yang  Maha  Esa.  Manusia  merupakan   makhluk   Tuhan   yang   terdiri   atas   jasmani   dan   rohani. Manusia bukanlah mesin yang tidak memiliki jiwa. Berbeda  dengan  pandangan  yang  beranggapan  bahwa  manusia  hanya bersifat fisik belaka. Ini menegaskan prinsip keseimbangan dalam kehidupan secara material dan spiritual, kehidupan dunia dan akhirat, jasmani, dan rohani.

ALENIA KEEMPAT

Alinea  keempat  Pembukaan  UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun 1945 memuat prinsip-prinsip negara Indonesia, yaitu:

  • Tujuan  negara  yang  akan  diwujudkan  oleh  pemerintah  negara, 
  • Ketentuan diadakannya Undang-Undang Dasar
  • Bentuk  negara,  yaitu  bentuk  republik  yang  berkedaulatan rakyat, 
  • Dasar negara, yaitu Pancasila

Negara  Indonesia  yang  dibentuk  memiliki  tujuan  negara  yang  hendak diwujudkan, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia  dan  seluruh  tumpah  darah  Indonesia,  memajukan  kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian  abadi,  dan  keadilan  sosial.  Keempat  tujuan  negara  tersebut merupakan arah perjuangan bangsa Indonesia setelah merdeka.  Kemerdekaan  yang  telah  dicapai  harus  diisi  dengan  pembangunan  di  segala  bidang  untuk  mewujudkan  tujuan  negara. Sehingga secara bertahap terwujud cita-cita nasional, yaitu   negara   yang   merdeka,   bersatu,   berdaulat,   adil,   dan   makmur

Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menghendaki    diadakannya  Undang-Undang  Dasar  dalam  hal  ini  adalah batang tubuh atau pasal-pasal. Kehendak ini menegaskan  prinsip  Indonesia  sebagai  negara  hukum.  Pemerintahan  diselenggarakan berdasarkan konstitusi atau peraturan perundang undangan, tidak atas dasar kekuasaan belaka. Segala sesuatu  harus  berdasarkan  hukum  yang  berlaku.  Setiap  warga  negara wajib menjunjung tinggi hukum, artinya wajib menaati hukum.

Prinsip bentuk negara, yaitu susunan negara Republik Indonesia  yang  berkedaulatan  rakyat.  Republik  merupakan  bentuk  pemerintahan di mana pemerintah dipilih oleh rakyat. Berbeda dengan bentuk kerajaan di mana pemerintah sebagian bersifat turun-temurun.  Bentuk  ini  sejalan  dengan  kedaulatan  rakyat  yang  bermakna  kekuasaan  tertingi  dalam  negara  dipegang  oleh rakyat. Rakyat yang memiliki kekuasaan untuk menyelenggarakan  pemerintahan,  baik  secara  langsung  maupun  tidak  langsung melalui lembaga perwakilan rakyat.

Alinea  keempat  memuat  dasar  negara  Pancasila,  yaitu  ”...  dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan  yang  Adil  dan  Beradab,  Persatuan  Indonesia  dan  Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/  Perwakilan,  serta  dengan  mewujudkan  suatu  Keadilan  Sosial  bagi  Seluruh  Rakyat  Indonesia”.  Kelima  sila  Pancasila merupakan satu kebulatan utuh, satu kesatuan yang tidak  terpisahkan.  Rumusan  Pancasila  dimuat  dalam  Pembukaan.  Maka,  secara  yuridis-konstitusional  adalah  sah,  berlaku,  dan  mengikat  seluruh  lembaga  negara,  lembaga  masyarakat,  dan setiap warga negara.

e. Sifat dan Fungsi UUD Tahun 1945

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki sifat sebagai berikut:

  • Tertulis,  rumusannya  jelas,  merupakan  suatu  hukum  yang   mengikat   pemerintah   sebagai   penyelenggara   negara, maupun mengikat bagi setiap warga negara. 
  • Singkat    dan    supel,    memuat    aturan-aturan,    yaitu    memuat  aturan-aturan  pokok  yang  setiap  kali  harus  dikembangkan  sesuai  dengan  perkembangan  zaman,  serta memuat hak-hak asasi manusia. 
  • Memuat  norma-norma,  aturan-aturan,  serta  ketentuan-ketentuan yang dapat dan harus dilaksanakan secara konstitusional. 
  • Merupakan peraturan hukum positif yang tertinggi; juga sebagai alat kontrol terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih rendah dalam hierarki tertib hukum Indonesia

Dalam sifat yang demikian itu, UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki fungsi sebagai berikut. 

> Alat Kontrol : 

UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  sebagai  alat  kontrol  apakah  aturan  hukum  yang  lebih  rendah  sesuai  atau  tidak  dengan  norma  hukum  yang  lebih  tinggi,  yaitu  UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945.

> Pengatur

UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  juga  berperan  sebagai  pengatur  bagaimana  kekuasaan  negara  disusun, dibagi, dan dilaksanakan.

> Penentu

UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  juga  berfungsi   sebagai   penentu   hak   dan   kewajiban   negara,   aparat negara, dan warga negara


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar