10 komponen dalam rencana operasional
1) Bidang layanan
Keseluruhan program Bimbingan dan Konseling diharapkan selalu dalam lingkup bidang pelayanan Bimbingan Konseling, yakni pribadi, social, belajar, dan karir. Dalam penyusunan rencana tindakan ini, keseluruhan program yang direncanakan dalam setahun perlu untuk diklasifikasikan ke dalam salah satu dari keempat bidang tersebut.
2) Tujuan layanan
Komponen tujuan layanan diisi dengan tujuan umum yang hendak dicapai dari pelaksanaan suatu program. Tujuan umum merupakan arah yang hendak dicapai konselor dalam rangka menjawab atau memenuhi kebutuhan siswa yang teridentifikasi dari hasil asesmen kebutuhan.
3) Komponen layanan
Sebagaimana dijelaskan dalam Permendikbud RI Nomor 111 Tahun 2014 bahwa terdapat empat komponen layanan dalam pelayanan Bimbingan dan Konseling, yaitu layanan dasar, layanan peminatan dan perencanaan individual, layanan responsive, dan dukungan sistem. Pada komponen ini, konselor perlu menyebutkan komponen layanan yang akan diaplikasikan dalam rangka memenuhi tujuan layanan.
Dalam melaksanakan komponen layanan sangat penting bagi konselor untuk memperhatikan alokasi waktunya. Hal ini dikarenakan pengalokasian waktu layanan mengindikasikan pendekatan konselor dalam memberi pelayanan Bimbingan dan Konseling. Myrick (2011) menjelaskan bahwa setidaknya terdapat 4 (empat) pendekatan konselor dalam memberikan layanan Bimbingan dan Konseling, yaitu pendekatan krisis (crisis approach), pendekatan remedial (remedial approach), pendekatan pencegahan (preventive approach), dan pendekatan perkembangan (developmental approach). Konselor dengan pendekatan krisis akan bekerja ketika ditemukan siswa yang memerlukan bantuan secara insidental guna mengatasi masalahnya yang mendesak saat itu.
Konselor dengan pendekatan remedial selalu berusaha memberikan layanan Bimbingan dan Konseling dalam rangka untuk membantu siswa agar dapat berperilaku sesuai dengan tuntutan minimal, seperti memenuhi presensi dalam tingkat minimal. Konselor yang menggunakan pendekatan krisis maupun remedial akan cenderung mengalokasikan waktu yang lebih banyak untuk layanan responsif. Konselor dengan pendekatan remedial akan berusaha untuk membantu siswa terhindar dari masalah-masalah tertentu, seperti pergaulan bebas, resiko hamil di usia puber, masalah penyalahgunaan NAPZA, dan lain-lain. Bagi konselor yang memfokus pada pendekatan pencegahan akan cenderung lebih banyak mengalokasikan waktu mereka untuk layanan dasar. Myrick lebih lanjut menjelaskan bahwa konselor yang hanya memfokus pada pendekatan krisis, remidi, maupun preventif saja cenderung membuat pelayanan bimbingan dan konseling tidak afektif dan efisien.
Oleh karena itu, diharapkan dalam memberikan pelayanan Bimbingan dan Konseling konselor menggunakan pendekatan perkembangan yang mendorong konselo untuk memfokus kepada kebutuhan siswa agar mampu tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi dan keunikan dirinya. Konselor dengan pendekatan perkembangan akan memperhatikan pendekatan- pendekatan krisis, remedial, dan pencegahan secara proporsional mengingat ketiga pendekatan tersebut relevan dengan kebutuhan siswa untuk berkembang secara optimal.
Berkaitan dengan layanan bimbingan dan konseling, konselor dengan pendekatan perkembangan akan memberikan proporsi waktu yang ideal dan seimbang terhadap semua komponen layanan bimbingan dan konseling. Dalam konteks pelayanan bimbingan dan konseling di Indonesia digariskan alokasi waktu penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling sebagaimana diatur dalam Ditjen GTIK Kemdikbud (2016; lihat Tabel )
Tabel Alokasi waktu layanan bimbingan dan konseling
Layanan |
Proporsi Waktu |
Contoh Perhitungan Waktu |
Layanan dasar |
25 – 35% |
30% X 24 = 7,2 |
Layanan peminatan dan perencanaan individual |
25 – 35% |
30% X 24 = 7,2 |
Layanan responsive |
15 – 25% |
25% X 24 = 6,0 |
Dukungan sistem |
10 – 15% |
15% X 24 = 3,6 |
Jumlah |
24 |
4) Strategi layanan
Layanan |
Cara
Pemberian |
Strategi |
Dasar |
Langsung |
Bimbingan Klasikal (Bimbingan
Kelas/Classroom Guidance) |
Bimbingan Kelas Besar |
||
Bimbingan Kelompok |
||
Melalui media |
Pengembangan
media bimbingan dan
konseling |
|
Papan Bimbingan |
||
Kotak Masalah |
||
Leaflet |
||
Peminatan dan Perencanaa n Individual |
Langsung |
Bimbingan Klasikal |
Bimbingan Kelas Besar/Lintas Kelas |
||
Bimbingan Kelompok |
||
Konseling Individual |
||
Konseling Kelompok |
||
Konsultasi |
||
Kolaborasi |
||
Responsif |
Langsung |
Konseling Individual |
Konseling Kelompok |
||
Konsultasi |
||
Konferensi Kasus |
||
Advokasi |
||
Kunjungan Rumah |
||
Melalui Media |
Konseling secara
Elektronik |
|
Kotak Masalah (Kotak
Kebutuhan Peserta
Didik) |
||
|
Administrasi |
Pelaksanaan
Tindak Lanjut Asesmen |
Dukungan sistem |
|
Penyusunan dan
Pelaporan Program Bimbingan dan Konseling |
Evaluasi Bimbingan dan Konseling |
||
Pelaksanaan
Administrasi dan Mekanisme Bimbingan dan Konseling |
||
Kegiatan
Tambahan dan
Pengembangan Profesi |
Kegiatan Tambahan Konselor |
|
Pengembangan Keprofesian Konselor |
5) Kelas
6) Materi
7) Metode
8) Alat/media
9) Evaluasi
10) Ekuivalensi
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar