Jepang dengan mudah menguasai daerah-daerah di Asia Pasifik termasuk Indonesia karena beberap faktor, diantaranya Jepang telah berhasil menghancurkan pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbour, Hawaii pada tanggal 7 Desember 1941, Negeri-negeri induk (Inggris, Perancis, dan Belanda) sedang menghadapi peperangan di Eropa melawan Jerman, Bangsa - bangsa di Asia sangat percaya dengan semboyan Jepang (Jepang pemimpin Asia, Jepang cahaya Asia, dan Jepang pelindung Asia) sehingga tidak memberi perlawanan. Bahkan, kehadiran Bala tentara Jepang disambut dengan suka cita karena Jepang dianggap sebagai “saudara tua” yang akan membebaskan bangsa-bangsa Asia dari penjajahan negara-negara Barat.
Di Indonesia, Jepang memperoleh kemajuan yang pesat. Diawali dengan menguasai Tarakan selanjutnya Jepang menguasai Balikpapan, Pontianak, Banjarmasin, Palembang, Batavia (Jakarta), Bogor terus ke Subang,dan terakhir Kalijati. Dalam waktu yang singkat Indonesia telah jatuh ke tangan Jepang. Penyerahan tanpa syarat oleh Letjen H. Ter Poorten selaku Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda atas nama Angkatan Perang Sekutu kepada Angkatan Perang Jepang di bawah pimpinan Letjen Hitosyi Imamura pada tanggal 8 Maret 1942 di Kalijati menandai berakhirnya kekuasaan pemerintahan Belanda di Indonesia dan digantikan oleh kekuasaan Jepang.
Tentara Jepang yang dikenal dengan Bala Tentara Nippon adalah sebutan resmi pemerintah militer pada masa pemerintahan Jepang.Sejak tanggal 7 Maret 1942, tentara Jepang memegang kekuasaan militer dan segala kekuasaannya yang dipegang Gubernur Jendral masa Belanda. Kekuasaan atas wilayah Indonesia dipegang oleh 2 angkatan perang, yaitu (1) Angkatan Darat (Rikugun), (2) Angkatan Laut (Kaigun). Angkatan perang tersebut memiliki kekuasaan masing- masing pada daerah yang dikuasi Jepang di Indonesia, yaitu: (1) Jawa dan Madura dengan pusatnya di Batavia di bawah kekuasaan Rikugun (tentara ke XVI), (2) Sumatera dengan pusatnya di Bukittinggi berada di bawah kekuasaan Rikugun (tentara ke XXV) (3) Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, Irian berada di bawah kekuasaan Kaigun.
Untuk menarik simpati rakyat Indonesia, maka Jepang mendirikan organisasi- organisasi militer sebagai pengganti organisasi pergerakan nasional. Beberapa organisasi tersebut antara lain :
April 1942 gerakan ini dibentuk oleh Jepang dengan semboyan : Nippon Pelidung Asia, Nippon Cahaya Asia , Nippon Pemimpin Asia. Samsudin S.H dipilih untuk menjadi pemimpin. Pada masa ini Jepang berupaya menghapus pengaruh Belanda dan sekutunya, salah satunya dengan cara melarang penggunaan bahasa Belanda dan memajukan penggunaan bahasa Jepang. Dalam hal pendidikan, model pendidikan Belanda ditinggalkan dengan menghilangkan sistem status sosial sebagai pemisah dalam pendidikan, antara priyayi dan masyarakat biasa disamakan. Maret 1943 gerakan ini dibubarkan karena tidak menarik simpati rakyat dan digantikan denganPutera.
Gerakan 3 A dianggap tidak efektif sehingga dibubarkan. Pada bulan Maret 1943 pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) yang dipimpin oleh Empat Serangkai, yaitu Ir.Soekarno,Drs. Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan K.H. Mas Mansur. Tujuannya memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia untuk membantu Jepang dalam Perang Asia Pasifik. Disinilah baru terlihat bahwa kalangan masyarakat dan tokoh Indonesia sadar akan tujuan akhir dari adanya pendudukan Jepang. Posisi Jepang yang semakin terdesak karena banyaknya kekalahan perang di Pasifik melawan sekutu. Putera kemudian menjadi bumerang bagi Jepang, karena para anggotanya memiliki rasa nasionalis yang tinggi. Mulai tahun1943 ini kesadaran masyarakat Indonesia semakin terlihat. Mereka lebih bersifat lunak dan bersikap diplomatis terhadap Jepang, sehingga keberadaan Jepang dapat dimanfaatkan untuk mencapaikemerdekaan Indonesia dan mengusir imperialis dari Indonesia.
Peta merupakan organisasi bentukan jepang yang terdiri dari pemuda Indonesia. Organisasi ini disebut pula Giyugun. Mereka mendapat latihan militer dari Jepang. Tujuannya untuk memenuhi kepentingan peperangan Jepang di Lautan Pasifik. Ternyata perkembangan Peta sangat membantu Indonesia dalam meraih kemerdekaan melalui perjuangan fisik. Jenderal Sudirman dan A.H Nasution pernah sebagai pemimpin PETA. Pada tahun 1944, PETA dibubarkan karena terlalu bersifat nasional dan dianggap membahayakan.
Cuo Sangi In adalah suatu badan yang bertugas mengajukan usul kepada pemerintah serta menjawab pertanyaaan mengenai soal-soal politik, dan menyarankan tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer Jepang.
Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Sosial
Masa pendudukan Jepang adalah masa yang sangat singkat yaitu 3,5 tahun, namun telah menorehkan masa-masa kelam dalam perjalanan sejarah masyarakat Indonesia. Kehidupan sosial masyarakat sangat memperihatinkan, penderitaan masyarakat terjadi dimana-mana dan semakin bertambah, karena segala kegiatan masyarakat dicurahkan untuk memenuhi kebutuhan perang Jepang dalam menghadapi musuh-musuhnya. Kondisi memprihatinkannya masyarakat Indonesia ketika zaman pendudukan Jepang, tidak terlepas dari kebijakan – kebijakan yang dikeluarkan Jepang dalam bidang sosial, diantaranya :
1. Masyarakat dijadikan romusha (kerja paksa), sehingga banyak korban kelaparan dan terkena penyakit.
2. Pelaksanaan Kinrohosi, yaitu penyerahan bahan makanan rakyat secara besar-besaran untuk kepentingan militer Jepang. Akibatnya beras dan berbagai bahan pangan petani dirampas Jepang untuk kepentingan militernya sehingga banyak masyarakat yang menderita kelaparan.
3. Pelaksanaan Jugun Ianfu, yaitu mempekerjakan para gadis dan perempuan sebagai wanita penghibur untuk pemuas nafsu militer Jepang. Banyak gadis dan perempuan yang ditipu oleh Jepang dengan dalih untuk bekerja sebagai perawat atau disekolahkan, tetapi ternyata hanya dipaksa untuk melayani para kompetai. Para gadis dan perempuan tersebut disekap dalam kamp-kamp yang tertutup sebagai wanita penghibur.
Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Ekonomi
Pada waktu Indonesia di bawah pendudukan Jepang, sistem ekonomi yang diterapkan adalah sistem ekonomi perang. Saat itu Jepang merasa penting untuk menguasai sumber-sumber bahan mentah dari berbagai wilayah Indonesia. Tujuan Jepang melakukan itu, untuk menghadapi Perang Asia Timur Raya.
Hal-hal yang diberlakukan dalam sistem pengaturan ekonomi pemerintah Jepang adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan ekonomi diarahkan untuk kepentingan perang maka seluruh
potensi sumber daya alam dan bahan mentah digunakan untuk industri yang mendukung mesin perang. Jepang menyita seluruh hasil perkebunan, pabrik, Bank dan perusahaan penting. Banyak lahan pertanian yang terbengkelai akibat titik berat kebijakan difokuskan pada ekonomi dan industri perang. Kondisi tersebut menyebabkan produksi pangan menurun dan kelaparan serta kemiskinan meningkat drastis.
b. Jepang menerapkan sistem pengawasan ekonomi secara ketat dengan sanksi pelanggaran yang sangat berat. Pengawasan tersebut diterapkan pada penggunaan dan peredaran sisa-sisa persediaan barang. Pengendalian harga untuk mencegah meningkatnya harga barang. Pengawasan perkebunan teh, kopi, karet, tebu dan sekaligus memonopoli penjualannya. Pembatasan teh, kopi dan tembakau, karena tidak langsung berkaitan dengan kebutuhan perang. Monopoli tebu dan gula, pemaksaan menanam pohon jarak dan kapas pada lahan pertanian dan perkebunan merusak tanah.
c. Pembatasan produktivitas tanaman yang tidak menguntungkan perang.
Masyarakat Indonesia diwajibkan untum menanam padi, pohon jarak, dan kapas, yang nilai jualnya tinggi dan memenuhi kebutuhan perang.
d. Menerapkan sistem ekonomi perang dan sistem autarki (memenuhi kebutuhan daerah sendiri dan menunjang kegiatan perang dengan otoriter).
Konsekuensinya tugas rakyat beserta semua kekayaan dikorbankan untuk kepentingan perang. Hal ini jelas amat menyengsarakan rakyat baik fisik
maupun material.
e. Pada tahun 1944, kondisi politis dan militer Jepang mulai terdesak, sehingga tuntutan akan kebutuhan bahan-bahan perang makin meningkat. Untuk
mengatasinya pemerintah Jepang mengadakan kampanye penyerahan bahan
pangan dan barang secara besar-besaran melalui Jawa Hokokai dan Nagyo Kumiai (koperasi pertanian), serta instansi resmi pemerintah. Dampak dari kondisi tersebut, rakyat dibebankan menyerahkan bahan makanan 30% untuk pemerintah, 30% untuk lumbung desa dan 40% menjadi hak pemiliknya. Sistem ini menyebabkan kehidupan rakyat semakin sulit, gairah kerja menurun, kekurangan pangan, gizi rendah, penyakit mewabah melanda hampir di setiap desa di pulau Jawa. Sebagai perlawanan terhadap rasa lapar, telah memaksa bangsa Indonesia memakan keladi gatal, bekicot, umbi- umbian, batang pohon pisang, batang pohon pepaya, dan lain-lain.
Dari peraturan yang diberlakukan oleh Jepang mengakibatkan sulitnya pemenuhan kebutuhan pangan semakin terasakan bertambah berat pada saat
rakyat juga merasakan penggunaan sandang yang amat memprihatinkan. Pakaian
rakyat compang camping, ada yang terbuat dari karung goni yang berdampak penyakit gatal-gatal akibat kutu dari karung tersebut. Adapula yang hanya menggunakan lembaran karet sebagai penutup.
Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Budaya
Pada awal pendudukannya, Jepang bersikap baik dan ramah kepada rakyat
Indonesia. Para pemimpin pergerakan yang ditawan Belanda, seperti Bung Karno, Hatta, dan Syahrir dibebaskan. Para pejabat Jepang mengatakan bahwa Indonesia dan Nippon adalah mitra sejajar. Mereka mengatakan bahwa Jepang tidak akan menjajah Indonesia. Bendera merah putih diperbolehkan dikibarkan berdampingan dengan dengan bendera Hinomaru, begitu juga lagu Indonesia Raya boleh dinyanyikan asalkan lagu kebangsaan Jepang Kimigayo juga diperdengarkan. Sikap Jepang yang manis dan ramah itu ternyata hanya palsu belaka. Kenyataannya sikap dan tindakan Jepang mulai keras, kejam, dan semena mena dan menguras habis sumber daya alam, akibatnya rakyat mengalami penderitaan yang lebih berat daripada zaman penjajahan Belanda. Beberapa kebijakan yang dikeluarkan Jepang dalam bidang budaya adalah :
a. Menerapkan kebudayaan memberi hormat ke arah matahari terbit kepada rakyat Indonesi. Dalam masyarakat Jepang, kaisar memiliki tempat tertinggi, karena diyakini sebagai keturunan Dewa Matahari. Untuk itu, Jepang berusaha menerapkan nilai- nilai kebudayaannya kepada bangsa Indonesia, dengan cara membungkukkan punggung dalam-dalam (seikerei) ke arah matahari terbit. kebijakan ini sangat ditentang oleh masyarakat Indonesia terutama para ulama, karena ini sangat bertentangan dengan keyakinan bangsa Indonesia. Bisa kalian perhatikan gambar di samping (para ulama yang ditangkap karena menolak melakukan penyembahan terhadap dewa matahari
b. Pemerintahan jepang mendirikan pusat kebudayaan yang diberi nama Keimin Bunkei Shidoso. Lembaga ini yang kemudian digunakan Jepang untuk mengawasi dan mengarahkan kegiatan para seniman agar karya-karyanya tidak menyimpang dari kepentingan Jepang
Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Militer
Perbedaan antara masa penjajahan sebelumnya dengan masa pendudukan Jepang adalah rakyat Indonesia mendapatkan manfaat pengalaman
dan pelatihan militer mencakup dalam bidang ketentaraan, bidang pertahanan, dan bidang keamanan. Pelatihan militer yang diperoleh rakyat Indonesia adalah:
Dasar-dasar militer Baris berbaris Latihan menggunakan senjata Organisasi militer Latihan perang Melalui propagandanya, Jepang berhasil membujuk
penduduk untuk menghadapi Sekutu, namun karena posisinya makin terdesak dalam perang asia timur raya, jepang mengeluarkan kebijakan dibidang militer
dengan membentuk badan-badan semimiliter dan militer. Tujuannya untuk membantu jepang menghadapi sekutu dalam perang asia timur raya.
a. Organisasi militer
Organisasi militer yang dibentuk jepang adalah heiho dan peta.
1) Heiho atau pembantu prajurit jepang
Heiho dibentuk pada bulan april 1945. Anggotanya adalah pemuda yang berusia 18-25 tahun dengan pendidikan terendah SD. Heiho adalah
wadah yang disediakan jepang untuk pemuda indonesia sebagai barisan
pembantu kesatuan angkatan perang dan merupakan bagian dari ketentaraan jepang. Heiho merupakan militer resmi.
2) Peta atau pembela tanah air
Peta mula-mula dibentuk di wilayah kekuasaan tentara ke-16 di jawa dan madura. Peta dibentuk secara resmi pada tanggal 3 oktober 1943. Penanggung jawab dari pendidikan latihan-latihan peta adalah Yanagawa. Peta berkembang tidak hanya dijawa, tetapi juga di luar jawa. Di sumatra, peta dikenal dengan sebutan Giyugun (prajurit sukarela). Ada keterangan yang menyebutkan bahwa pembentukan peta merupakan permintaan bangsa indonesia kepada jepang atas usul R. Gatot Mangkoepradja. Peta mempunyai tugas mempertahankan tanah air indonesia. Tokoh peta yang terkenal, antara lain soeprijadi, jenderal soedirman, dan jenderal gatot soebroto.
b. Organisai semimiliter
Organisasi semimiliter yang dibentuk jepang adalah suishintai, seinendan, keibodan, fujinkai, hizbullah, seinentai, dan gakutotai.
1) Suishintai
Suishintai atau barisan pelopor dibentuk pada tanggal 1 november 1944 dan diresmikan pada tanggal 25 september 1944. Barisan pelopor dipimpin oleh Ir.Soekarno, R.Pandji Soeroso, Otto Iskandardinata, dan Dr. Boentaran Martoadmodjo. Pasca-kemerdekaan, organisasi ini dikenal dengan nama barisan banteng. Barisan pelopor merupakan organisasi pemuda pertama di masa penajajahan jepang yang dibimbing lansung oleh kaum nasionalis Indonesia.
2) Keibodan
Keibodan atau barisan pembantu polisi dibentuk pada tanggal 29 april
1943. Tujuan pembentukan keibodan adalah untuk membantu tugas- tugas polisi, misalnya menjaga lalu lintas dan memelihara keamanan desa. Keobodan di sumatra terkenal dengan nama bogodan, sedangkan dikalimantan dikenal dengan nama borneo konan hokokudan. Pembentukan keibodan di peruntukkan bagi pemuda yang berusia 26-35 tahun.
3) Seinendan
Seinendan atau barisan pemuda dibentuk pada tanggal 9 maret 1943. Organisasi ini dipersiapkan untuk mempertahankan daerah masing-
masing. Persyaratan untuk menjadi anggota seinendan adalah pemuda
26-35 tahun.
4) Fujinkai
Fujinkai atau barisan wanita dibentuk pada bulan agustus 1943. Tujuan pembentukan fujinkai adalah untuk membantu jepang dalam perang
menghadapi sekutu. Anggotanya adalah kaum wanita berusia 15 tahun
ke atas.
5) Seinentai dan gakutotai
Untuk anak-anak SD dibentuk seinentai dan untuk anak-anak sekolah lanjutan dibentuk gakutotai. Diantara organisasi-organisasi semimiliter lainnya, gakutotai merupakan organisasi yang anggotanya paling kecil dalam hal usia.
6) Hizbullah
Hizbullah dibentuk pada tanggal 15 december 1944. Hizbullah adalah pasukan sukarela atau pasukan cadangan yang beranggotakan pemuda
islam. Organisasi ini diketuai oleh K.H. Zainal Arifin dan wakilnya
Mohammad Roem.
Kehidupan Bangsa Indonesia di Bidang Pendidikan
Pendidikan yang dikembangkan oleh Jepang didasari oleh semangat pembebasan dan persamaan. Kebijakan ini juga menyebabkan terhapusnya diskriminasi sosial terhadap para pelajar pribumi yang sebelumnya diterapkan oleh Belanda. Sistem pendidikan zaman Jepang yang masih diterapkan oleh negara kita saat ini diantaranya adalah sistem belajar 12 tahun. Saat itu Jepang membuka Sekolah Umum yang terdiri dari Sekolah Rakyat (kokumin gakko) selama 6 tahun, Sekolah Menengah Pertama selama 3 tahun dan Sekolah Menengah Atas selama 3 tahun.
Jepang juga mengadakan pelatihan bagi para guru yang pesertanya diambil dari berbagai daerah. Dalam pelatihan tersebut, para peserta didoktrin dengan “Hakko Ichiu”. Ajaran ini berarti Delapan penjuru dunia dibawah satu atap. Dengan adanya ajaran ini bisa diartikan bahwa Jepang meyakinkan negaranya adalah sebagai pemimpin dalam suatu lingkungan. Setelah melakukan pelatihan, para peserta harus kembali ke daerahnya masing-masing untuk menyampaikan ilmu yang telah diperolehnya selama pelatihan.
Guna memperoleh dukungan tokoh pribumi, Jepang mengawalinya dengan menawarkan konsep Putera Tenaga Rakyat di bawah pimpinan Soekarno, M. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansur pada Maret 1943. Konsep ini dirumuskan setelah kegagalan the Triple Movement yang tidak menyertakan wakil tokoh pribumi. Tetapi PTR akhirnya mengalami nasib serupa setahun kemudian. Pasca ini, Jepang tetap merekrut Ki Hajar Dewantoro sebagai penasehat bidang pendidikan mereka. Upaya Jepang mengambil tenaga pribumi ini dilatarbelakangi pengalaman kegagalan sistem pendidikan mereka di Manchuria dan China yang menerapkan sistem Nipponize (Jepangisasi). Karena itulah, di Indonesia mereka mencobakan format pendidikan yang mengakomodasi kurikulum berorientasi lokal. Sekalipun patut dicatat bahwa pada menjelang akhir masa pendudukannya, ada indikasi kuat Jepang untuk menerapkan sistem Nipponize kembali, yakni dengan dikerahkannya Sendenbu (propagator Jepang) untuk menanamkan ideologi yang diharapkan dapat menghancurkan ideologi Indonesia Raya.
Jepang juga memandang perlu melatih guru-guru agar memiliki keseragaman pengertian tentang maksud dan tujuan pemerintahannya. Materi pokok dalam latihan tersebut antara lain:
a. Nippon Seisyin, yaitu latihan kemiliteran dan semangat Jepang;
b. Bahasa, sejarah dan adat-istiadat Jepang;
c. Ilmu bumi dengan perspektif geopolitis; serta
d. Olaharaga dan nyanyian Jepang. Sementara untuk pembinaan kesiswaan.
Jepang mewajibkan bagi setiap murid sekolah untuk rutin melakukan beberapa aktivitas berikut ini:
a. Menyanyikan lagu kebangsaan Jepang, Kimigayo setiap pagi;
b. Mengibarkan bendera Jepang, Hinomura dan menghormat Kaisar Jepang, Tenno Heika setiap pagi;
c. setiap pagi mereka juga harus melakukan Dai Toa, bersumpah setia kepada cita-cita Asia Raya;
d. Setiap pagi mereka juga diwajibkan melakukan Taiso, senam Jepang;
e. Melakukan latihan-latihan fisik dan militer;
f. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai pengantar dalam pendidikan. Bahasa
Jepang menjadi bahasa yang juga wajib diajarkan.
Setelah menguasai Indonesia, Jepang menginstruksikan ditutupnya sekolah-sekolah berbahasa Belanda, pelarangan materi tentang Belanda dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Termasuk yang harus ditutup adalah HCS, sehingga memaksa peranakan China kembali ke sekolah-sekolah berbahasa Mandarin di bawah koordinasi Hua-Chino Tsung Hui, yang berimplikasi pada adanya proses resinification (penyadaran dan penegasan identitas sebagai keturunan bangsa China). Kondisi ini antara lain memaksa para guru untuk mentranslasikan buku- buku berbahasa asing kedalam Bahasa Indonesia untuk kepentingan proses pembelajaran. Selanjutnya sekolah-sekolah yang bertipe akademis diganti dengan sekolah-sekolah yang bertipe vokasi. Jepang juga melarang pihak swasta mendirikan sekolah lanjutan dan untuk kepentingan kontrol, maka sekolah swasta harus mengajukan izin ulang untuk dapat beroperasi kembali. Taman Siswa misalnya terpaksa harus mengubah Taman Dewasa menjadi Taman Tani, sementara Taman Guru dan Taman Madya tetap tutup. Kebijakan ini menyebabkan terjadinya kemunduran yang luar biasa bagi dunia pendidikan dilihat dari aspek kelembagaan dan operasonalisasi pendidikan lainnya.
Sementara itu terhadap pendidikan Islam, Jepang mengambil beberapa kebijakan antara lain: (1) Mengubah Kantoor Voor Islamistische Zaken pada masa
Belanda yang dipimpin kaum orientalis menjadi Sumubi yang dipimpin tokoh
Islam sendiri, yakni K.H. Hasyim Asy’ari. Di daerah-daerah dibentuk Sumuka; (2) Pondok pesantren sering mendapat kunjungan dan bantuan pemerintah Jepang;
(3) Mengizinkan pembentukan barisan Hizbullah yang mengajarkan latihan dasar
seni kemiliteran bagi pemuda Islam di bawah pimpinan K.H. Zainal Arifin; (4) Mengizinkan berdirinya Sekolah Tinggi Islam di Jakarta di bawah asuhan K.H. Wahid Hasyim, Kahar Muzakkir dan Bung Hatta; (4) Diizinkannya ulama dan pemimpin nasionalis membentuk barisan Pembela Tanah Air (PETA) yang belakangan menjadi cikal-bakal TNI di zaman kemerdekaan; dan (5) Diizinkannya Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) terus beroperasi, sekalipun kemudian dibubarkan dan diganti dengan Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Masyumi) yang menyertakan dua ormas besar Islam, Muhammadiyah dan NU.
source : modul belajar mandiri pppk Pembelajaran 3. Kehidupan Bangsa Indonesia pada masa Kolonial, Pergerakan Nasional, Penjajahan Jepang hingga Kemerdekaan, kemdikbud
Komentar
Posting Komentar