Teori Abiogenesis : Mahluk Hidup Ada Secara Tiba Tiba


 Kita mengenal adanya teori evolusi yang mempelajari bagaimana kehidupan terjadi dan teori evolusilah yang memberikan pandangan pada kita tentang bagaimana terjadinya keanekaragaman mahluk hidup di muka bumi yang bisa kita lihat pada saat ini. Teori evolusi pula yang dapat menjelaskan bagaimana interaksi dan derajat interaksi yang terjadi antara mahluk hidup dan bagaimana interaksi tersebut dapat mengubah lingkungan sehingga terciptalah  keanekaragaman mahluk  hidup  di  muka  bumi.  Meskipun  evolusi merupakan sebuah teori, tetapi para ilmuwan menerima teori ini sebagai sebuah fakta. Beberapa kontroversi terjadi diantara kalangan ilmuwan biologi terhadap mekanisme terjadinya perubahan dalam proses evolusi dan waktu terjadinya evolusi, tetapi terjadi kesepakatan terhadap keberadaan dari proses evolusi.

Teori evolusi dimulai dengan dikemukakannya teori teori tentang asal usul mahluk hidup. Teori ini dimulai dari pendapat bahwa mahluk hidup diciptakan berasal dari mahluk tak hidup atau dikenal sebagai teori abiogenesis. Teori ini dikenal pula sebagai teori generatio spontanea yang menyatakan bahwa mahluk hidup ada secara tiba tiba. Seiring dengan perkembangan ilmu, teori Abiogenesis ditumbangkan oleh percobaan para ahli.

Teori Abiogenesis

Menurut pandangan teori abiogenesis mahluk hidup berasal dari benda tak hidup dan pandangan lain dari teori ini menyatakan bahwa mahluk hidup ada secara tiba tiba. Oleh karena itu, teori abiogenesis dikenal pula sebagai teori “generation spontanea”. Generation spontanea memiliki arti bahwa mahluk hidup diciptakan secara spontan dari benda tak hidup. Pelopor teori generation spontanea adalah Aristoteles (384 – 322 SM). Aristoteles melakukan percobaan dengan menyimpan keratin daging pada botol. 

Beberapa hari kemudian Aristoles menemukan lalat buah hidup pada daging yang disimpan pada botol.  Kesimpulan yang diambil adalah larva lalat yang hidup pada daging yang busuk berasal dari daging yang ia simpan dalam botol.

Akhir  tahun  1600  banyak yang  mempercayai teori  generatio spontanea dan banyak percobaan yang dilakukan para ahli untuk membuktikan teori ini. Salah satunya dilakukan oleh seorang doktor bernama Jan Baptist Van Helmont. Helmont mengemukakan teori abiogenesis berdasarkan hasil percobaannya dengan menyimpan biji-bijian dan kain lusuh di sudut ruangan. Beberapa hari kemudian Helmont menemukan ada tikus hidup di dalamnya.   Helmont menyimpulkan bahwa tikus tikus tersebut berasal dari kain lusuh. 

Seorang Ilmuwan dari Inggris bernama Nedham (1713 -1781) melakukan percobaan dengan menggunakan berbagai macam rebusan padi padian dan daging (air kaldu) yang dipanaskan tetapi tidak sampai mendidih. Beberapa labu dibiarkan terbuka dan beberapa lainnya ditutup. Labu labu kemudian disimpan pada suhu kamar. Dalam beberapa hari Nedham mendapatkan air kaldu yang berada di dalam labu menjadi keruh. Menurut Needham meskipun labu ditutup rapat namun timbul mikroorganisma di dalam labunya. Berdasarkan hasil percobaannya,   Needham menyimpulkan bahwa kehidupan baru terjadi dari benda mati.

Menurut para penganut pahan Abiogenesis atau generatio spontanea, semua kehidupan berasal dari benda tak hidup secara spontan, misalnya: ikan dan katak berasal dari lumpur, cacing berasal dari tanah, belatung terbentuk dari daging yang membusuk dan tikus berasal dari sekam dan kain kotor. Pada tahun 19632-1723 seorang ilmuwan bernama Anthonie Van  Leuweenhoek berhasil menemukan mikroskop. 

Dengan mikroskopnya Leuweenhoek melaporkan hasil gambarannya terhadap pengamatan jasad jasad renik yang berhasil dia amati di bawah mikroskop. Temuan Leuweenhoek seolah-olah menguatkan teori Abiogenesis yang menyatakan mikroorgnaisme yang dilihat di bawah mikroskop berasal dari jerami yang membusuk. Akan tetapi, Leeuwenhoek menolak teori tersebut dengan mengemukakan bahwa mikroorganisme yag dia amati di bawah mikroskop berasal dari udara.

Kelemahan dari teori yang dikemukakan oleh para penganut abiogenesis adalah mereka belum mampu melihat benda yang sangat kecil (bakteri, kista, ataupun telur cacing) yang terbawa dalam materi yang digunakan dalam percobaannya. Pada zaman Aristoteles mikroskop belum ditemukan sehingga para ilmuwan ini tidak dapat melihat bahwa sebelum materi materi yang digunakan untuk percobaan sudah mengandung jasad renik yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun walaupun ada kelemahan pada percobaan yang dilakukan oleh para ilmuwan penganut teori abiogenesis, tetapi cara berpikir dalam mencari jawaban mengenai asal usul kehidupan di bumi ini sudah mengacu pada pola metode ilmiah.



sumber: modul belajar mandiri pppk ipa biologi , Pembelajaran 1. Sel, Organ, dan Kelangsungan Hidup, Kemdikbud

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar