Perdagangan Internasional
Ekonomi Internasional adalah salah satu cabang dari ilmu ekonomi yang mempelajari bagaimana transaksi-transaksi internasional mempengaruhi tingkat kesejahateraan sebuah masyarakat dari suatu negara. Adapun tingkat kesejahteraan suatu masyarakat dipengaruhi oleh distribusi pendapatan, kesempatan kerja, tingkat pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas harga-harga (Samuelson, 2001)
Ekonomi Internasional merupakan implementasi dari ilmu Ekonomi yang membahas tentang bentuk-bentuk hubungan ekonomi antara suatu negara dengan negara lain baik dalam bentuk aliran perdagangan barang dan jasa, faktor produksi, maupun modal. Tulisan ini membahas tentang teori-teori ekonomi klasik yang berkaitan dengan ekonomi dan perdagangan internasional, beberapa teori dan dasar perdagangan internasional, nilai tukar mata uang antar negara dan kaitannya dengan perdagangan internasional, neraca pembayaran dan komponen-komponennya.
1. Penyebab terjadinya Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. Perdagangan internasional antar negara disebabkan beberapa hal yaitu:
a. perbedaan tingkat kelangkaan di mana setiap negara mempunyai sumberdaya yang berbeda-beda secara kuantitas dan kualitas. Negara yang mempunyai sumberdaya tertentu dalam jumlah yang sangat banyak dikatakan memiliki kelangkaan rendah, begitu pula sebaliknya negara yang mempunyai sumberdaya tertentu dalam jumlah terbatas dikatakan memiliki tingkat kelangkaan yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan mengalirnya barang-barang dari negara yang tingkat kejarangannya rendah ke negara dengan tingkat kelangkaan yang tinggi.
b. perbedaan tingkat produksi, adanya kelangkaan mengakibatkan terbatasnya ketersediaan faktor-faktor produksi sehingga menyebabkan produktivitas yang berbeda dari negara satu ke negara lainnya.
c. perbedaan komparatif harga barang, adalah perbedaan harga yang diperbandingkan antara negara satu dengan yang lainnya, sehingga akan mempengaruhi keputusan suatu negara tentang akan memperoduksi barang sendiri atau mengimpor dari negara lain.
Berkecimpung dalam perdagangan internasional memerlukan kreativitas dalam memproduksi barang dan jasa sehingga produk/jasa secara kualitas dan harga mampu bersaing dengan produk negara lain. Kreativitas membutuhkan energi ekstra untuk selalu berinovasi membuat sesuatu yang baru dan unik dengan ongkos produksi seminimal mungkin. Rasa nasionalis tentang kecintaan pada tanah air perlu dikembangkan sehingga kita senantiasa mempunyai tanggungjawab untuk menjaga nama baik negara melalui komitmen dan kejujuran dalam menaati kesepakatan-kesepakatan antar kedua negara.
2. Manfaat Perdagangan Internasional
Perdagangan internasional memberi beberapa keuntungan kepada negara- negara yang melakukannya, yaitu : (Sukirno, 2014)
a. Memperoleh barang yang tidak dapat diproduksi di dalam negeri.
Dengan melakukan perdagangan internasional, sebuah negara dapat memenuhi kebutuhannya akan barang-barang yang tidak dapat/tidak mungkin diproduksi oleh negara itu sendiri. Misalnya, negara-negara Eropa Timur memerlukan rempah- rempah, maka mereka akan mengekspor dari negara-negara di Asia Tenggara.
b. Memperoleh keuntungan dari spesialisasi.
Seperti yang sudah dijelaskan diatas, walaupun sebuah negara dapat memproduksi seluruh barang-barang yang dibutuhkannya, namun seringkali untuk barang-barang tertentu, akan lebih menguntungkan jika negara-negara tersebut mengimpor dari negara lain karena jika setiap negara mengkhususkan diri mereka untuk memproduksi barang-barang yang memiliki keunggulan mutlak atau komparatif, maka faktor-faktor produksi mereka akan dapat digunakan secara lebih efisien dan barang-barang yang dihasilkan tersebut akan memiliki kualitas yang tinggi dengan harga yang lebih murah.
c. Mempeluas pasar industri dalam negeri.
Jika sebuah industri di sebuah negara sudah dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sementara kapasitas produksinya belum maksimal, maka dengan berproduksi pada kapasitas maksimal, industri tersebut dapat menjual kelebihan produksinya pada negara lain. Disamping mendapatkan keuntungan dari jumlah penjualan yang meningkat, industri tersebut juga memperoleh keuntungan karena dapat melakukan efisiensi dengan menekan biaya produksi perunit.
3. Nilai Tukar Mata Uang Asing
Nilai tukar atau kurs mata uang asing adalah “harga atau nilai mata uang sesuatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain” (Sukirno, 2004). Mata uang asing pada hakekatnya sama halnya dengan komiditi lain yang diperdagangkan di pasar internasional, sehingga terdapat permintaan dan penawaran atas mata uang asing tersebut. Oleh karena itu, nilai tukar mata uang asing selalu mengalami fluktuasi dari waktu ke waktu akibat perubahan permintaan dan penawaran atas mata uang tersebut. Selain itu nilai tukar mata uang sebuah negara sifatnya adalah relatif terhadap suatu negara lain (keterkaitan antar dua negara). Dari sisi permintaan, permintaan akan sebuah mata asing disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
a. keperluan perjalanan dan kunjungan ke sebuah negara.
b. keperluan membeli barang-barang tertentu dari sebuah negara (impor)
c. keperluan investasi di sebuah negara, baik dalam bentuk investasi keuangan seperti pembelian saham dan obligasi dari sebuah perusahaan atau investasi riil seperti mendirikan sebuah usaha di suatu negara.
Sebagaimana komoditi lain, hukum permintaan dan penawaran juga berlaku pada nilai tukar mata uang. Semakin tinggi harga sebuah mata uang relatif terhadap mata uang suatu negara lain maka permintaan akan berkurang dan penawaran meningkat, sebaliknya semakin rendah nilai sebuah mata uang relatif terhadap mata uang suatu negara lain, semakin tinggi permintaan dan semakin berkurang penawarannya (ingat pergeseran sepanjang kurva permintaan dan penawaran).
Jika permintaan akan rupiah dari masyarakat Amerika meningkat (semakin banyak warga Amerika menukarkan dollar mereka dengan rupiah) karena permintaan akan barang-barang yang diproduksi Indonesia meningkat, atau karena kunjungan wisatawan Amerika ke Indonesia tersebut meningkat, atau karena investasi perusahaan Amerika di Indonesia meningkat, maka kurva permintaan akan rupiah akan bergeser kekanan, sehingga nilai tukar rupiah terhadap dollar akan meningkat. Dalam kondisi ini dikatakan bahwa nilai rupiah mengalami apresiasi terhadap dollar.
Sebaliknya, jika semakin banyak warga Indonesia menukarkan rupiahnya dengan dollar Amerika (dengan kata lain permintaan terhadap rupiah secara relatif menurun terhadap dollar, sehingga kurva permintaan rupiah bergeser ke kiri), maka nilai tukar rupiah terhadap dollar akan melemah. Dalam kondisi ini disebut rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar. Apresiasi dan depresiasi nilai tukar mata uang tersebut hanya berlaku secara relatif antara dua negara (dua jenis mata uang).
Uraian diatas adalah penjelasan perubahan nilai tukar akibat perubahan permintaan. Perubahan nilai tukar juga dapat diakibatkan oleh perubahan penawaran. Jika pemerintah ingin menaikkan nilai tukar mata uangnya, maka jumlah uang yang beredar (jumlah penawaran) akan dikurangi (kurva penawaran bergeser kekiri), sebaliknya jika pemerintah ingin menurunkan nilai mata uangnya, maka jumlah uang beredar akan ditambah
Mekanisme seperti diatas disebut dengan sistem nilai tukar (kurs) bebas. Perubahan permintaan dan penawaran atas suatu mata uang akan menyebabkan perubahan nilai tukar mata uang tersebut relatif terhadap mata uang negara lain. Sebaliknya, perubahan nilai tukar mata uang suatu negara juga pada akhirnya akan mempengaruhi transaksi perdagangannya dengan negara lain. Menggunakan contoh perdagangan Indonesia dan Thailand, jika nilai tukar rupiah terhadap Baht adalah rendah, misalnya 1 Baht = 200 Rupiah, maka nilai barang- barang produksi Indonesia relatif murah bagi masyarakat Thailand. Hal ini akan mendorong peningkatan ekspor Indonesia ke Thailand (impor Thailand dari Indonesia).
Sebaliknya, jika nilai tukar rupiah terhadap Baht menguat, misalnya 1 Baht = 100 Rupiah, maka nilai barang-barang produksi Indonesia akan menjadi relatif lebih mahal bagi masyarakat Thailand (sekarang mereka harus membayar 2 Baht untuk produk Indonesia yang berharga 200 Rupiah). Akibatnya, masyarakat Thailand cenderung akan mengurangi impor mereka dari Indonesia (ekspor Indonesia ke Thailand berkurang). Jadi secara teori, nilai tukar mata uang suatu negara yang rendah justru menguntungkan dari sisi neraca perdagangan negara tersebut (dibahas pada seksi berikutnya).
Namun, adakalanya pemerintah suatu negara merasa perlu untuk menentukan nilai tukar mata uang negaranya terhadap mata uang suatu negara lain. Tujuannya adalah untuk memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan negara lain, atau mencegah efek buruk perdagangan Internasional ke atas perekonomian negara tersebut (Sukirno, 2004). Penentuan nilai tukar mata uang dengan cara demikian disebut dengan sistem nilai tukar (kurs) tetap.
Nilai tukar mata uang yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut dapat lebih rendah atau lebih tinggi daripada nilai tukar yang ditentukan oleh mekanisme pasar. Jika nilai tukar pemerintah lebih tinggi dari nilai tukar pasar, nilai mata uang tersebut disebut overvalued, sebaliknya jika nilai tukar pemerintah lebih rendah dari nilai tukar pasar, nilai mata uang tersebut disebut undervalued. Sebagai contoh, jika nilai mata uang rupiah ditetapkan oleh pemerintah relatif rendah terhadap mata uang Baht Thailand, maka harga barang-barang Indonesia di Thailand menjadi relatif murah sehingga masyarakat Thailand akan cenderung mengimpor barang- barang dari Indonesia.
4. Neraca Pembayaran
Seluruh transaksi atau aliran dana keluar atau kedalam yang terjadi pada sebuah negara pada satu tahun tertentu dicatat dalam sebuah dokumen yang disebut dengan neraca pembayaran. Neraca pembayaran terdiri dari beberapa bagian yang secara umum dapat dikategorikan menjadi dua bagian besar, yaitu neraca berjalan dan neraca modal.
a. Neraca Berjalan
Neraca berjalan berisi transaksi-transaksi berikut ini:
1) Perdagangan barang tampak (ekspor dan impor) hasil-hasil sektor pertanian, pertambangan, dan industri. Selisih antara nilai ekspor dan impor untuk perdagangan barang tampak disebut dengan neraca perdagangan. Jika neraca perdagangan bernilai positif berarti nilai ekspor melebihi impor, sebaliknya jika neraca perdagangan bernilai negatif maka nilai impor lebih besar daripada ekspor.
2) Perdagangan jasa (barang tidak tampak) yang meliputi biaya-biaya pengangkutan dan asuransi dari barang-barang tampak yang diekspor dan diimpor, pendapatan investasi baik berupa keuntungan, bunga, maupun dividen, serta pendapatan dari wisatawan mancanegara. Selisih (negatif atau positif) dari aliran dana sektor ini disebut dengan neraca jasa.
3) Pembayaran pindahan baik yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta dalam bentuk bantuan-bantuan sosial ke negara lain, dimana pihak penerima tidak perlu melakukan pengembalian atas dana-dana yang mereka terima. Contohnya adalah bantuan Pemerintah atau LSM Indonesia kepada rakyat Palestina, baik dalam bentuk obat-obat-an, makanan, sekolah dan rumah sakit.
b. Neraca Modal
Neraca modal terdiri dari dua komponen utama, yaitu: aliran modal jangka panjang dan aliran modal keuangan swasta. Aliran modal jangka panjang dapat berbentuk aliran modal resmi antara lembaga-lembaga pemerintah suatu negara dengan negara lain dalam bentuk pinjaman atau pembayaran atau investasi langsung pihak swasta suatu negara ke negara-negara lain yang biasa disebut FDI (Foreign Direct Investment) berupa pendirian perusahaan- perusahaan tertentu. Selisih nilai modal jangka panjang yang diterima dan yang dibayarkan disebut dengan neraca modal jangka panjang.
Adapun aliran modal keuangan swasta adalah tabungan atau investasi keuangan pihak swasta dari negara lain kepada suatu negara atau perusahaan-perusahaan suatu negara yang dapat dengan cepat dialihkan ke negara-negara lain. Investasi seperti ini disebut juga dengan hot money dan yang diinvestasikan oleh pihak swasta asing dalam pasar uang atau pasar modal untuk memperoleh keuntungan dari investasi tersebut. Selain itu, dalam neraca pembayaran juga terdapat rekening yang digunakan untuk mencatat kesalahan-kesalahan yang terjadi dari aliran uang masuk dan keluar suatu negara. Rekening ini dibuat untuk memastikan agar aliran masuk dan keluar dana dalam neraca pembayaran selalu seimbang.
c. Cadangan Devisa
Menurut Wikipedia, cadangan devisa merupakan simpanan bank sentral (Bank Indonesia) dalam bentuk beberapa mata uang asing dan digunakan untuk beberapa keperluan. Diantaranya, seperti dikemukakan Ryan Kriyanto, Dirut BNI, untuk membayar utang bunga luar negeri, untuk membayar impor yang dilakukan oleh BUMN, dan untuk intervensi bank sentral dalam mencegah pelemahan nilai tukar rupiah.
Selisih aliran dana yang masuk dan yang keluar ke dan dari suatu negara pada suatu waktu tertentu yang dicatat dalam neraca pembayaran disebut juga dengan neraca keseluruhan. Apabila aliran dana yang masuk lebih besar dari aliran dana yang keluar maka neraca keseluruhan bernilai positif dan akan menambah cadangan devisa negara. Sebaliknya, jika aliran dana yang keluar lebih besar dari yang masuk, maka neraca keseluruhan bernilai negatif sehingga akan mengurangi cadangan devisa negara. Contoh sederhana dari neraca pembayaran dan pengaruhnya pada perubahan cadangan devisa negara disampaikan dibawah ini.
Sumber. Modul Pendidikan Profesi Guru (PPG). Modul 4. Ilmu Pengetahuan Sosial Penulis. Drs. Ruswandi Hermawan, M.Ed.
Modul Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Modul E. Kajian Ekonomi dalam IPS Terpadu Penulis. Yasser Awaluddin, S.E., M.Ed., Erning Wijayati, S.AB., M.M.
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar