11 April 1815 ; Tambora Meletus dan Hari Jadi Kabupaten Dompu


11 April 1815 ; Tambora Meletus dan Hari Jadi Kabupaten Dompu


TAMBORA MELETUS (11 April 1815, Hari lahir Dompu) 

Gunung Tambora yang meletus pada 10-11 April 1815, dalam catatan sejarah Dompu, Letusan Tambora mengakibatkan tiga kerajaan kecil (Pekat, Tambora, dan Sanggar) yang terletak di sekitar Tambora tersebut musnah. Ketiga wilayah kerajaan kecil itu pun kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Dompu dan sebagian (Sanggar) masuk wilayah

Bima. Pertambahan wilayah Kesultanan Dompu tersebut dinilai merupakan suatu pertanda kelahiran baru bagi Dompu Baru, yakni pergantian antara Dompu Lama ke Dompu Baru. Peristiwa tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas wilayahnya. Letusan Tambora yang paling dahsyat yakni letusan pada tanggal 11 April 1815 yang mengakibatkan beberapa Kerajaan kecil yang terletak di sekitar Tambora menjadi sasaran empuk musibah tersebut sehingga 3 Kerajaan kecil tersebut musnah. Pralaya (Malapetaka) tersebut tampaknya di satu sisi berdampak positif bagi perkembangan sejarah Kerajaan Dompu, sebab setelah sekian tahun lamanya dalam perkembangan wilayah Kerajaan (Kesultanan) Dompu justru bertambah luas wilayahnya karena bekas 3 Kerajaan kecil yang musnah akibat letusan Tambora tersebut akhirnya masuk kedalam wilayah Kerajaan (Kesultanan) Dompu hingga sekarang ini. Dengan bertambahnya wilayah Kesultanan Dompu tersebut (Pekat, Tambora dan sebagian wilayah Kerajaan Sanggar) maka moment tersebut dinilai merupakan suatu pertanda kelahiran baru bagi DOMPU BOU (Dompu Baru), yakni pergantian antara Dompu Lama dan Dompu Baru.

Hari lahir kabupaten Dompu

Peristiwa tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas wilayahnya. Pada 11 April 1815 Tambora meletus dengan dahsyatnya, akibat letusan Tambora wilayah Dompu dikemudian hari bertambah luasnya meliputi bekas Kerajaan Pekat, dan Kerajaan Tambora. DOMPU YANG BARU pun akhirnya lahir. Peristiwa 11 April 1815 tersebut akhirnya di jadikan patokan dan dasar yang kuat sehingga 11 April 1815 di jadikan sebagai hari lahir atau hari jadi DOMPU. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah (Perda) No.18 tanggal 19 Bulan Juni 2004 ditetapkan bahwa tanggal 11 April 1815 sebagai hari lahir/hari jadi kabupaten Dompu.

Barang Pecah Belah Situs Kerajaan Tambora Ditemukan Tim Survei Identifikasi Situs Akibat Letusan Gunung Tambora menemukan lagi bekas bangunan di lokasi Kerajaan Tambora. Jika semula ditemukan butiran beras, kini didapatkan barang pecah belah dari keramik dan gerabah serta butiran padi yang sudah jadi arang Benda-benda tersebut berada di reruntuhan bangunan dari dinding atap, balok kayu, dan lokasi galian sekitar 1,5 meter. "Temuan ini menunjukkan adanya bekas lumbung padi di antara permukiman penduduk,"kata Wakil Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Nusa Tenggara Barat, Heryadi Rachmat, kepada Tempo di Mataram, Anggota tim di antara arkeolog dari Balai Arkeologi Denpasar Made Geria dan geolog Indyo Pratono dari Museum Geologi Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral di Bandung. Gunung Tambora merupakan gunung api aktif strato tipe A dengan ketinggian 2.851 meter di atas permukaan laut. Gunung ini memiliki kaldera bergaris tengah bibir 7 kilometer dan dasar kawah 3.500 kali 4.000 meter. serta mempunyai kedalaman mencapai 950 meter. Letusan Gunung Tambora berakibat terbentuknya lubang sedalam satu kilometer dan radiusnya tujuh kilometer, diketahui telah menyirna kan tiga kerajaan lokal di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima.. Yaitu Kerajaan Pekat, Sanggar, dan Tambora yang merupakan taklukan dari Kerajaan Bima. Menurut Heryadi, letusan gunung ini pada 10-12 April 1815. 

Taukah anda tentang ledakan gunung Vesuvius yang terjadi pada 79 m.? letusan gunung tersebut meneggelamkan suatu kota yang ada di romawi yang bernama pompei selama 1600 tahun. Dari informasi yang di dapat dari Harun Yahya, disitu dikatakan bahwa letusan gunung tersebut membunuh seketika orang-orang di kota Pompei, ini di buktikan dari temuan mayat orang yang lagi makan di meja makan bersama keluarganya dan banyak lagi bukti lain. Ternyata tidak hanya vesuvius yang memiliki letusan yang dahsyat, di Dompu pun pernah terjadi letusan gunung yang sangat dahsyat yang bernama gunung Tambora. 

 tahun 1815, gunung tambora mengalami letusan dahsyat, gemuruh yang dihasilkan gunung tambora terdengar sampai makasar, Batavia (Jakarta), Ternate dan sampai Sumatra yang jaraknya lebih dari 2600 km dari Tambora. Letusan menimbulkan gempa vulkanik lebih kurang lebih 7 SR. Akibat letusan Tambora antara lain Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal 10 April. dengan ketinggian di atas 4 m di anggar pada pukul 10:00 malam. Tsunami setinggi 1-2 m dikaoirjab terjadi di Besuki, Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami setinggi 2 m terjadi di Maluku. Tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km. Partikel abu jatuh 1 sampai 2 minggu setelah letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan sampai beberapa tahun pada ketinggian 10-30 km. Angin bujur menyebarkan partikel tersebut di sekeliling dunia. membuat terjadinya fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat di London, Inggris di antara tangal 28 Juni dan 2 Juli 1815 dan 3 September dan 7 Oktober 1815 Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah di dekat ufuk langit dan ungu atau merah muda di atas.

Penelitian vulkanologi Gunung Tambora dipimpin oleh Haraldur Sigurdsson, seorang pakar vulkanologi dari Rhode Island University Amerika, yang sedang menekuni fenomena Tambora sejak 20 tahun lalu. Beberapa kali ia datang ke Indonesia dalam rangka meneliti, dan dalam kunjungannya pada tahun 2004 setelah mendapat informasi dari penduduk lokal yang pernah disewanya bahwa sekitar 25 km di sebelah Barat gunung ditemukan benda-benda kuna. Ia menjajagi sebuah parit yang memotong deposit batuan dan abu vulkanik setebal sekitar 3 meter. Di situ ia melihat sisa-sisa pemukiman berupa pecahan tembikar dan kayu yang terkarbonisasi. Dengan bantuan radar, ia berhasil melokalisir adanya sisa bangunan yang tertimbun lapisan vulkanik setebal tiga meter dan kemudian menggalinya. Dari penggaliannya itu, selain berhasil menampakkan denah rumah, ia menemukan balok balok kayu yang terkarbonisasi, tembikar, keramik, peralatan rumah tangga dan perhiasan dari logam perunggu, dan yang paling menarik adalah 2 kerangka manusia yang utuh; semuanya berkonteks dengan bangunan.

Sungguh merupakan suatu kewajaran apabila ilmuwan volkanologi dari seluruh dunia tertarik pada letusan Gunung Tambora. Gunung api yang tingginya +2821 meter d.p.1 ini sepanjang sejarah umat manusia, tercatat pernah meletus sehebat-hebatnya pada 11,12 dan 14 April 1815. Kedahsyatan letusan diceriterakan oleh Khatib Lukman dalam Syair Kerajaan Bima (ditulis tahun 1830): "Hijrat Nabi SAW. 1230 pada hari Selasa waktu subuh sehari bulan Jumadilawal tatkala tanah Bima datang takdir Allah melakukan kodrat iradat atas hamba-Nya. Maka gelap berbalik lagi lebih daripada malam itu, kemudian maka berbunyilah seperti bunyi meriam orang perang, kemudian maka turun lahar segala batu dan abu seperti dituang, lamanya dua tiga hari dua malam.. Demikianlah adanya, yaitu pecah gunung Tambora menjadi habis mati orang Tambora dan Pekat pada masa Raja Tambora bernama Abdul Gafur dan Raja Pekat bernama Muhammad"

Demikianlah peristiwa meletusnya Gunung Tambora seperti yang ditulis dalam syair sejarah tersebut. Korban harta benda dan manusia demikian banyak. Tepat sebelum Tambora meletus Zollinger, peneliti Belanda tahun 1800-an memperkirakan seluruh Sumbawa berpenduduk 170.200 jiwa, masing-masing 90.000 di Kerajaan Bima, 60.000 di Kerajaan Sumbawa, 10.000 di Kerajaan Dompo, 6.000 di Kerajaan Tambora, 2.200 di Kerajaan Sanggar, dan 2.000 di Kerajaan Papekat. Jumlah penduduk tersebut berkurang lebih dari separuhnya sebagai akibat bencana Tambora. Sejak abad ke-19, konon Nusantara telah menarik perhatian para orientalis asal Eropa, terutama yang berkebangsaan Inggris dan Belanda. Mereka datang ke Nusantara dengan membonceng politik penjajahan pemerintahnya.





Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar