Komponen strategi pembelajaran


 

Komponen strategi pembelajaran

Komponen strategi pembelajaran menurut Bambang Warsita

menurut Bambang Warsita, komponen strategi pembelajaran dapat dikelompokkan sebagai berikut:

1. Komponen pertama yaitu urutan (sequence) kegiatan pembelajaran

Mengurutkan kegiatan pembelajaran dapat memudahkan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya, guru dapat mengetahui cara memulainya, menyajikannya, dan menutup pelajaran. Oleh karena itu, untuk memudahkan pada komponen ini dapat dibagi lagi menjadi subkomponen, sebagai berikut:

1) Subkomponen pendahuluan; merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran. Kegiatan ini mempunyai tujuan untuk memberikan motivasi kepada siswa, memusatkan perhatian siswa agar siswa bisa mempersiapkan dirinya untuk menerima pelajaran dan juga mengetahui kemampuan siswa atau apa yang telah dikuasai siswa sebelumnya dan berkaitan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah memberikan gambaran singkat tentang isi pelajaran, menjelaskan relevansi isi pelajaran baru dengan pengalaman siswa dan menjelaskan dengan tujuan.

2) Subkomponen penyajian; kegiatan ini merupakan inti dari kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan ini siswa akan ditanamkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang telah dimiliki dikembangkan pada tahap ini. Tahap-tahapnya adalah menguraikan materi pelajaran, memberikan contoh atau ilustrasi dan memberikan latihan yang disesuaikan dengan materi pelajaran.

3) Subkomponen penutup; merupakan kegiatan akhir dalam urutan kegiatan pembelajaran. Dilaksanakan untuk memberikan penegasan atau kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan materi pelajaran yang telah diberikan, baik tes formatif dan umpan balik (follow up). Selanjutnya adalah kegiatan tindak lanjut.

2. Komponen kedua yaitu metode pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan pesan pembelajaran kepada siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Guru harus dapat memilih metode yang tepat dengan materi pelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh sebab itu, guru harus pandai memilih dan menggunakan metode-metode pembelajaran yang sesuai dengan materi dan karakteristik siswa.

Macam-macam metode pembelajaran antara lain; a) metode ceramah, b) metode demonstrasi, c) metode discovery, d) metode simulasi, e) metode diskusi, f) metode praktikum, g) metode studi mandiri, h) metode bermain peran, i) metode studi kasus.

Dengan demikian, di dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara untuk mencapai tujuan dan berkaitan dengan bagaimana cara mengorganisasikan isi pembelajaran, menyampaikan isi pembelajaran dan mengelola pembelajaran.

3. Komponen ketiga yaitu media yang digunakan

Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi pembelajaran. Media dapat berbentuk guru, alat-alat elektronik, media cetak, media audio, media audiovisual (video), dan lain sebagainya.

Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih media pembelajaran adalah: 1) ketepatan dengan tujuan pembelajaran, 2) dukungan terhadap isi pelajaran, 3) kemudahan memperoleh media, 4) keterampilan guru dalam menggunakan media, 5) ketersediaan waktu dalam menggunakannya, 6) sesuai dengan taraf berpikir siswa.

Media pembelajaran mempunyai nilai-nilai praktis berupa kemampuan untuk: 1) membuat konsep yang abstrak menjadi konkrit, 2) melampaui batas indra, waktu, dan ruang, 3) menghasilkan seragaman pengamatan, 4) memberi kesempatan pengguna mengontrol arah maupun kecepatan belajar, 5) membangkitkan keinginan dan motivasi belajar, dan 6) dapat memberikan pengalaman belajar yang menyeluruh dari yang abstrak sampai yang konkrit.

4. Komponen keempat yaitu waktu tatap muka

Guru harus tahu alokasi waktu yang diperlukan dalam menyelesaikan pembelajaran dan waktu yang digunakan guru dalam menyampaikan informasi pembelajaran. Sehingga proses pembelajaran berjalan sesuai dengan target yang ingin dicapai.

5. Komponen kelima yaitu pengelolaan kelas

Pengelolaan kelas adalah serangkaian tindakan guru yang ditunjukkan untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku siswa yang tidak diharapkan, menciptakan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional yang positif, serta menciptakan dan memelihara organisasi kelas yang produktif dan efektif. Dengan kata lain, pengelolaan kelas adalah usaha guru menciptakan, memelihara, dan mengembangkan iklim belajar yang kondusif.

Komponen strategi pembelajaran menurut Dick dan Carey

Dick dan Carey (1978) dalam uno(2009:3) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes, dan (5) kegiatan lanjutan. Pada bagian berikut akan diuraikan penjelasan masing-masing komponen disertai contoh penerapannya dalam proses pembelajaran.

1.Kegiatan Pembelajaran Pendahuluan

Kegiatan pendahuluan sebagai bagian dari suatu sistem pembelajaran secara keseluruhan memegang peranan penting. Pada bagian ini guru diharapkan dapat menarik minat peserta didik atas materi pelajaran yang akan disampaikan. Kegiatan pendahuluan yang disampaikan dengan menarik akan dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Sebagaimana iklan yang berbunyi Kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda. Cara guru memperkenalkan materi pelajaran melalui contoh-contoh ilustrasi tentang kehidupan sehari-hari atau cara guru meyakinkan apa manfaat memelajari pokok bahasan tertentu akan sangat memengaruhi motivasi belajar peserta didik.

2.Penyampaian Informasi

Penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan yang paling penting dalam proses pembelajaran, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen dari strategi pembelajaran. Artinya, tanpa adanya kegiatan pendahuluan yang menarik atau dapat memotivasi peserta didik dalam belajar maka kegiatan penyampaian informasi ini menjadi tidak berarti. Guru yang mampu menyampaikan informasi dengan baik, tetapi tidak melakukan kegiatan pendahuluan dengan mulus akan menghadapi kendala dalam kegiatan pembelajaran selanjutnya.

3.Partisipasi Peserta Didik

Berdasarkan prinsip student centered, peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar. Hal ini dikenal dengan istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif ) yang diterjemahkan dari SAL (student active training), yang maknanya adalah bahwa proses pembelajaran akan lebih berhasil apabila peserta didik secara aktif melakukan latihan secara langsung dan relevan dengan tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan (Dick dan Carey, 1978: 108). Terdapat beberapa hal penting yang berhubungan dengan partisipasi peserta didik, yaitu sebagai berikut a) Latihan dan praktik seharusnya dilakukan setelah peserta didik diberi informasi tentang suatu pengetahuan, sikap, atau keterampilan tertentu. Agar materi tersebut benar-benar terinternalisasi (relatif mantap dan termantap kan dalam diri mereka) maka kegiatan selanjutnya adalah hendaknya peserta didik diberi kesempatan untuk berlatih atau mempraktikkan pengetahuan sikap, atau keterampilan tersebut. Sehingga setelah selesai belajar mereka diharapkan benar-benar merencanakan TPK. b) Umpan Balik Segera setelah peserta didik menunjukkan perilaku sebagai hasil belajarnya maka guru memberikan umpan balik (feedback) terhadap hasil belajar tersebut. Melalui umpan balik yang diberikan oleh guru, peserta didik akan segera mengetahui apakah jawaban yang merupakan kegiatan yang mereka lakukan benar/salah, tepat/tidak tepat, atau ada sesuatu diperbaiki. Umpan balik dapat berupa penguatan positif dan penguatan negatif. Melalui penguatan positif (baik, bagus, tepat sekali, dan sebagainya), diharapkan perilaku tersebut akan terus dipelihara atau ditunjukkan oleh peserta didik. Sebaliknya, melalui penguatan negatif (kurang tepat, salah, perlu disempurnakan, dan sebagainya), diharapkan perilaku tersebut akan dihilangkan atau peserta didik tidak akan melakukan kesalahan serupa.

4.Tes

Serangkaian tes umum yang digunakan oleh guru untuk mengetahui (a) apakah tujuan pembelajaran khusus telah tercapai atau belum, dan (b) apakah pengetahuan sikap dan keterampilan telah benar-benar dimiliki oleh peserta didik atau belum Pelaksanaan tes biasanya dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran setelah peserta didik melalui berbagai proses pembelajaran, penyampaian informasi berupa materi pelajaran pelaksanaan tes juga dilakukan setelah peserta didik melakukan latihan atau praktik

5.Kegiatan Lanjutan

Kegiatan yang dikenal dengan istilah follow up dari suatu hasil kegiatan yang telah dilakukan seringkali tidak dilaksanakan dengan baik oleh guru. Dalam kenyataannya, setiap kali setelah tes dilakukan selalu saja terdapat peserta didik yang berhasil dengan bagus atau di atas rata-rata, (a) hanya menguasai sebagian atau cenderung di rata-rata tingkat penguasaan yang diharapkan dapat dicapai, (b) peserta didik seharusnya menerima tindak lanjut yang berbeda sebagai konsekuensi dari hasil belajar yang bervariasi tersebut.






Bambang Warsita, Teknologi Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008),

Hamzah b. Uno, model pembelajaran (jakarta: bumi aksara, 2009)
Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar