Motivasi Belajar dan Pembelajaran


Motivasi Belajar dan Pembelajaran


Pengertian Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari bahasa latin “Movere” artinya menggerakkan. Motivasi adalah suatu energi penggerak,  pengarah dan memperkuat tingkah laku. Motivasi belajar dapat dilihat dari karakter tingkah laku siswa yang menyangkut minat, ketajaman perhatian, konsentrasi dan tekun mencapai tujuan.[1]

 “Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbal balik pada diri seseorang baik sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu”. [2]

Menurut Mahfudh Shalahuddin, motivasi adalah dorongan dari dalam yang digambarkan sebagai harapan, keinginan dan sebagainya, yang bersifat menggiatkan atau menggerakkan individu untuk bertindak atau bertingkah laku, guna memenuhi kebutuhan[3].

Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono, motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar[4].

Menurut Sardiman A.M , motivasi adalah serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang itu mau dan ingin melakukan sesuatu, bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu[5].

Menurut J. Ravianyo dalam bukunya yang berjudul, “Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia”; pengertian motivasi sebagai kondisi mental yang mendorong aktivitas dan memberikan kekuatan yang mengarah untuk mencapai kebutuhan, memberikan kepuasan atau mengurangi ketikdakseimbangan”[6].

 Selanjutnya menurut Sumardi Suryabrata, motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-akativitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan”[7].

Menurut Badudu-Zain dalam kamus Umum Bahasa Indonesia dikatakan bahwa:  ”Motivasi adalah niat, dorongan dasar untuk berbuat sesuatu.”[8]

Supriyono Widodo mengemukakan bahwa “Motivasi adalah suatu energi penggerak, pengarah dan memperkuat tingkah laku”.[9]

Motivasi adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandal dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Dalam motivasi terkandung adanya keinginan untuk mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan sikap dan perilaku individu belajar[10]. Kartono memandang motivasi sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia.[11]

Noor, melihat ada tiga kompnen utama yang terkandung dalam kata motivasi yaitu kebutuhan, dorongan, tujuan. Dorongan dalam hal ini dipahami oleh Noor sebagai “kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan”. Artinya sebagai kekuatan mental, dorongan berorientasi pada pemenuhan harapan atau pencapaian tujuan. Dorongan yang berorientasi pada tujuan tersebut dilihat oleh Noor sebagai inti dan motivasi.[12]

Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Perannya yang khas adalah dalam hal penambahan gairah, merasa senang dan semangat dalam belajar. Siswa yang memiliki motivasi yang kuat, akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar[13]

Ardhana  mengemukakan: “Motivasi adalah keadaan dalam pribadi orang  yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan.[14]“Motivasi dapat dipandang sebagai suatu istilah umum yang menunjuk kepada pengaturan tingkah laku individu dimana kebutuhan-kebutuhan-kebutuhan atau dorongan-dorongan dari dalam dan intensif (semacam hadiah) dari lingkungan mendorong individu untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhannya atau untuk berusaha menuju tercapainya tujuan yang diharapkan. Apabila organisme manusia berada dalam kesiapan untuk merespon kepada situasi dan terdapat perangsang yang sesuai, maka organisme “dimotivasi” atau didorong oleh  suatu desakan untuk berbaur dalam suatu kegiatan yang memuaskan. Terus berlangsungnya fungsi suatu desakan terlepas dari satu atau dua pengalaman frustrasi, adalah suatu bukti adanya dorongan kuat yang menyebabkan individu menuju pada pencapaian suatu tujuan khusus. Ketetapan atau terus berlangsungnya hingga tercapainya sesuatu hasil yang diharapkan adalah suatu sifat yang penting dari motivasi”.[15]

Menghubungkannya dengan kegiatan belajar di sekolah, “Motivasi itu berhubungan erat dengan tujuan yang ingin dicapai oleh seorang siswa melalui kegiatan belajar yang sedang diikutinya”.[16]Secara etimologis, motivasi merupakan bentukan dari kata motif. Berasal dari Bahasa Inggris yaitu “motive is causing movement, reason for doing something”.[17]Yang berarti motif adalah penyebab pergerakan, alasan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan motivasi adalah bentuk kata benda dari motif, dengan demikian secara singkat dapat dikatakan bahwa motivasi adalah sesuatu yang dapat menimbulkan penyebab untuk melakukan pergerakan, atau alasan untuk melakukan sesuatu.

Eysenck (dkk) mengatakan bahwa, “Motivasi adalah suatu proses menentukan  tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia”.[18]Hal ini lebih mengarah kepada kegiatan belajar secara spesifik, sehingga guru tidak dapat menyimpulkan secara sembarangan saja mengenai keadaan siswa apakah siswa tersebut memiliki motivasi atau tidak. Hal ini dikarenakan motivasi itu adalah kondisi internal siswa yang tidak dapat dilihat begitu saja dari keadaan fisik siswa misalnya: ekspresi wajah, gerakan tubuh atau tutur kata. Dari pendapat Eysenck tersebut, dapat ditarik suatu asumsi bahwa bisa saja seorang siswa yang kelihatan “tidak bermotivasi” sesungguhnya bermotivasi tetapi tidak pada tingkatan yang diharapkan oleh sang pengajar.

Thomas M. Risk mendefinisikan motivasi adalah: “usaha yang disadari oleh pihak guru untuk menimbulkan motif-motif pada diri peserta didik/pelajar yang menunjang kegiatan ke arah tujuan-tujuan belajar”. [19]

Dari beberapa pendapat motivasi dapat di definisikan:

1.      Suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang

2.      Setiap perubahan, motivasi berakibat pada perubahan tenaga di dalam sistem fisiologis dari organisme manusia.

3.      Ditandai oleh dorongan efektif, lebih bersemangat.

4.      Ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan, yaitu tindakan nyata.

Jenis Motivasi

Secara umum, dalam hubungannya dengan belajar, para ahli sepakat mengklasifikasikan motivasi ke dalam dua jenis menurut timbulnya, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik.

Muhibbin Syah mengatakan secara umum motivasi diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu:

(1)   Motivasi intrinsik. Adalah hal dan keadaan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Yang tergolong ke dalam klasifikasi ini adalah : perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut misalnya materi pelajaran tersebut berhubungan dengan cita-cita masa depan siswa yang bersangkutan.[20]

(2)   Motivasi Ekstrinsik. Adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Yang tergolong ke dalam motivasi eksternal ini adalah: pujian dan hadiah, peraturan/tata tertib sekolah, suri teladan orang tua/guru, dan lain-lain.[21]Seorang guru sebaiknya memahami juga, bahwa motivasi ekstrinsik, hanya efektif jika adanya perangsang-perangsang dari luar yang mengakibatkan seorang siswa mengubah tingkah lakunya secara efektif. Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi ekstrinsik seringkali hanya memegang peranan yang kecil, namun seringkali seorang guru menganggap dirinya mampu mengubah motivasi internal dengan upaya tertentu (memberi hadiah atau hukuman). Motivasi ekstrinsik ini, hanya akan efektif jika motivasi intrinsik siswa mengalami perubahan dengan sendirinya melalui sejumlah pengalaman. Maka, seorang guru sebaiknya tidak terlalu terpaku merencanakan motivasi eksternal yang terlalu berlebihan, agar tidak membuat siswa hanya membeo tingkah laku atau kemampuan yang dimilikinya.

Oemar Hamalik memperjelas: “motivasi intrinsik sebagai sound motivation yang artinya adalah motivasi yang riil, yang memiliki nilai-nilai yang sesungguhnya. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari luar situasi belajar-mengajar”.[22]

Sardiman A. M mengatakan motivasi terdiri dari:

-         Motivasi Instrinsik

Motivasi Intrinsik adalah suatu motif atau dorongan yang berasal dan dalam diri seseorang untuk melaksanakan suatu kegiatan. Sardiman menandaskan bahwa motivasi intrinsik adalah motif-motif yang tidak perlu dirangsang dan luar, karena dalam din setiap mdividu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Motivasi intrinsik adalah hal keadaan yang berasal dan dalam din siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan.

-         Motivasi Ekstrinsik

      Motivasi ekstrinsik adalah motif atau dorongan yang datang dari luar dirinya atau dorongan itu datang dan orang lain. Tujuan dan motivasi ekstrinsik ini adalah untuk membangkitkan minat seseorang agar lebih rajin dalam melakukan pekerjaannya. Motivasi ekstrinsik ini aktif apabila ada rangsangan dari luar dirinya yang dilakukan oleh orang-orang yang peduli akan perkembangan pribadinya[23]

Motivasi ekstrinsik ini perlu diperhatikan terutama bagi pendidik sebagai :orang yang paling bertanggung jawab dalam pembentukan pribadi anak-anak. Memang hasrat di dorong agar mau belajar atau mau melakukan sesuatu kegiatan Motivasi ekstrinsik juga termasuk yang dipelajan (learned motives) karena motif ini dapat dimiliki seseorang melalui proses kematangan, latihan, melalui belajar.

Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dan luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar, pujian dan hadiah, peraturan/tata tertip sekolah, sikap teladan dan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa dalam belajar[24]

Purwanto menggo1ongkan motif-motif tersebut menjadi tiga golongan yaitu :

Motif-motif atau kebutuhan organis, misal kebutuhan untuk makan, kebutuhan untuk bernafas.

Motif darurat misalnya, dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk membalas, dorongan untuk berusaha.

Motif obyektif, yang menyangkut kebutuhan untuk melakukan manipulasi’ untuk menarik perhatian.[25]

Hilgard sebagaimana dikutip oleh S. Nasution mengatakan bahwa: “Learning is the process by which an activity originates or changed through training procedures (whether laboratory or is the natural environment) as distinguished from changes by factors not attributable to training”.[26]Yang artinya, belajar adalah suatu proses yang mana aktivitas yang dihasilkan atau prosedur perubahan melalui latihan (baik di laboratorium maupun di lingkungan alami) sebagaimana terlihat dari perubahan-perubahan yang tidak dapat dihubungkan dengan pelatihan dimaksud. Hal ini menunjukkan bahwa belajar berhubungan erat dengan melatih diri untuk menguasai sejumlah keahlian. Dan keahlian tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari setelah selesai belajar, sekalipun persoalan yang dihadapi tidak seperti yang dihadapi ketika sedang belajar. Dengan memperhatikan hal di atas, maka guru dengan segala upayanya untuk membuat siswa belajar adalah motivasi ekstrinsik bagi siswa. Guru perlu juga memperhatikan bahwa pikiran atau persepsi sendiri sering lebih kuat dari kebenaran yang letaknya di luar diri sendiri.

Oleh karena itu, tugas guru sangat berat untuk memberikan upaya yang maksimal dalam rangka menimbulkan motivasi yang sama kuatnya dengan motivasi yang berasal dari dalam diri sendiri.

Bentuk-Bentuk Motivasi Belajar

Menurut Sudirman A.M, ada beberapa bentuk dan cara yang menumbuhkan motivasi yaitu:

1.      Memberi angka

2.      Hadiah

3.      Saingan/Kompetisi

4.      Harga diri

5.      Menilai ulangan

6.      Mengetahui hasil

7.      Pujian

8.      Hukuman

9.      Hasrat untuk belajar

10.  Minat

11.  Tujuan yang diakui.”[27]

a.       Memberi Angka

Angka dalam hal ini merupakan simbol dari nilai kegiatan belajar. Angka-angka yang baik bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat kuat.  Namun sebagai guru haruslah mengetahui bahwa pemaparan angka-angka seperti itu belum merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna, langkah yang dilakukan adalah guru memberi angka.  Angka dapat dikaitkan dengan value yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja, tetapi keterampilan dan afektifnya.

b.      Hadiah

Hadiah dapat sebagai motivasi, tetapi tidak selalu demikian, karena hadiah untuk sebuah pekerjaan, mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berkat untuk pekerjaan tersebut.

c.       Saingan/ Kompetisi

Saingan/kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa.  Persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

d.      Harga Diri

Membutuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan kepentingan tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertahankan harga dirinya adalah salah satu bentuk motivasinya yang cukup penting. Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk memacu prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya.

e.       Menilai Ulangan

Para siswa akan menjaga giat belajarnya kalau mengetahui akan adanya ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan itu juga merupakan sarana motivasi, tetapi guru juga terlalu sering memberi ulangan karena bisa membosankan siswa. Maka sebelum ulangan guru sebaiknya terlebih dahulu memberitahukan akan adanya ulangan.

f.        Mengetahui Hasil

Dengan mengetahui hasil pelajaran apalagi kalau terjadi kemajuan akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.  Semakin mengetahui grafik hasil belajar meningkat, maka akan ada motivasi pada diri siswa untuk belajar terus menerus dengan harapan-harapan hasilnya terus meningkat.

g.       Pujian

Apabila ada siswa yang sukses atau berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik perlu diberikan pujian. Pujian ini adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi. Pemberiannya harus tepat, dengan pujian yang tepat akan nampak suasana yang menyenangkan dan mempertimbangkan gairah belajar.

h.       Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat, dan bijak akan menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman.

i.         Hasrat Untuk Belajar

Hasrat untuk belajar adalah unsur kesengajaan, ada maksud untuk, hal ini lebih baik, bila dibandingkan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat berarti ada pada diri seseorang.

j.        Minat

Motivasi erat hubungan dengan minat, motivasi muncul karena adanya kebutuhan. Begitu juga dengan minat, sehingga tepatlah bahwa minat merupakan alat motivasi yang pokok dalam proses belajar.

k.      Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui akan terima baik oleh siswa dan akan merupakan alat motivasi yang sangat penting sekali dengan memahami tujuan yang harus dicapai karena disana sangat berguna dan menguntungkan maka akan timbul gairah untuk terus belajar. Guru mengembangkan dan mengarahkan hingga dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna.

Motivasi yang diberikan oleh guru kepada anak didik supaya anak didik dapat terdorong untuk belajar di sekolah adalah dengan memberi angka kepada siswa sebagai simbol atau nilai kegiatan di dalam belajar. 

Hadiah yang diberikan sebagai penghargaan atau supaya pekerjaan belajarnya yang membuat siswa termotivasi, saingan/kompetisi di dalam proses belajar mengajar mengarahkan anak didik untuk lebih meningkatkan prestasi, ego involmen (harga diri) yang dimiliki siswa hendaknya dapat digunakan guru untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang akan dicapai dengan memberi ulangan sebagai evaluasi di dalam mencapai hasil belajar yang dilakukan oleh guru dapat mendorong anak didik untuk termotivasi dan bisa menjawab ulangan yang diberikan mengetahui hasil belajar seseorang anak.  Apabila mengetahui hasil belajar dari evaluasi yang diberikan akan semangat meningkatkan belajarnya serta adanya peran serta orang tua.  

Dengan lambang tanda tangan orang tua untuk setiap hasil ulangan, pujian seorang guru diberikan kepada anak didik merupakan reinforcement yang positif sekaligus motivasi yang baik, hukuman merupakan reinforcement yang negatif tetapi guru harus memberikan secara tepat dan bijak. 

Hasrat belajar yang dimiliki anak didik dapat menghasilkan motivasi untuk hasil belajar siswa, minat guru dapat memotivasi siswa dengan melihat minat yang dimiliki anak didik. Guru dapat mengajar untuk memberikan pengetahuan untuk mencapai tujuan belajar, guru haruslah dapat mengarahkan siswa yang rajin menjadi belajar lebih bermakna sehingga hasilnyapun akan bermakna bagi kehidupan.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi manusia untuk belajar. Motivasi belajar terjadi dari tindakan perbuatan persiapan mengajar.  Menurut Dimyati faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut :

1.      Cita-cita/aspirasi jiwa

2.      Kemampuan siswa

3.      Kondisi siswa

4.      Kondisi lingkungan siswa

5.      Unsur-unsur dinamis dalam belajar dan pembelajaran

6.      Upaya guru dalam mengelola kelas.”[28]

1).    Cita-cita / Aspirasi Siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak yang sejak kecil, seperti keinginan bermain.  Keberhasilan mencapai keinginan tersebut menumbuhkan keinginan bergiat.  Bahkan dikemudian hari menimbulkan  cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita dibarengi oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahasa dan nilai-nilai kehidupan.

2).    Kemampuan  Siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi kemampuan dan kecakapan mencapainya. Keinginan membaca perlu dibarengi kemampuan mengenal dan mengucapkan huruf ”R”.  Misalnya dapat dibatasi dengan diri melatih ucapan ”R” yang benar.  Latihan berulang kali menyebabkan bentuknya kemampuan mengucapkan ”R”.  Dengan kemampuan pengucapan huruf ”R” akan terpenuhi keinginan akan kemampuan belajar yang memperkuat anak-anak untuk melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

3).    Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani mempengaruhi motivasi belajar.  Seorang yang sakit, lapar atau marah-marah akan mengganggu perhatian belajar.  Sebaliknya seorang siswa yang sehat, kenyang, dan gembira akan memusatkan perhatian pada pelajaran dan akan termotivasi untuk belajar.

4).    Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berubah keadaan alam, lingkungan tempat tinggal, pergaulan sebaya dan kehidupan masyarakat.  Sebagai anggota masyarakat, maka siswa dapat terpengaruh oleh lingkungan sekitar, bencana alam, tempat tinggal yang kumuh, ancaman teman yang nakal akan mengganggu kesungguhan belajar, sebaliknya kampus, sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun akan memperkuat motivasi belajar.  Dengan lingkungan yang aman, tenteram, tertib dan indah maka semangat belajar akan mudah diperkuat.

5).    Unsur-Unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran

Siswa memiliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan dan pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup, pengalaman teman sebayanya berpengaruh pada motivasi dan perilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan alam, tempat tinggal dan pergaulan juga mengalami perubahan.  Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar, majalah, rasio, ke semua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.

6).    Upaya Guru Dalam Mengelola Kelas

Upaya guru dalam membelajarkan siswa terjadi di sekolah maupun di luar sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal sebagai berikut:

a.       Menyelenggarakan tertib belajar di sekolah

b.      Membina disiplin belajar dalam setiap kesempatan

c.       Membina belajar tertib bergaul

d.      Membina belajar tertib lingkungan sekolah

Raymond dan Judith mengungkapkan ada empat pengaruh utama dalam motivasi belajar seorang anak yaitu:

Budaya, 

masing-masing kelompok atau etnis telah menetapkan dan menyatakan secara tidak langsung nilai-nilai yang berkenaan dengan pengetahuan baik dalam pengertian akademis maupun tradisional. Nilai-nilai itu terungkap melalui pengaruh  agama, undang-undang politik untuk pendidikan serta melalui harapan-harapan orang tua yang berkenaan dengan persiapan anak-anak mereka dalam hubungannya dengan sekolah. Hal-hal ini akan mempengaruhi motivasi belajar anak.

Keluarga, 

berdasarkan penelitian orang tua memberi pengaruh utama dalam memotivasi belajar seorang anak. Pengaruh mereka terhadap perkembangan motivasi belajar anak-anak memeberi pengaruh yang sangat kuat dalam setiap perkembangannya dan akan terus berlanjut sampai habis masa SMA dan sesudahnya.

Sekolah,

ketika sampai pada motivasi belajar, para gurulah yang membuat sebuah perbedaan. Dalam banyak hal mereka tidak sekuat seperti orang tua. Tetapi mereka bisa membuat kehidupan sekolah mnjadi menyenangkan atau menarik. Dan kita bisa mengingat seorang guru yang mernenuhi ruang kelas dengan kegembiraan dan harapan serta membukakan pintu-pintu kita untuk menemukan pengetahuan yang mengagumkan.

Diri anak itu sendini,

 murid-murid yang mempunyai kemungkinan paling besar untuk belajar dengan serius, belajar dengan baik  dan masih bisa menikmati belajar, memiliki perilaku dan karakter pintar, berkualitas, mempunyai identitas, bisa mengatur din sendiri sudah pasti mempengaruhi motivasi belajarnya.[29]

Dilihat dan peranannya, maka orang tua dan guru paling berpengaruh dalam rangka memotivasi belajar siswa. Kerja sama antara kedua komponen mi akan menghasilkan kekuatan luar biasa yang bisa menumbuhkan motivasi belajar anak. Untuk menghasilkan kolaborasi dalam rangka mencapai tujuan yang baik maka pola kerja sama antara keduanya harus dirancang sedemikian rupa. Kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh orang tua dan guru harus teridentifikasi dengan jelas. Karena dengan memahami kekuatan dan kelemahan guru dan orang tha akan dapat membuat rancangan yang tepat untuk menumbuhkan motivasi anak.

Menurut pendapat Fo’arota Telaumbanua mengemukakan : “Motivasi sangat penting untuk dipahami karena melalui motivasi manusia terdorong untuk melakukan suatu pekerjaan”.[30]Lebih lanjut dikemukakan bahwa :”Timbulnya motivasi didasarkan atas dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu yaitu keinginan untuk berbuat dan bertindak.”[31] Memberikan motivasi kepada siswa berarti menggerakkan siswa untuk melakukan sesuatu dan ingin melakukan sesuatu. Pada tahap awal hal ini akan menyebabkan siswa merasa ada kebutuhan dan ingin melakukan sesuatu kegiatan belajar. Supaya kebutuhan itu menjadi jelas dalam diri siswa untuk membangun  motivasi maka lebih lanjut ada beberapa kebutuhan dasar yang dimiliki oleh peserta belajar antara lain :

a.      Kebutuhan untuk membuat sesuatu secara efektif

b.      Kebutuhan untuk menyenangkan orang lain

c.      Kebutuhan untuk mencapai hasil

d.      Kebutuhan untuk mengatasi kesulitan

Faktor yang paling kuat dalam mempengaruhi motivasi adalah “kebutuhan”. Setiap tindakan yang merupakan perwujudan dari motivasi adalah didasari pada kebutuhan. Manusia tidak akan termotivasi untuk mencapai suatu tujuan atau melakukan suatu tindakan, jika ia tidak membutuhkan sesuatu dari tindakan serta pikirannya itu. Menurut Maslow [32], ada 7 kebutuhan manusia yang harus dipenuhi, yang diyakini menjadi motivasi dalam setiap tindakan manusia yaitu:

1.      Kebutuhan fisiologis. Yaitu kebutuhan jasmani manusia misalnya, kebutuhan akan makanan, minum, tidur, istirahat, dan kesehatan. Untuk dapat belajar dengan baik, siswa harus dalam keadaan sehat-sehat saja, tidak kelaparan, kehausan, yang dapat mengganggu keinerja otaknya dalam belajar.

2.  Kebutuhan akan keamanan. Manusia membutuhkan ketentraman dan keamanan jiwa. Perasaan kecewa, dendam, takut akan kegagalan, ketidakseimbangan mental dan goncangan-goncangan emosi yang lain dapat mengganggu aktivitas belajar seseorang. Untuk meningkatkan cara belajar siswa lebih efektif, maka siswa harus dapat menjaga keseimbangan emosi, sehingga perasaan aman dapat tercapai dan konsentrasi pikiran dapat dipusatkan pada materi pelajaran yang ingin dipelajari.

3.    Kebutuhan akan kebersamaan dan cinta. Manusia dalam hidup membutuhkan kasih sayang dari orang tua, saudara dan teman-teman yang lain. Di samping itu, ia akan merasa berbahagia jika dapat membantu dan memberikan cinta kasih pada orang lain pula. Belajar bersama akan membuka pikiran siswa, serta meningkatkan ketajaman berpikir siswa.

4.   Kebutuhan akan status. Tiap orang menginginkan segala usahanya berhasil. Untuk kelancaran belajar, perlu optimisme, percaya diri, dan keyakinan akan dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Siswa harus mendapat insentif bahwa, apa yang dipelajarinya kelak akan berguna bagi dirinya sendiri.

5. Kebutuhan akan self-actualisation. Belajar yang lebih efektif dapat diciptakan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, image seseorang. Tiap-tiap orang tentu berusaha untuk memenuhi keinginan yang dicita-citakannya. Oleh karena itu siswa harus yakin bahwa dengan belajar yang baik akan membantunya mencapai cita-cita yang diinginkannya.

6.     Kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti. Yaitu kebutuhan manusia untuk memuaskan rasa ingin tahu, mendapatkan pengetahuan, informasi, dan untuk mengerti sesuatu. Untuk mencapai hal ini, maka harus ditanamkan kepada siswa bahwa, satu-satunya cara untuk memuaskan rasa ingin tahunya akan sesuatu adalah dengan belajar.

7. Kebutuhan estetika. Yaitu kebutuhan yang dimanifestasikan sebagai kebutuhan akan keteraturan, keseimbangan dan kelengkapan dari suatu tindakan. Hal ini hanya mungkin akan terwujud jika siswa belajar tak henti-hentinya, tidak hanya dalam pendidikan formal saja tetapi juga setelah selesai, setelah bekerja, berkeluarga serta berperan dalam masyarakat.

Dengan kebutuhan seorang siswa dapat memperbaharui motivasi intrinsiknya jika ia dapat melihat dengan cermat apa yang paling dibutuhkannya saat ini (dalam jangka waktu pendek). Juga jika siswa dapat melihat atau mempunyai visi atau cita-cita mengenai hidupnya di masa yang akan datang (dalam jangka panjang).

Menurut pendapat Malcom Brownlee, Faktor-Faktor Mempengaruhi Motivasi Belajar

a.       Faktor Guru

Seseorang dikatakan sebagai guru tidak cukup “tahu” sesuatu materi yang akan diajarkan, tetapi pertama kali ia harus merupakan seseorang yang memang memiliki “kepribadian guru” denga segala ciri tingkat kedewasaannya dan memiliki kepribadian

Untuk itu perlu dikemukakan dalam pembahasan ini sepuluh kompetensi guru yang berkaitan erat dengan tugasnya membentuk motivasi belajar siswa di sekolah antara lain :

1)      Menguasai bahan atau materi pengajaran

2)      Mengelola program belajar mengajar

3)      Pengelolaan kelas

4)      Menggunakan Media dan sumber belajar

5)      Menguasai landasan-landasan kependidikan

6)      Mengelola interaksi belajar-mengajar

7)      Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran

8)      Mengenal fungsi dan program bimbingan & Penyuluhan

9)      Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah

10)  Mengenal prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna kepentingan pengajaran

b.      Faktor Orangtua

Faktor orangtua dalam keluarga sangat menentukan juga karena mereka adalah mitra para guru dalam bekerja bersama-sama untuk tujuan tersebut. Orangtua tidak cukup puas hanya menyerahkan urusan dan tanggung jawab ini pada guru. 

c.       Faktor Lingkungan Masyarakat

Faktor lingkungan masyarakat tempat berdomisili siswa menajadi unsur yang turut dipetimbangkan dalam proses pembentukan motivasi siswa, karena siswa juga adalah bagian ataupun warga dari suatu masyarakat.  Malcom Brownlee mengemukakan konsep yang memperlihatkan ketergantungan ini dengan mengemukakan “Manusia dalam msyarakat dan masyarakat dalam manusia”[33]

Lebih lanjut dijelaskan bahwa konsep manusia dalam masyarakat mengisyaratkan ketergantungan bahwa individu sebagai bagian dalam komunitas yang mmiliki sistim nilai sosial yang saling mengikat dan mempengaruhi setiap individu yang hidup bersama dalam sebuah komunitas, baik komunitas masyarakat kota ataupun masyarakat desa dan atau kelompok belajar seperti siswa pada suatu sekolah.

Fungsi Motivasi Belajar

Sardiman A.M, mengemukakan tiga fungsi motivasi, yaitu:

1.      Mendorong manusia untuk berbuat baik, yakni sebagai penggerak atau motor yang melepaskan energi.

2.      Menentukan arah perubahan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai.

3.      Menyeleksi perbuatan, yakni perbuatan-perbuatan apa yang harus dikerjakan yang serasi guna mencapai tujuan, dengan menyisihkan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan tersebut. [34]

Jadi, motivasi itu diberikan untuk :

a.       Membangkitkan minat belajar siswa

b.      Memberikan kesempatan kepada siswa dalam memperoleh hasil yang lebih baik.

c.       Memberikan penguatan kepada siswa.

d.      Melaksanakan evaluasi.

Fungsi motivasi sebagai pendorong usaha dalam mencapai prestasi, karena seseorang melakukan usaha harus mendorong keinginannya, dan menentukan arah perbuatannya kearah tujuan yang hendak dicapai.  Sehingga siswa dapat menyeleksi perbuatan untuk menentukan apa yang harus dilakukan yang bermanfaat  bagi tujuan yang hendak dicapainya.

Strategi Pemberian Motivasi Oleh Guru

Menurut Nasution ada empat strategi dasardalam proses belajar mengajar yakni sebagai berikut:

1.      Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.

2.      Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.

3.      Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan tehnik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajarnya.

4.      Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria serta standart keberhasilan sehingga dapat dijadiakn pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan unpanbalik buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.[35]

Motivasi belajar yang disampaikan oleh guru dapat diukur dengan spesifikasi dan kwalifikasi perubahan tingkah laku yang bagaimana diinginkan sebagai hasil belajar mengajar yang dilakukan itu. Disini terlihat apa yang dijadikan sebagai sasaran dari kegiatan belajar mengajar. Sasaran yang dituju harus jelas dan terarah. Oleh karena itu tujuan pengajaran yang dirumuskan harus jelas dan konkrit, sehingga mudah dipahami oleh anak didik. Bila tidak maka kegiatan belajar mengajar tidak punya arah dan tujuan yang pasti. Akibat selanjutnya perubahan yang diharapkan terjadi pada anak didik pun sukar diketahui, karena penyimpangan-penyimpangan dari kegiatan belajar mengajar. Karena itu, rumusan tujuan yang operasional dalam belajar mengajar mutlak dilakukan oleh guru sebelum tugasnya dilakukan.

Guru dalam memotivasi belajar siswa harus memilih cara pendekatan belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif untuk mencapai sasaran. Bagaimana cara guru memandang suatu persoalan, konsep, pengertian dan teori apa yang digunakan dalam memecahkan suatu kasus, akan mempengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang dipelajari oleh dua orang dengan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan kesimpulan yang tidak sama. Norma-norma sosial seperti baik, benar, adil dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan yang berbeda dan bahkan mungkin bertentangan bila dalam cara pendekatannya menggunakan berbagai disiplin ilmu.

Pengertian konsep dan teori ekonomi tentang baik, benar atau adil, tidak sama dengan baik, benar atau adil menurut pengertian konsep dan teori antropologi. Juga akan tidak sama apa yang dikatakan baik, benar atau adil kalau seorang guru menggunakan konsep agama, karena pengertian konsep dan teori agama mengenai baik, benar atau adil itu jelas berbeda dengan konsep ekonomi maupun antropologi. Demikian juga halnya dengan cara pendekatan yang digunakan terhadap kegiatan belajar-mengajar.

Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif. Metode atau teknik penyajian untuk memotivasi anak didik agar mampu menerapkan pengetahuan dan pengalamannya untuk memecahkan masalah, berbeda dengan cara atau metode supaya anak didik terdorong dan mampu berpikir bebas dan cukup keberanian untuk mengemukakan pendapatnya sendiri. Perlu dipahami bahwa suatu metode mungkin hanya cocok dipakai untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi untuk sasaran yang berbeda, guru hendaknya jangan menggunakan teknik penyajian yang sama. Bila beberapa tujuan yang ingin diperoleh, maka guru dituntut untuk memiliki kemampuan tentang penggunaan berbagai metode atau mengkombinasikan beberapa metode yang relevan. Cara penyajian yang satu mungkin lebih menekankan kepada peranan anak didik, sementara teknik penyajian yang lain lebih terpokus kepada peranan guru atau alat-alat pengajaran seperti: buku atau mesin komputer misalnya. Adapula metode yang lebih berhasil bila dipakai buat anak didik dalam jumlah yang terbatas, atau cocok untuk mempelajari materi tertentu. Demikian juga bila kegiatan belajar mengajar berlangsung di dalam kelas, di Perpustakaan, lab dan tempat lain, tentu metode yang diperlukan agar tujuan tercapai. Tujuan Instruksional yang ingin dicapai tidak selalu tunggal (satu), tetapi mungkin berbagai tujuan atau sasaran. Oleh karena itu guru membutuhkan Media dalam mengajar.

Menerapkan norma-norma atau kriteria keberhasilan sehingga guru mempunyai pegangan yang dapat menjadi tolak ukur untuk menilai sampai dimana keberhasilan kegiatan yang telah dilakukan. Suatu program dapat diketahuai berhasil atau tidak, setelah dilakukan evaluasi. Sehingga sistem penilaian dalam kegiatan belajar mengajar merupakan salah satu strategi yang tidak bisa dipisahkan dengan strategi dasar yang lain.

Apapun yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus dilakukan termasuk kemampuan guru dalam menilai. Seorang anak didik dapat dikategorikan sebagai anak didik yang berhasil, harus dilihat dari berbagai segi. Dapat dilihat dari ketekunan mengikuti tatap muka di kelas, perilaku sehari-hari, ulangan, kepemimpinan, prestasi olehraga, keterampilan dan sebagainya. Atau dapat dilihat dari gabungan dari berbagai aspek misalnya kognitif, afektif dan psikomotoriknya.

Teori-Teori Motivasi

Ada beberapa teori tentang motivasi, diantaranya:

1.      Teori Motivasi dari Maslow

“Maslow dalam Mulyasa  menyusun suatu  teori tentang kebutuhan dasar biologis/fisik manusia yang bersifat hierarkhis, dan dikelompokkan menjadi 5 tingkatan.”[36]

1.      Kebutuhan fisik (physiologycal needs)

2.      Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)

3.      Kebutuhan akan kasih sayang (belongingness and love needs)

4.      Kebutuhan akan rasa harga diri (Self esteem needs)

5.      Kebutuhan akan aktualisasi diri (Need for self actialization)

2.      Teori X dan Teori Y

Douglass McGregor dalam Sugema“mengemukakan dua pandangan yang jelas-jelas berbeda secara mendasar mengenai manusia, satu negative, yaitu ditandai sebagai teori X dan yang lain pada dasarnya positif yang ditandai sebagai teori Y”[37]

Teori X mengandaikan bahwa kebutuhan urutan/orde rendah mendominasi individu-individu yang lebih suka diarahkan dan lebih mengutamakan keselamatan diatas segalanya. Teori Y mengandaikan bahwa kebutuhan urutan/orde tinggi mendominasi individu-individu yang lebih suka mengarahkan upaya mereka sendiri dan kreatif ditempat kerja untuk mencapai tujuan organisasi.

3.      Teori dua factor (Two faktor Theory)

Frederick Herberg  dalam sugema “mengatakan bahwa manusia mempunyai dua kategori kebutuhan yang berbeda yang  terpisah satu sama lain, dampaknya terhadap perilaku dengan cara yang berbeda”.

 Ia menekunkan bahwa jika orang merasa puas dengan pekerjaan mereka, mereka mengkaitkan lingkungan dimana mereka bekerja. Disisi lain, jika orang merasa puas tentang pekerjaan mereka, ini harus dikaitkan dengan kerja itu sendiri. Herberg menanamkan kategori pertama dengan fakta-fakta higiene, sebab menggambarkan lingkungan orang, dan memberikan fungsi utama mencegah ketidak puasan pekerja. Ia menanamkan kategori kedua dengan motivator kebutuhan, karena tampaknya efektif dalam memotivasi orang agar kinerjanya prima.

4.      ERG dari Clayton Aldefer.

Aldefer dalam sugema “mengajukan teori alternatif terhadap teori hierarki kebutuhan Maslow, menurutnya terhadap tiga kelompok kebutuhan manusia.”

1.        Kebutuhan akan keberadaan (existency needs). Kebutuhan ini untuk tetap exist secara fisik. Untuk exist kita perlu makan, minum, pakaian, perumahan, kondisi kerja yang aman, dan lain-lain.

2.        Kebutuhan untuk berhubungan (relatedness needs). Kebutuhan ini adalah bahwa setiap individu perlu untuk dapat  berhubungan dengan baik dan wajar dengan orang-orang lain (interpersonal relationship)

3.        Kebutuhan untuk berkembang (Growth needs). Kebutuhan ini adalah bahwa setiap individu memiliki keinginan, kebutuhan untuk mengembangkan atau meningkatkan diri sesuai dengan kemampuan dan cita-citanya.

5.      Motivasi berprestasi dari McClelland

Mc Clelland dalam sugema mengemukakan dan mengelompokkan kebutuhan ke dalam tiga kelompok.

1.      Kebutuhan untuk berprestasi (n – Ach)

2.      Kebutuhan untuk berafiliasi (n – Aff)

3.      Kebutuhan untuk berkuasa (n – Pow)

Teori-teori  tersebut diatas merupakan pengantar untuk lebih memahami motivasi, bagaimana seseorang termotivasi untuk melakukan sesuatu dan ditingkatan mana motivasi yang dimilikinya berada.

Ciri – ciri Siswa Yang Memiliki Motivasi Belajar

Sardiman AM [38]mengatakan bahwa motivasi yang ada pada diri seseorang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a.         Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama,tidak pernah berhenti sebelum selesai)

b.        Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekasputus asa). Tidak memerlukan dorongan luar untuk berprestasi sebaik mungkin (tidak lekas puas dengan prestasi yang telah dicapainya)

c.         Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah: “untuk orang dewasa” (misalnya: masalah pembangunan, agama, politik, ekonomi, pemberantasan korupsi, pemberantasan segala tindak kriminal, amoral dan sebagainya).

d.        Lebih senang bekerja mandiri

e.         Cepat bosan pada tugas-tugas rutin (hal-hal yang bersifat mekanis,berulang-ulang begitu saja sehingga kurang kreatif)

f.          Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu)

g.         Tidak mudah melepaskan hal yang diyakininya.

h.         Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.



[1]  Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,  (Jakarta :CV.Rajawali), 2006

[2]  Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,  (Jakarta :CV.Rajawali), 2006

[3] Mahfudh Shlmahuddin, Psikologi Pendidikan, (Surabaya : PT. Bina Ilmu,1990), hlm 114

[4] Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta :PT.Rineka Cipta, 2009), hlm 80

[5] Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta :CV.Rajawali , 2006), hlm 74

[6] Ravianto, Produktivitas dan Tenaga Kerja Indonesia,(Usaha Nasional Indonesia, 1995), hlm.18

[7] Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, (Rajawali Pers, 1994), hlm. 3

[8]  Badudu  Zain, Kamus Umum bahasa Indonesia (Jakarta: Sinar Harapan, 1996) hlm. 909

[9]Supriyono Widodo, Psikologi belaja, (Solo :Rineka Cipta 2003), hlm 83

[10] Dimiyanti dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm 80

[11] Kartini Kartono dan Dali Gulo, Kamus Psikologi (Bandung : Pioner Jaya, 1987), hlm 290

[12] M. Noor, Himpunan Istilah Psikologi (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya,  1997), hlm 123

[13] Sardiman, AM. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000) hlm 73

[14]Ardhana ,Wayan, Pokok-pokok ilmu jiwa bumi, (Surabaya : Usaha Nosional Ari Kunto1985), hlm 165

[15]Ardhana. Wayan, Pokok-pokok ilmu jiwa bumi, (Surabaya : Usaha Nosional Ari Kunto, 1985), hlm 16

[16] A. Ahmadi, Pendidikan Dari Masa Ke Masa, (Bandung: CV Armiko, 1987), hlm. 109

[17] Webster’s English Dictionary, (Jakarta, Karisma Publishing Group, 2006), hlm. 309

[18] Kumpulan Teori-Teori Tentang Belajar, ttp., hlm 172.

[19] Thomas M. Risk, Models For Teaching , (Texas:Austin University, 1956), hlm 32

[20] Mohibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hal  137


[21] Mohibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm. 137.

[22] Oemar Hamalik, Proses Belajar-Mengajar, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 2001), hlm. 163


[23] Sardiman, AM. Integrasi dan Motivasi Belajar, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 89


[24] Mohibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1999), hlm : 137

[25] M. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 1996) hlm 64


[26] S. Nasution, Didaktik Azas-Azas Mengajar(Bandung: Penerbit Jemmars), tt., hlm. 29

[27] Sardiman, AM. Integrasi dan motivasi belajar, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2003), hal. 95

[28] Dimyati.  Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2006), hlm. 97.

[29] Raymond J.W dan Judith J.H, hlm. 24

[30]Fo’arota Telaumbanua, Motivasi Kerja, Iklim Organisasi, Kinerja Pegawai (Jakarta : FKIP Universitas Kristen Indonesia 2005) hlm. 37

[31]Fo’arota Telaumbanua, Motivasi Kerja, Iklim Organisasi, Kinerja Pegawai (Jakarta : FKIP Universitas Kristen Indonesia 2005) hlm. 37

[32] Kumpulan Teori-Teori tentang Belajar, hlm. 76.

[33] Malcom Brownlee, Pengambilan Keputusan Etis  (Jakarta : BPK.Gunung Mulia, 1993) hlm 147-150

[34] Sardiman, AM. Integrasi dan Motivasi Belajar, (Jakarta, PT.Raja Grafindo Persada, 2003), hlm.84

[35] Nasution, Kurikulum dan pengajara (Bandung, Bumi aksara, 1989),  hal. 79

[36]Maslow, Mulyasa, E.Menjadi Guru Profesi(Menciptakan Pembelajaran Kreatif Dan Menyenangkan) Bandung . PT.Remaja Rosda Karya Offset, 2005), hlm 175

[37]Sugema, Bambang dan Sutrisno, Motivasi Dalam Organisasi, ( Lembaga Administrasi Negara, 2000) hlm 15

[38]Sardiman AM, Integrasi dan Motivasi Belajar (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006) hal.21

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar