Metode Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


Metode Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Metode memiliki peranan yang penting dalam upaya mendukung tercapainya hasil belajar yang diinginkan. Secara pedagogis metode pembelajaran terbagi atas 3 (tiga) strategi (Uno, 2014) yaitu 

(1). Strategi Pengorganisasian: sebagai langkah untuk menentukan isi bidang studi yang dipilih untuk pembelajaran seperti pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, dan lainnya. 

(2). Strategi Penyampaian: sebagai langkah untuk mendapatkan respons siswa dengan menata interaksi dengan baik. 

(3). Strategi Pengelolaan: langkah untuk menyiapkan strategi mengelola kelas. Dengan demikian maka hakikat metode pembelajaran sangat signifikan  dalam  menentukan  keberhasilan  hasil belajar melalui strategi-strategi belajar yang efektif, kreatif, dan relevan.

Strategi tersebut harus didukung dengan metode yang tepat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran Pendidikan Pancasila dan  Kewarganegaraan. Dilihat dari segi pedagogis  dan  filosofinya,  metode  yang  tepat  dalam  pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan harus yang berorientasi pada misi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan sebagai wahana pendidikan demokrasi dan pembangunan nilai atau karakter agar menjadi warga negara yang baik dan cerdas. 

Metode mengajar civics terkesan doktriner sehingga perlu adanya pencerahan atau  perbaikan  dengan  berorientasi     mengajar  dan  mendorong  partisipasi peserta  didik  aktif,  mempunyai  sifat  inquiry,  dan  pendekatan  pemecahan masalah (Somantri, 1976). Metode tersebut secara terencana, dan terukur harus dilaksanakan di dalam proses pembelajaran civics sebagai upaya menghindari penyakit pembelajaran tradisional yang cenderung hafalan, isi buku yang sangat dipengaruhi oleh verbalisme, indoktrinasi, ground covering technique, dan yang sejenisnya adalah yang paling gampang, serta kurangnya kegiatan-kegiatan penulisan ilmiah mengenai metode menyebabkan penyebaran prinsip-prinsip metode yang tercantum dalam rencana pembelajaran akan sulit untuk dilaksanakan.

Dalam proses pembelajaran civics   atau pendidikan kewarganegaraan perlu dikembangkan sesuai dengan pendekatan field psychology yaitu strategi pembelajaran yang mengkombinasikan antara inkuiri dengan ekspositori. Melalui pendekatan inquiry peserta didik dapat termotivasi untuk belajar secara kontekstual sesuai dengan gejala-gejala/fenomena kewarganegaraan yang sedang terjadi yang kemudian guru bersama peserta didik mencari solusi atau jawabannya. Sedangkan dengan pendekatan ekspositori maka pembelajaran pendidikan  kewarganegaraan  lebih  bermakna  dengan  penyampaian  materi secara optimal melalui materi-materi yang faktual dan aktual.

Metode yang dianggap paling cocok untuk memfasilitasi keperluan strategi dan metode belajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan antara lain.

a) Metode inkuiri digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar peserta didik. Metode tersebut merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran  yang menekankan pada  proses  berfikir  kritis  dan analisis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Adapun langkah-langkahnya mencakup: perumusan masalah, perumusan hipotesis, konseptualisasi, pengumpulan data, pengujian dan analisis data, menguji hipotesis serta pada akhirnya akan memulai inkuiri lagi ((Wahab dan Sapriya, 2011). 

b) Portofolio merupakan kumpulan informasi/data yang tersusun dengan baik yang menggambarkan rencana kelas peserta didik berkenaan dengan suatu isu kebijakan publik yang telah diputuskan untuk dikaji oleh mereka, baik dalam kelompok kecil maupun kelas secara keseluruhan. Portofolio kelas berisi bahan-bahan seperti pernyataan-pernyataan tertulis, peta grafik photography, dan karya seni asli. Bahan-bahan tersebut menggambarkan:

(1) Hal-hal yang telah dipelajari peserta didik berkenaan dengan suatu masalah yang dipilih;

(2)  Hal-hal yang telah dipelajari peserta didik berkenaan dengan alternatif- alternatif pemecahan terhadap masalah tersebut;

(3) Kebijakan publik yang telah dipilih atau dibuat peserta didik untuk mengatasi masalah tersebut;

(4)  Rencana  tindakan  yang  telah  dibuat  peserta  didik  untuk  digunakan dalam mengusahakan agar pemerintah menerima kebijakan yang mereka usulkan.

Pembelajaran berbasis portofolio mengajak peserta didik untuk bekerjasama dengan teman-temannya di kelas dan dengan bantuan guru agar tercapai tugas- tugas pembelajaran berikut.

(1)  Mengidentifikasi masalah yang akan dikaji ;

(2) Mengumpulkan dan menilai informasi dari berbagai sumber berkenaan dengan masalah yang dikaji 

(3)  Mengkaji pemecahan masalah ; 

(4)  Membuat kebijakan publik ;

(5)  Membuat rencana tindakan. 

Dalam usaha mencapai tugas-tugas pembelajaran ini ditempuh melalui 6 (enam) tahap kegiatan sebagai berikut.

Tahap I           : Mengidentifikasi masalah kebijakan publik di masyarakat

Tahap II          : Memilih satu masalah untuk kajian kelas

Tahap III         : Mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas

Tahap IV        : Membuat portofolio kelas

Tahap V         : Menyajikan portofolio

Tahap VI        : Refleksi terhadap pengamatan belajar dalam pembelajaran berbasis portofolio dengan cara kelas dibagi dalam empat kelompok, dan setiap kelompok bertanggung jawab untuk membuat satu bagian portofolio kelas. 


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar