Prosedur Perumusan Tujuan Pembelajaran


 

Prosedur Perumusan Tujuan Pembelajaran

prinsip dimana tujuan pembelajaran harus mengandung unsur-unsur yang disebut sebagai ABCD.

❖  A: Audience artinya SIAPA yang menjadi sasaran dari pembelajaran kita.

Audience bisa siapa saja peserta pembelajaran, misalnya: peserta pelatihan, santri, mahapeserta didik. Dalam hal ini, audience kita adalah peserta didik.

❖  B: Behaviour adalah PERILAKU apa yang kita harapkan dapat ditunjukkan oleh peserta didik setelah mengikuti pembelajaran. 

Perilaku ini dirumuskan dengan kata kerja yang kita tuliskan setelah frase pendahuluan (peserta didik dapat…). Perilaku menggambarkan ranah dari pembelajaran. Oleh sebab itu posisinya penting dalam merumuskan tujuan pembelajaran Contoh perilaku ini adalah: menendang bola (psikomotor), memahami peraturan pertandingan basket (kognitif), menunjukkan dukungan (afektif).

❖ C: Condition merupakan KONDISI dimana perilaku (behavior) tersebut ditunjukkan oleh peserta didik. 

Misalnya, secara berpasangan dengan temannya, dalam permainan 3 on 3, menghindari rintangan kayu.

❖  D: Degree adalah KRITERIA atau tingkat penampilan seperti apa yang kita harapkan dari peserta didik. 

Contohnya: 90% akurat, sebanyak 3 kali, 8 kali berhasil dari 10 kesempatan melakukan. 

Prosedur Perumusan Tujuan Pembelajaran

Bagaimana suatu tujuan pembelajaran yang baik dituliskan dengan memenuhi kaidah ABCD? Berikut ini contoh tujuan pembelajaran berdasar orientasi ranah pembelajarannya (psikomotor, kognitif, afektif) berikut analisis berdasar prinsip ABCD.

Pada bahasan berikut tidak digunakan A (audience) karena audience sudah jelas “peserta didik”.  Sehingga, hanya  akan  menganalisis penggunaan BCD  yang diterjemahkan sebagai PERILAKU, KONDISI, dan KRITERIA.

a. Psikomotor.

1) Peserta didik dapat menggiring bola basket dengan cara zigzag melewati 15 kerucut (cones) secara efektif. PERILAKU: menggiring bola basket KONDISI: dengan cara zigzag KRITERIA: melewati 15 kerucut (cones) secara efektif.

2) Peserta didik akan mampu membuka ruang yang memungkinkan terjadinya umpan dari rekan pembawa bola dalam permainan sepak bola. PERILAKU: membuka ruang KONDISI: dalam permainan sepak bola KRITERIA: memungkinkan terjadinya umpan dari rekan pembawa bola.

b. Kognitif.

1) Peserta didik dapat menganalisis setidaknya 3 tanda-tanda (cues) yang benar dalam servis bulutangkis. PERILAKU: menganalisis KONDISI: dalam servis bulutangkis KRITERIA: setidaknya 3 tanda-tanda (cues) yang benar.

2) Bersama kelompoknya (3 peserta didik per kelompok), peserta didik dapat mempresentasikan strategi bermain 3 on 3 selama 10 menit di depan kelas. PERILAKU: mempresentasikan strategi bermain 3 on 3 KONDISI: bersama kelompoknya (3 peserta didik per kelompok), di depankelas KRITERIA: selama 10 menit. 

c. Afektif.

1) Ketika berpasangan dengan peserta didik yang keterampilannya lebih rendah, peserta didik dapat menunjukkan empati ketika mengumpan dengan arah dan kecepatan yang sesuai untuk bisa diterima pasangannya tanpa mengalami kesulitan. PERILAKU: peserta didik dapat menunjukkan empati KONDISI: Ketika berpasangan dengan peserta didik yang keterampilannya lebih rendah KRITERIA: mengumpan dengan arah dan kecepatan yang sesuai untuk bisa diterima pasangannya tanpa mengalami kesulitan.

2) Peserta didik mampu menerima perbedaan pendapat dengan lapang dada dengan teman satu tim ketika membentuk susunan pemain menghadapi pertandingan antar kelas. PERILAKU: menerima perbedaan pendapat KONDISI: ketika  membentuk susunan pemain  menghadapi pertandingan antar kelas KRITERIA: dengan lapang dada Berbagai tujuan pembelajaran di atas adalah contoh tujuan yang dirumuskan dengan baik karena memenuhi prinsip penulisan. Prinsip tersebut adalah terdapatnya unsur ABCD, atau dalam Bahasa Indonesia adalah audien, perilaku, kondisi, dan kriteria.

Selanjutnya, dalam paragraph berikut ini adalah penjelasan mengenai unsur-unsur tersebut. Unsur PERILAKU yang terdapat dalam rumusan tujuan pembelajaran ditulis menggunakan kata kerja. Kata kerja ini bertujuan untuk menggambarkan apa yang akan dilakukan peserta didik dan bersifat aktif menunjukkan tindakan. Contohnya, untuk ranah psikomotor: menendang, memukul, menggiring, melompat, meroda, bertukar posisi, membayangi. Sedangkan untuk ranah kognitif meliputi mengingat, membuat daftar,  memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan. Untuk ranah afektif, kata kerja dapat berupa menerima, mengapresiasi, menilai, menghargai, menikmati. 

Selain unsur perilaku, KONDISI merupakan unsur kunci dalam pendidikan jasmani dan harus dirumuskan secara spesifik. Mengapa unsur kondisi ini penting? Tidak seperti mata pelajaran lain, dalam pendidikan jasmani, menurut Rink (2009) unsur kondisi menggambarkan situasi dimana tindakan tersebut dilakukan.



Sumber. Warsito, Sugito Adi. 2017. Aktivitas Gerak Berirama. Malang: Dreamline

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar