Tentang Paragraf Argumentasi Lengkap


  

Tentang Paragraf Argumentasi  Lengkap

Pengertian Paragraf Argumentasi 

Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut (Wikipedia, 2011). 

Dalam bahasa yang berbeda, Suparno (2002:5.33) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan paragraf argumentasi adalah paragraf yang terdiri atas paparan alasan dan penyintesis pendapat tuk membangun suatu kesimpulan. Dengan demikian, karangan argumentasi adalah karangan yang ditulis untuk memberikan alasan atau untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, atau gagasan.

corak karangan argumentasi termasuk paling sulit dibandingkan dengan jenis karangan lainnya. Kesulitan yang dimaksud dalam konteks ini adalah karena karangan argumentasi harus didukung dengan alasan dan bukti yang meyakinkan.

Contoh yang paling mudah untuk menjelaskan bagaimana bentuk karangan deskripsi adalah makalah paper, esai, skripsi, tesis, disertasi, naskah-naskah tuntutan pengadilan, pertanggungjawaban, pidato kenegaraan, ataupun surat keputusan

Ciri-ciri Paragraf Argumentasi

Sebagai bentuk paragraf yang harus diserati dengan data, bukti, alasan yang ilmiah, maka ciri argumentasi pun harus memenuhi syarat tersebut. Dengan bahasa yang paling sederhana, setidaknya terdapat empat ciri paragraf argumentasi, yakni

a menjelaskan pendapat agar pembaca yakin, 

b. memerlukan fakta untuk pembuktian, berupa data, gambar/grafik, uji statistik, atau lainnya,

c. menggali sumber ide atas dasar pengamatan, pengalaman, dan penelitian

d. memaparkan penutup dalam bentuk simpulan atau rekomendasi.

Tehnik Pengembangan Argumentasi 

Pengembangan tulisan argumentasi sebenarnya sama dengan pengembangan karangan lainnya, termasuk dalam persyaratan kepaduan, kesatuan, dan kelengkapan. Hanya saja, pada tahap pengumpulan dan pengolahan data atau informasi dalam argumentasi memerlukan analisis yang mendalam. 

Adapun langkah menyusunnya adalah: 

1. menentukan topik/tema,

2. menetapkan tujuan;

3. mengumpulkan data dari berbagai sumber:

4. menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih; 

5. mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi.

Secara umum, setidaknya terdapat enam hal yang harus dijawab untuk meyakinkan pembaca bahwa sebuah paragraf adalah berjenis argumentasi, yakni adanya 

1. pernyataan faktual, 

2. asumsi, 

3. uraian definisi, 

4. uraian teoretis, 

5. pendekatan, dan 

6. tujuan (Suparno, 2002: 5.35). 

Artinya, jika terdapat sebuah paragraf yang diduga argumentasi dan kita harus membuktikannya, maka keenam sarana di atas digunakan untuk menjawabnya atau menghubungkannya. 

Berikut contoh Paragraf Argumentasi, dengan penjelasan serta alasan kenapa paragraf berikut berbentuk argumentasi.

CONTOH PARAGRAF ARGUMENTASI TENTANG BAHASA

Meretas Upaya Mempertahankan Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu Guna Meningkatkan Semangat Kebangsaan: Sebuah Paparan Awal Oleh: Venus Khasanah

Proses pemerolehan bahasa, baik bahasa pertama (B1) maupun bahasa kedua (B2), memiliki tahapan-tahapan dalam sebuah sistem yang secara umum saling mengait. Selain itu, tahapan yang terjadi juga merupakan sebuah piranti yang sangat dinamis. Kedinamisan ini merupakan salah satu konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, yang juga membawa perubahan pada pola pengasuhan sebagian orang tua dalam membimbing anak dalam pemerolehan bahasa. Perubahan pola pengasuhan ini bukan tanpa alasan. Tuntutan era global, mau tidak mau, telah membuat para orang tua, perlu berpikir bahwa mereka harus membiasakan anak berbahasa sesuai dengan tuntutan lingkungan yang telah berubah sangat cepat. Jika dulu bahasa Inggris, misalnya, dipandang sebagai bahasa yang dikuasai setelah bahasa Indonesia (B2), dan bahasa Indonesia dikuasai setelah bahasa ibu (B1), maka rentetan proses ini sudah mulai berubah.

Banyak keluarga muda yang memperkenalkan B1 berupa bahasa Indonesia, meskipun mereka tidak tinggal di Jakarta. Pembiasaan ini pun kemudian berlanjut dengan memperkenalkan si anak dengan bahasa Inggris, atau bahasa asing lainnya, karena pelajaran bahasa tersebut juga sudah diberikan mulai SD. Dengan pembiasaan ini, para orang tua berharap agar anaknya dapat mulai membiasakan diri untuk menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris seawal mungkin. Hal ini sejalan dengan pemikiran Garcia (1983) yang menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). Tanpa adanya pembiasaan sedini mungkin, harapan agar si anak dapat berbahasa secara lengkap tentu akan sulit. 

Namun, perkembangan yang sangat cepat ini menyebabkan munculnya salah satu ekses yang berdampak pada semakin lunturnya penggunaan B1, yakni bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Sudah bukan hal yang aneh jika anak-anak dengan latar belakang keluarga muda di beberapa wilayah Indonesia dibiasakan menggunakan komunikasi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam keluarga. Akibatnya, ketika berada dalam komunitas bermainnya, si anak cenderung menggunakan bahasa yang "gado-gado". Akibat lebih lanjut, si anak kurang memahami penggunaan kaidah bahasa daerah. Jika si anak sebagai generasi muda tidak lagi mengetahui bahasa budaya yang ada, bagaimanakah nasib bahasa daerah di kelak kemudian hari. Oleh karena itu, perlu ditelusuri faktor-faktor yang menyebabkan lunturnya penguasaan B1 bahasa daerah sebagai bahasa ibu jika dikaitkan dengan teori pemerolehan bahasa.

Penjelasan dan analisa satu per satu

1. Pernyataan Faktual: Pernyataan ini dapat dilihat dalam untaian kalimat pertama sampai ketiga, "Proses pemerolehan bahasa, baik bahasa pertama (B1) maupun bahasa kedua (B2), memiliki tahapan-tahapan dalam sebuah sistem yang secara umum saling mengait. Selain itu, tahapan yang terjadi juga merupakan sebuah piranti yang sangat dinamis. Kedinamisan ini merupakan salah satu konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, yang juga membawa perubahan pada pola pengasuhan sebagian orang tua dalam membimbing anak dalam pemerolehan bahasa."

2. Asumsi: Asumsi ini dapat dilihat pada paragraf ketiga yang menggambarkan bahwa perkembangan pemerolehan bahasa yang sangat cepat ini menyebabkan munculnya salah satu ekses yang berdampak pada semakin lunturnya penggunaan B1, yakni bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Sudah bukan hal yang aneh jika anak-anak dengan latar belakang keluarga muda di beberapa wilayah Indonesia dibiasakan menggunakan komunikasi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam keluarga

3. Uraian Definisi: Uraian dalam konteks ini menjelaskan bahwa jika dulu bahasa Inggris, misalnya, dipandang sebagai bahasa yang dikuasai setelah bahasa Indonesia (B2), dan bahasa Indonesia dikuasai setelah bahasa ibu (B1), maka rentetan proses ini sudah mulai berubah.

4. Uraian Teoretis: Uraian dalam konteks ini berfungsi untuk menjembatani kesenjangan antara yang sudah ada dengan kenyataan yang ada sebagaimana pemikiran Garcia (1983) yang menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). Tanpa adanya pembiasaan sedini mungkin, harapan agar si anak dapat berbahasa secara lengkap tentu akan sulit.

5. Pendekatan: Dalam konteks ini, pendekatan yang digunakan adalah sarana untuk menjawab permasalahan yang diungkapkan sebagaimana terdapat dalam pernyataan 1 - 5, yakni perlunya penelusuran faktor faktor yang menyebabkan lunturnya penguasaan Bl bahasa daerah sebagai bahasa ibu jika dikaitkan dengan teori pemerolehan bahasa.

6. Tujuan: Tujuan yang ingin dipaparkan adalah sebagaimana yang terdapat dalam judul tulisan bahwa perlu upaya mempertahankan bahasa daerah sebagai bahasa ibu guna meningkatkan semangat kebangsaan.

Atas dasar analisis tersebut, tentu Anda sudah dapat menunjukkan bagian yang merupakan kata kunci tulisan argumentasi, bukan? Yang jelas. tulisan argumentasi ditulis tidak sekadar meyakinkan pembaca saja, melainkan adanya harapan bahwa sebuah paragraf argumentasi dapat berguna untuk hal-hal berikut (Suparno, 2002:5.36).

a Membantah atau menentang suatu usul atau pernyataan tanpa berusaha meyakinkan atau memengaruhi pembaca untuk memihak. Tujuan utama kemungkinan ini adalah semata-mata menyampaikan pandangan 

b. Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan memengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujui. 

c. Mengusahakan suatu pemecahan masalah.

d. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian

Langkah-langkah Menyusun Paragraf Argumentasi

untuk menyusun argumentasi pertama yang harus Anda lakukan adalah menentukan tema/topik yang akan diangkat sebagai dasar penulisan. Sebagaimana telah penulis kemukakan di awal pembahasan paragraf deskripsi, terdapat lima langkah dalam menyusunnya, yakni 

(1) menentukan topik/tema, 

(2) menetapkan tujuan, 

(3) mengumpulkan data dari berbagai sumber,

 (4) menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih, 

(5) mengembangkan kerangka menjadi karangan argumentasi.

a. Menentukan topik/tema 

Topik tema yang dipilih tentu saja mengarah pada masalah/persoalan yang harus diselesaikan dan bukan cerita perjalanan, pemaparan suatu cerita/produk, atau paparan untuk menawarkan suatu jasa/layanan. Jadi, topik/tema yang diangkat haruslah mengarah pada usulan perbaikan terhadap suatu persoalan atau masalah yang memang harus dicarikan jalan keluar atau solusi. Contoh:

1) Upaya Pemerintah dalam Menyiapkan Sarana Transportasi yang Nyaman untuk Ritual Mudik Lebaran

2) Pertambahan Jumlah Kendaraan Bermotor yang Tidak Sebanding dengan Infrastruktur Penunjang

3) Kualitas Guru Sekolah yang Besertifikasi dan Belum Besertifikat Pendidik

4) Analisis tentang Kemampuan Guru Sekolah Dasar dalam Menulis Karangan Ilmiah

5) Pengaruh Negatif Era Teknologi Informasi dan Komunikasi serta Cara Penanggulangannya yang Efektif

Tema-tema di atas dapat di pilih untuk dicoba kembangkan menjadi paragraf argumentasi. Cara yang paling efektif adalah pilihlah yang menurut Anda paling dikuasai. Jangan mencoba memilih topik yang terlalu sulit. Jika memang contoh-contoh di atas ada yang belum sesuai dengan keinginan, silakan cari contoh yang lain tetapi memiliki bahan yang cukup untuk membantu pengembangan paragraf tersebut.

b. tentukan tujuan yang ingin dicapai. 

Bisa saja tulisan yang di susun adalah untuk kepentingan lomba, atau untuk kenaikan pangkat ke golongan , atau untuk keperluan lainnya. Yang harus di ingat bahwa tujuan yang akan dicapai harus sinkron dan menjadi tuntunan dalam pengembangan kalimat demi kalimat selanjutnya.

c. Mencari bahan-bahan pendukung

Mencari bahan bahan pendukung baik data, tulisan yang pernah ada sebelumnya, atau referensi penunjang lainnya. Bahan-bahan tersebut dapat diperoleh melalui koran, majalah, jurnal, atau sumber lain seperti internet. Jangan lupa, menulis paragraf argumentasi tidak mungkin 100% hasil pemikiran sendiri. dapat mengutip atau memakai pendapat orang lain tetapi dengan tetap mencantumkan nama penulis, judul artikel yang dikutip, dan media yang menerbitkannya.

d. mengembangkan kerangka tulisan. 

Mengembangkan kerangka tulisan Untuk memudahkan, usahakan untuk membuat kerangka sedetil mungkin

e. mengembangkan paragraf, 

kalimat demi kalimat, Jangan pernah takut Salah untuk menulis karena tentu berkesempatan untuk membaca ulang atau mengoreksi tulisan yang di susun sebelum menyelesaikannya. Hal yang menjadi bekal tentu saja adalah kemampuan menggunakan kalimat efektif, pemakaian konjungsi, pemilihan kata, dan penguasaan ejaan yang disempurnakan

Teknik Pengembangan Paragraf Argumentasi

Paragraf argumentasi umumnya dikembangkan dari paparan hal-hal yang khusus untuk mencapai suatu generalisasi dan kadang-kadang juga dirangkai dari paparan yang sifatnya umum ke paparan yang sifatnya khusus. Atas dasar itu, dalam teknik pengembangan paragraf argumentasi dikenal (a) teknik induktif dan (b) teknik deduktif (Suparno, 2002:5.38). 

a. Teknik induktif

Pengembangan paragraf argumentasi dengan teknik induktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu bukti-bukti yang berkaitan dengan topik. Dengan bukti-bukti yang dipaparkan di awal tersebut kemudian diambil sebuah kesimpulan yang bersifat umum. Bukti-bukti yang dikemukakan dapat berupa contoh-contoh, fakta-fakta, pengalaman, laporan, data statistik (Suparno, 2002:5.38). Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh 

Pada arus mudik tahun 2010, terdata 3010 peristiwa kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Sementara itu, pada arus mudik tahun 2011, tercatat 4006 kasus kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Dari data tersebut terjadi peningkatan kecelakaan lalu lintas 33,08%. Dengan demikian, pada tahun 2011, jurnlah kecelakaan arus mudik di jalan raya makin bertambah.

b. Teknik deduktif

Pengembangan paragraf argumentasi dengan teknik deduktif adalah penyusunan argumentasi yang dilakukan dengan mengemukakan lebih dahulu kesimpulan yang umum dan kemudian disusul dengan uraian mengenai hal-hal yang khusus. Alasan-alasan atau bukti-bukti untuk memperkuat diperlukan sebagai sarana meyakinkan pembaca guna mendukung uraian yang disampaikan (Suparno, 2002:5.40). Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh di bawah ini.

Contoh 

Pada musim mudik lebaran tahun 2011, jumlah kecelakaan lalu lintas meningkat. Sampai H+7 lebaran tercatat terdapat 4006 kasus kecelakaan. Jika dibandingkan tahun 2010, angka kecelakaan ini tergolong besar. Tahun 2010 tercatat 3010 kasus kecelakaan. Jika dilihat dari persentase, terjadi peningkatan 33,08%.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar