Penerapan Sejarah dan Sosiologi Olahraga dalam Pembelajaran PJOK


 1.   Penerapan Sejarah Olahraga dalam Pembelajaran PJOK

Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini adalah: "Apakah pendidikan jasmani?" Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut. Hal ini mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru pendidikan jasmani, melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan  kesehatan (orkes)  dalam  kurikulum 1984,  menjadi  pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) dalam kurikulum 1994. Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber belajar yang menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan nama itu tidak memiliki perbedaan, dan pelaksanaannya dianggap sama. Padahal muatan filosofis dari kedua istilah di  atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun berbeda pula.

Manfaat Sejarah Keolahragaan dan PJOK dalam Penanaman Sikap Peserta Didik 

a.   Manfaat Edukatif

Kegunaan sejarah yang pertama adalah sebagai edukasi atau pelajaran. Banyak manusia yang belajar dari sejarah. Belajar dari pengalaman yang pernah dilakukan. Pengalaman tidak hanya terbatas pada pengalaman yang dialaminya sendiri, melainkan juga dari generasi sebelumnya. Manusia melalui belajar dari sejarah dapat mengembangkan potensinya. Kesalahan pada masa lampau, baik kesalahan sendiri maupun kesalahan orang lain coba dihindari. Sementara itu, pengalaman yang baik justru harus ditiru dan dikembangkan. Dengan demikian, manusia dalam menjalani kehidupannya tidak berdasarkan coba-coba saja (trial and error), seperti yang dilakukan oleh binatang. Manusia harus berusaha menghindari kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. 

b.   Manfaat Inspiratif

Kegunaan sejarah yang kedua adalah sebagai inspirasi. Berbagai kisah sejarah dapat  memberikan  inspirasi  pada  pembaca  dan  pendengarnya. Belajar  dari Kebangkitan Nasional yang dipelopori oleh berdirinya organisasi perjuangan yang modern di awal abad ke-20, masyarakat Indonesia sekarang berusaha mengembangkan kebangkitan nasional angkatan ke-2. Pada kebangkitan nasional yang pertama, bangsa Indonesia berusaha merebut kemerdekaan yang sekarang ini sudah dirasakan hasilnya. Untuk mengembangkan dan mempertahankan kemerdekaan, bangsa Indonesia ingin melakukan Kebangkitan Nasional yang ke-2, dengan bercita-cita mengeajar ketertinggalan dari bangsa asing. Bangsa Indonesia tidak hanya ingin merdeka, tetapi juga ingin menjadi bangsa yang maju, bangsa yang mampu mensejahterakan rakyatnya. Untuk itu, bangsa  Indonesia harus  giat  menguasai IPTEK  karena  melalui  IPTEK  yang dikuasai, bangsa Indonesia berpeluang menjadi bangsa yang maju dan disegani, serta dapat ikut serta menjaga ketertiban dunia.

c.    Manfaat rekreatif

Kegunaan sejarah yang ketiga adalah sebagai kegunaan rekreatif. Kegunaan sejarah sebagai kisah dapat memberi suatu hiburan yang segar. Melalui penulisan kisah sejarah yang menarik pembaca dapat terhibur. Gaya penulisan yang hidup dan komunikatif dari beberapa sejarawan terasa mampu “menghipnotis” pembaca. Pembaca akan merasa nyaman membaca tulisan dari sejarawan. Konsekuensi rasa senang dan daya taraik penulisan kisah sejarah tersebut membuat pembaca menjadi senang. Membaca menjadi media hiburan dan rekreatif. Membaca telah menjadi bagian dari kesenangan. Membaca telah dirasakan sebagai suatu kebutuhan, yaitu kebutuhan yang rekreatif. Pembaca dalam mempelajari hasil penulisan sejarah tidak hanya merasa senang layaknya membaca novel, tetapi juga dapat berimajinasi ke masa lampau. Disini peran sejarawan dapat menjadi pemandu (guide). Orang yang ingin melihat situasi suatu daerah di masa lampau dapat membacanya dari hasil tulisan para sejarawan. 

2.  Penerapan Sosiologi Olahraga dalam Pembelajaran PJOK

Olahraga menjadi bagian budaya pranata sosial masyarakat berdasarkan telusuran sejarah, sosiologi dan antropologi diantaranya berperan atau berfungsi sebagai, 

(1) mekanisme peradilan, 

(2) wahana inisiasi dan ritus pubertas, 

(3) wahana untuk memilih jodoh, 

(4) wahana untuk mengungkapkan rasa syukur atas keberhasilan, 

(5) wahana ritual kepercayaan, 

(6) cara menunjukan prestise,

(7) wahana pendidikan, dan sebaginya hingga terus berkembang dalam bentuk yang bervariasi hingga kini.

Indonesia menjadikan olahraga berperan atau berfungsi sebagai alat pencapai tujuan pendidikan menamakannya sebagai bidang studi ‘Pendidikan Jasmani’. Pendidikan Jasmani adalah pendidikan untuk mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor melalui aktivitas jasmani yang mereduksi aktivitasaktivitas olahraga seperti permainan, atletik, akuatik, senam beladiri dan sebagainya.

Pendidikan Jasmani mempunyai makna penting pada aspek sosial-budaya, psikologis dan politik. Pendidikan Jasmani menurut Stevenson dalam Song (1996) dapat memberi kontribusi bagi pembangunan suatu bangsa dalam corak, yaitu:

(1) mengatasi kecemasan dan ketegangan mental;

(2) penyadaran individu tentang pentingnya moral dan nilai;

(3) mempersatukan masyarakat yang berkelompokkelompok. Pendidikan Jasmani dapat meningkatkan stabilitas sosial-psikologis dan  memainkan peran  dalam menggairahkan hidup sehari-hari.

Pendidikan Jasmani secara aktif dapat mengatasi kecemasan dan keteganggan mental dalam menjalani kehidupan ditengah masyarakat modern saat ini yang sangat kompetitif, amat terstruktur dan terpilah-pilah dalam mencapai produktivitas.

Pendidikan Jasmani sebagai upaya membangun jiwa dan raga agar memiliki rasa hormat dan percaya diri. Pendidikan Jasmani mempunyai fungsi sosialisasi terhadap penyadaran individu tentang moral dan nilai. Pendidikan Jasmani yang dikelola dengan tepat akan membina kepribadian yang patuh terhadap peraturan, daya saing yang kuat, mental yang kuat, kesetiaan yang kental dan mendalam. 

Pendidikan Jasmani akan berdampak kepada pembinaan patriotisme yang kuat dan orientasi berprestasi yang tinggi, sehingga peserta didik kelak dewasa menjadi warga masyarakat yang matang dan energik. Keadaan masyarakat Indonesia saat ini dalam konteks pembinaan sumber daya manusia, memberi gambaran bahwa fungsi atau dampak yang diharapkan dari Pendidikan Jasmani semakin penting. Kemerosotan moral, degradasi tanggung jawab, stabilitas emosi rendah, tidak peduli pada aturan merupakan penyakitpenyakit mental dan budaya. Pendidikan Jasmani yang dikelola dan dibina dengan baik merupakan “prepentif”, upaya pencegahan terhadap hal-hal tersebut dengan membekali generasi muda dengan sikap kekuatan dan ketahanan hidup.

Pendidikan Jasmani memainkan peran untuk mempersatukan warga masyarakat yang berkelompok-kelompok sehingga menyatu dalam pencapain tujuan secara bersama-sama, yang pada gilirannya akan memperkokoh persatuan secara menyeluruh. Fungsi integratif dari Pendidikan Jasmani dapat menjadi perekat bagi warga masyarakat tatanan industri yang semakin individualistis. Aktivitas jasmani merupakan cara yang digunakan bidang studi Pendidikan Jasmani dalam mencapai maksud dan tujuan pendidikan. Tinjauan dari aspek aktivitas jasmaninya terhadap konteks psikologisosial dijelaskan sebagai berikut. Aktivitas jasmani didefinisikan sebagai gerak besar dari manusia (gross human movement) yang terorganisir bersifat non manfaat (bukan inti dari pekerjaan). Ciri khusus aktivitas jasmani menjadi payung terhadap enam sub-domain yang sekaligus mewakili nilai dari kegiatan jasmani tersebut, yaitu: 

(1) sebagai pengalaman sosial; 

(2) untuk kesehatan dan  fitness;  

(3)  untuk  memperoleh kepercayaan diri;  

(4)  sebagai pengalaman estetik; 

(5) sebagai katharsis; 

(6) sebagai self esteem; 

(7) sebagai pengalaman asketik. Partisipasi seseorang dalam melakukan aktivitas jasmani dapat memenuhi kebutuhan sosial tertentu.

Aktivitas jasmani dapat menjadi medium pergaulan sosial (social intercourse), yaitu untuk bertemu dengan orang-orang baru dan untuk mempercepat atau mempererat hubungan yang telah ada. Aktivitas olahrga yang dilakukan memberi kesempatan kepada pelakunya untuk berafiliasi dalam kelompok atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lainnya. 

Olahraga menjadi medium kepada seseorang untuk mengenal satu sama lain hingga terjadi pergaulan yang lebih luas.



Sumber. Noorwaahid, 2019. Penerapan Psikologi dan Kinesiologi dalam PJOK, Kelompok Kompetensi H, Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan, Kemikbud



Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar