Refleksi Kepribadian Guru dalam Penelitian Tindakan Kelas


Refleksi Kepribadian Guru


Sangat penting untuk disadari oleh para guru bahwa penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan penelitian yang dapat membantu guru untuk mengembangkan profesionalitasnya melalui pencermatan berkelanjutan tentang kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Melalui analisis, refleksi, serta evaluasi terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan, guru juga dapat terbantu untuk mengembangkan kepribadiannya sebagai pribadi seorang guru. Bukan guru yang berkepribadian lain. Ini sangat penting karena penghayatan profesi guru harus bersifat mendalam dan sampai bisa menghasilkan pengembangan kepribadian sebagai seorang guru yang benar-benar.

Jika guru dalam melakukan analisis, refleksi, dan evaluasi menggunakan cara berpikir horizontal-divergen, maka akan dapat menemukan bahwa masalah pembelajaran dan proses memperbaikinya, di samping terkait dengan faktor-faktor yang ada pada diri siswa (seperti IQ, motivasi belajar, sarana belajar, dan sejenisnya), yang tidak kalah pentingnya juga kepribadian guru. Agar guru mampu mengembangkan kepribadiannya sebagai seorang guru yang benar-benar, maka guru harus banyak meretrospeksi permasalahan yang muncul di kelasnya. Sebab, sangat boleh jadi sebagian masalah itu muncul karena peran dan kepribadian guru yang justru dapat menimbulkan stres pada siswa, menimbulkan antipati, menimbulkan lemah semangat untuk belajar, dan schugainya Di sisi lain, tidak sedikit orang yang sudah sukses dalam hidupnya justru sangat senang menceritakan tentang peran pribadi gurunya yang sangat dikaguminya Guru semacam ini adalah guru yang mampu mengembangkan kepribadiannya sebagai seorang guru yang benar-benar sehingga peran kepribadiannya itu dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan kualitas siswanya. Tidak sedikit siswa yang menjadi tumbuh kepercayaan dirinya atau berkembang motivasi belajamya karena peran kepribadian gurunya yang menyenangkan, mengesankan, dan mengagumkan. Jadi, bukan semata mata penguasaan materi pelajaran dan kemampuan menggunakan metode pembelajaran secara baik saja yang dapat berakibat positif kepada perkembangan kualitas belajar siswa. 

1. Tampil Mempribadi

Tampil mempribadi dengan kepribadian yang menyenangkan, menyemangati, dan mengesankan bagi siswa merupakan kepribadian yang sangat penting untuk dikembangkan oleh guru.

Guru yang dapat berperan sebagai pengelola proses pembelajaran dan mampu memperbaiki pembelajaran secara berkelanjutan adalah "aktor dan sekaligus sutradara yang baik." Sebagai aktor yang baik adalah aktor yang tampil mempribadi, menghayati profesinya dan perannya dengan baik pula. Sebagai sutradara yang baik adalah sutradara yang dapat memandu aktor untuk berperan sebagai mana yang diskenariokan. Ini berarti guru harus mampu membuat skenario pembelajaran yang baik dan memandu dirinya sendiri dengan baik pula dalam pelaksanaan proses pembelajaran. Jika ini dapat dilakukan dengan baik berarti profesionalitas gunu sudah mempribadi dalam diri guru tersebut. Sebaliknya, jika guru selalu ragu terhadap upaya memperbaiki pembelajaran dan belum mampu membuat skenario pembelajaran dengan baik, berarti guru tersebut belum tampil mempribadi.

Pertanyaannya adalah bagaimana agar sutradara dan aktor itu secara serempak tampil mempribadi dalam penelitian tindakan kelas? Caranya adalah guru harus selalu bertemu dan berdiskusi, saling memberi masukan, serta mengembangkan hubungan kolegial dengan teman sejawat atau dengan peneliti dari perguruan tinggi kependidikan. Hubungan kolegial ini sangat penting untuk dikembangkan karena dengan cara hubungan semacam ini akan mampu menciptakan iklim yang lebih terbuka, ikhlas dalam memberikan sumbangan pikiran, dan akan berkembang upaya saling mendukung dan saling memotivasi.

2. Siklus Spiral Kepedulian Profesional

Refleksi profesional guru dalam siklus-spiral secara berkelanjutan seyogianya tidak hanya dicermati pada dataran teknis saja. Ini sangat penting untuk dipahami, dihayati, dan diamalkan karena siklus-spiral berkelanjutan itu untuk memperbaiki proses pembelajaran. Demikian pula, siklus-spiral berkelanjutan sesungguhnya juga harus mampu untuk mengembangkan sisi kepribadian guru.

Siklus spiral kepribadian guru yang pada gilirannya menjadi siklus-spiral kepedulian profesional guru, janganlah digambarkan berlangsung sebagaimana siklus spiral pembelajaran. Siklus spiral kepedulian profesional guru berlangsung sepanjang hayat guru itu sendiri. Ada yang dapat menjangkau jenjang karir lebih cepat, ada yang lambat, dan mungkin tidak sedikit yang tidak sampai menjangkau jenjang karir cukup tinggi. 

Jenjang siklus-spiral kepedulian profesional guru tersebut bila diringkaskan, menurut Noeng Muhadjir (1999) menjadi berjenjang sebagaimana berikut. a. Jenjang pertama atau siklus spiral pertama adalah munculnya kepedulian pada diri guru terhadap tugas utamanya yaitu menyelenggarakan proses pembelajaran.

b. Jenjang kedua atau siklus kedua adalah munculnya rasa sayang kepada siswanya. Ada perasaan prihatin ketika siswanya tidak berhasil dan muncul perasaan bangga ketika siswanya berhasil.

c. Jenjang ketiga atau siklus spiral ketiga adalah adanya telaah reflektif terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan, ketika melakukan proses pembelajaran, dan ketika merancang perbaikan selanjutnya. 

d. Jenjang keempat atau siklus spiral keempat adalah mempribadi dalam tugas. Jika seorang guru sudah berkembang perasaan mencintai profesinya, maka dimana pun dia berada dan dalam posisi apa pun dia akan berpikir dan berperilaku sebagai seorang guru.

e. Jenjang kelima atau siklus spiral kelima adalah tampil sebagai pribadi yang tiada perasaan lain kecuali merasa bangga jika siswanya berhasil.

f.Jenjang keenam atau siklus spiral keenam adalah guru mulai terkait dan menyatu antara pribadi guru dengan materi yang diajarkan. Seorang guru yang perkembangan pribadinya mampu menjangkau jenjang keenam ini berarti dia mampu tampil menjadi refleksi jenjang teknis. Ilmu yang dimilikinya ditampilkan sebagai upaya untuk membekali kemampuan-kemampuan teknis kepada siswanya

g. Jenjang ketujuh atau siklus spiral ketujuh adalah guna sebagai profesional ingin membekalkan konsep, bukan hanya kemampuan teknis, kepada siswanya. Guru yang mampu menjangkau jenjang ini berarti telah mampu menjangkau refleksi jenjang konsep.

h. Jenjang kedelapan atau siklus spiral kedelapan adalah guru tampil lebih mantap dan lebih mendalam lagi, yaitu dalam membekalkan pembelajaran kepada siswanya, dia mampu menjangkau refleksi jenjang moral-etis.

i. Jenjang kesembilan atau siklus spiral kesembilan adalah tampilan guru yang konsep konsepnya dan teori-teorinya telah membangun dirinya menjadi profesional yang memiliki konstruksi teori yang mempribadi. 

Sebagai guru yang memiliki kepedulian profesional dan berupaya untuk menjadi guru profesional sudah seharusnya berusaha keras agar mampu menjangkau minimal jenjang ketiga, yaitu adanya telaah reflektif terhadap proses pembelajaran yang telah dilakukan, ketika melakukan proses pembelajaran, dan ketika merancang perbaikan selanjutnya.



src. Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung, 2016, wacana prima H. 139

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar