Aturan Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca dalam Bahasa Indonesia


Aturan Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca dalam Bahasa Indonesia

Bahasa sebagai sistem tanda terdiri atas signifie yang berupa konsep-konsep tertentu dalam pikiran manusia dan signifiant berupa realisasi konsep-konsep tertentu yang diwujudkan dalam bentuk ujaran. Konsep-konsep yang diujarkan itu bersifat arbitrer (mana suka). Kemanasukaan itu sudah disepakati oleh sekelompok penutur bahasa tertentu (konvensional). Hal inilah yang menyebabkan lahirnya berbagai macam ragam bahasa dengan segala macam aturannya.

Dalam setiap bahasa ragam tulis, setiap bahasa memiliki aturan ejaan. Aturan dalam ejaan terkait dengan kaidah cara menggambarkan bunyi, seperti kata, kalimat, frasa, dan sebagainya dalam bentuk tulisan serta penggunaan tanda baca.

Pada tahun 2015 Peraturan terbaru mengenai EYD tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015. Dalam peraturan tersebut dinyatakan bahwa Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, dipergunakan bagi instansi pemerintah, swasta, dan masyarakat dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena itu, peraturan ini menjadi acuan penggunaan ejaan dan tanda baca bahasa Indonesia menggantikan peraturan tentang Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) pada tahun 1972. 

Penggunaan Ejaan

Penggunaan ejaan yang harus diperhatikan antara lain pemakaian huruf, seperti: huruf kapital, huruf miring, huruf cetak tebal. Penggunaan ejaan yang juga harus diperhatikan terkait penulisan gabungan kata, partikel, singkatan, akronim, dan penulisan istilah. Berikut ini kaidah penggunaan ejaan dalam bahasa Indonesia yang didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 50 Tahun 2015.

(Buka tautan berikut terakait dengan peraturan Ejaan Bahasa Indonesia

(http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/sites/default/files/PUEBI.pdf)

a. Pengunaan Huruf Kapital

1)  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama awal kalimat.

Misalnya:

Apa maksudnya?

Dia membaca buku.

Kita harus bekerja keras.

Pekerjaan itu akan selesai dalam satu jam.

2)  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama orang, termasuk julukan.

Misalnya: 

Amir Hamzah 

Dewi Sartika

Halim Perdanakusumah 

Wage Rudolf 

Supratman 

Jenderal Kancil

Dewa Pedang 

Alessandro Volta 

André-Marie Ampère 

Mujair

Rudolf Diesel

Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia

Catatan: 

a)  Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama orang yang merupakan nama jenis atausatuan ukuran. Misalnya:

ikan mujair 

mesin diesel

5 ampere

10 volt  

b) Huruf kapital tidak dipakai untuk menuliskan huruf pertama kata yang bermakna ‘anak dari’, seperti bin, binti, boru, dan van, atau huruf pertama kata tugas.

Misalnya:

Abdul Rahman bin Zaini Siti Fatimah binti Salim Indani boru Sitanggang

Charles Adriaan van Ophuijsen

Ayam Jantan dari Timur

Mutiara dari Selatan

3)  Huruf kapital dipakai pada awal kalimat dalam petikan langsung.

Misalnya:

Adik bertanya, “Kapan kita pulang?”

Orang itu menasihati anaknya, “Berhati-hatilah, Nak!” 

“Mereka berhasil meraih medali emas,” katanya. 

“Besok pagi,” kata dia, “mereka akan berangkat.”

4) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata nama agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk sebutan dan kata ganti untuk Tuhan. 

Misalnya:

Islam Alquran 

Kristen Alkitab 

Hindu Weda 

Allah

Tuhan

Allah akan menunjukkan jalan kepada hamba-Nya.

Ya, Tuhan, bimbinglah hamba-Mu ke jalan yang Engkau beri rahmat. 

5) a). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, atau akademik yang diikuti nama orang, termasuk gelar akademik yang mengikuti nama orang.

Misalnya:

Sultan Hasanuddin

Mahaputra Yamin 

Haji Agus Salim 

Imam Hambali

Nabi Ibrahim

Raden Ajeng Kartini

Doktor Mohammad Hatta

Agung Permana, Sarjana Hukum

Irwansyah, Magister Humaniora

b). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan, profesi,  serta  nama  jabatan  dan kepangkatan yang dipakai sebagai sapaan.

Misalnya:

Selamat datang, Yang Mulia. 

Semoga berbahagia, Sultan. 

Terima kasih, Kiai.

Selamat pagi, Dokter. 

Silakan duduk, Prof. 

Mohon izin, Jenderal.

6)  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat.

Misalnya:

Wakil Presiden Adam Malik 

Perdana Menteri Nehru 

Profesor Supomo

Laksamana Muda Udara Husein Sastranegara

Proklamator Republik Indonesia (Soekarno-Hatta)

Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Gubernur Papua Barat 

7)  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.

Misalnya:

bangsa Indonesia

suku Dani bahasa Bali 

Catatan:

Nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai sebagai bentuk dasar kata turunan tidak ditulis dengan huruf awal kapital.

Misalnya:

pengindonesiaan kata asing

keinggris-inggrisan 

kejawa-jawaan

8)  a). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari besar atau hari raya.

Misalnya:

tahun Hijriah 

tarikh Masehi 

bulan Agustus 

bulan Maulid 

hari Jumat 

hari Galungan 

hari Lebaran 

hari Natal

b). Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama peristiwa sejarah.

Misalnya:

Konferensi Asia Afrika

Perang Dunia II

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Catatan:

Huruf pertama peristiwa sejarah yang tidak dipakai sebagai nama tidak ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

Soekarno dan Hatta memproklamasikan kemerdekaan bangsa Indonesia. Perlombaan senjata membawa risiko pecahnya perang dunia.

9)  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.

Misalnya: 

Jakarta Asia Tenggara

Pulau Miangas Amerika Serikat

Bukit Barisan Jawa Barat

Dataran Tinggi Dieng Danau Toba 

Jalan Sulawesi Gunung Semeru 

Ngarai Sianok Jazirah Arab

Selat Lombok Lembah Baliem 

Sungai Musi 

Pegunungan Himalaya 

Teluk Benggala 

Tanjung Harapan 

Terusan Suez 

Kecamatan Cicadas 

Gang Kelinci 

Kelurahan Rawamangun 

Catatan:

a) Huruf pertama nama geografi yang bukan nama diri tidak ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

berlayar ke teluk mandi di sungai

menyeberangi selat berenang di danau

b) Huruf pertama nama diri geografi yang dipakai sebagai nama jenis tidak ditulis dengan huruf kapital.

Misalnya:

jeruk bali (Citrus maxima)

kacang bogor (Voandzeia subterranea)

nangka belanda (Anona muricata)

petai cina (Leucaena glauca)

Nama yang disertai nama geografi dan merupakan nama jenis dapat dikontraskan atau disejajarkan dengan nama jenis lain dalam kelompoknya.

Misalnya:

Kita mengenal berbagai macam gula, seperti gula jawa, gula pasir, gula tebu, gula aren, dan gula anggur.

Kunci inggris, kunci tolak, dan kunci ring mempunyai fungsi yang berbeda.Contoh berikut bukan nama jenis.

Dia  mengoleksi  batik  Cirebon,  batik  Pekalongan,  batik  Solo,  batik Yogyakarta, dan batik Madura. 

Selain film Hongkong, juga akan diputar film India, film Korea, dan film Jepang.

Murid-murid sekolah dasar itu menampilkan tarian Sumatra Selatan, tarian Kalimantan Timur, dan tarian Sulawesi Selatan.

10) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur bentuk ulang sempurna) dalam nama negara, lembaga, badan, organisasi, atau dokumen, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk.

Misalnya:

Republik Indonesia

Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Pidato Presiden dan/atau Wakil Presiden serta Pejabat Lainnya

Perserikatan Bangsa-Bangsa

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

11) Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap kata (termasuk unsur kata ulang sempurna) di dalam judul buku, karangan, artikel, dan makalah serta nama majalah dan surat kabar, kecuali kata tugas, seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk, yang tidak terletak pada posisi awal.

Misalnya:

Saya telah membaca buku Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Tulisan itu dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra.

Dia agen surat kabar Sinar Pembangunan.

Ia menyajikan makalah “Penerapan Asas-Asas Hukum Perdata”.

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, atau sapaan

Misalnya:S.H. sarjana hukum

S.K.M. sarjana kesehatan masyarakat

S.S. sarjana sastra

M.A. master of arts

M.Hum. magister humaniora

M.Si. magister sains

K.H. kiai haji 

Hj. hajah

Mgr. monseigneur

Pdt. pendeta

Dg. daeng

Dt. datuk

R.A. raden ayu

St. sutan

Tb. tubagus 

Dr. doktor 

Prof. profesor 

Tn. tuan

Ny. nyonya

Sdr. saudara 

Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, kakak, adik, dan paman, serta kata atau ungkapan lain yang dipakai dalam penyapaan atau pengacuan.

Misalnya:

“Kapan Bapak berangkat?” tanya Hasan. Dendi bertanya, “Itu apa, Bu?”

“Silakan duduk, Dik!” kata orang itu.

Surat Saudara telah kami terima dengan baik.

“Hai, Kutu Buku, sedang membaca apa?”

“Bu, saya sudah melaporkan hal ini kepada Bapak.”

Catatan:

a) Istilah kekerabatan berikut bukan merupakan penyapaan atau pengacuan. Misalnya:

Kita harus menghormati bapak dan ibu kita. Semua kakak dan adik saya sudah berkeluarga.

b) Kata ganti Anda ditulis dengan huruf awal kapital. Misalnya:

Sudahkah Anda tahu? Siapa nama Anda? 

b. Penggunaan Huruf Miring

Penggunaan  huruf  miring  dalam  Ejaan  Yang  Disempurnakan dalam  ketikan menggunakan jenis huruf italic. Jika ditulis dengan tulisan tangan, huruf atau kata yang akan dicetak miring digarisbawahi. Berikut ini kaidah penggunaan huruf miring.

1) Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk mengkhususkan atau menegaskan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.

Contoh:

Mahasiswa sedang ujian skripsi.

2) Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.

Contoh:

Setiap hari bapak membaca koran Kompas.

3) Judul makalah, skripsi, tesis, atau disertasi yang belum diterbitkan dan dirujuk dalam tulisan tidak ditulis dengan huruf miring, tetapi diapit dengan tanda petik.

4) Huruf miring digunakan untuk menuliskan kata atau ungkapan yang bukan bahasa Indonesia, seperti bahasa daerah dan bahasa asing.

Contoh:

Istilah symbolic violence dikenalkan oleh Pierre Bourdieu.

5) Ungkapan asing yang telah diserap ke dalam bahasa Indonesia tidak ditulis miring.

Contoh:

Registrasi mahasiswa baru  dilaksanakan pada  bulan  Juni

c.  Penggunaan Huruf Cetak Tebal

1) Huruf cetak tebal digunakan untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.

Contoh:

Judul : BAHASA INDONESIA UNTUK PERGURUAN TINGGI

Bab : BAB I SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

Bagian bab : 

A. Sejarah Bahasa Indonesia

B. Perkembangan Bahasa Indonesia 

Daftar, indeks, dan lampiran

DAFTAR ISI DAFTRA TABEL DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN INDEKS

LAMPIRAN

2) Huruf cetak tebal digunakan untuk menuliskan lema dan sublema serta untuk menuliskan lambang bilangan yang menyatakan polisemi dalam kamus.

Contoh:

Abad n 1 masa seratus tahun: ….; 2 jangka waktu yang lamanya seratus tahun...; 3 zaman (yang lamanya tidak tentu); 4 masa yang kekal, tidak berkesudahan;

Catatan:

Dalam tulisan tangan atau ketikan manual, huruf atau kata yang akan dicetak tebal diberi garis bawah ganda.

d. Penggunaan Tanda Baca

Seorang penulis harus tepat menggunakan tanda baca dalam tulisannya. Berikut ini berbagai macam aturan penulisan tanda baca yang harus diperhatikan ketika menulis.

1) Penggunaan Tanda Titik (.)

a) Tanda titik digunakan pada akhir kalimat berita.

Contoh:

Anak itu sedang menunggu angkutan umum.

b) Tanda titik tidak digunakan pada akhir kalimat sudah berakhir dengan tandatitik, tanya, dan seru.

Contoh:

Guru berkata, ”Tolong tutup pintu itu!”

c)  Tanda titik  dipakai untuk  memisahkan angka  jam,  menit, dan  detik  yang menunjukkan jangka waktu.

Contoh:

15.30.05 jam (15 jam , 30 menit, 05 detik)

d)  Tanda titik  dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan  detik  yang menunjukkan waktu. 

Contoh:

pukul 23.00.00

e) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 12 dapat dilengkapi dengan keterangan pagi, siang, sore, atau malam.

Contoh:

pukul 05.00 pagi

f) Penulisan waktu dengan angka dalam sistem 24 tidak memerlukan keterangan pagi, siang, atau malam.

Contoh:

pukul 15.20

g) Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang menunjukkan jumlah.

Contoh:

Kuliah umum itu mengundang 1.115 peserta.

h) Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, tahun, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.

Contoh:

Gumperz, John J. 1992. Discourse Strategy. Cambridge: Canmbridge University Press.

i) Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang tidak menunjukkan jumlah.

Contoh:

Nomor plat kendaraannya AB 1692 RE

j) Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi, nama bab, subbab, tabel, dan sebagainya.

Contoh:

Pola Interaksi Dosen dan Mahasiswa

BAB I PENDAHLUAN Latar Belakang Masalah Tabel 1: Kesalahan Diksi

Lampiran 3: Instrumen Kesalahan Kalimat

2) Penggunaan Tanda Koma (,) 

a) Tanda koma digunakan dalam suatu perincian atau pembilangan (minimal tiga unsur)

Contoh:

Kami memerlukan piring, sendok, dan garpu.

b) Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.

Contoh:

Siti Badilah, M.A. Dr. Nadhifa F.A., M.Si.

c) Tanda koma dipakai di muka angka desimal atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.

Contoh:

162, 5 cm Rp1.650,55

d) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului dengan kata seperti tetapi, melainkan, sedangkan, dan kecuali.

Contoh:

Semua peserta seminar masuk ruang ini, kecuali panitia.

e) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.

Contoh:

Jika tidak ada halangan, saya akan datang pada acara itu.

f) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.

Contoh:

Saya akan datang pada acara itu jika tidak ada halangan.

g) Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.

Contoh:

Banyak hal yang belum dikerjakan, misalnya, membuat proposal, seminar, dan menyusun laporan.

h) Tanda koma dipakai di belakang penghubung antarkalimat, seperti oleh karena itu, jadi, dengan demikian, oleh sebab itu, dan meskipun demikian. Kata hubung tersebut  terletak  di  awal  kalimat  dan  tidak  boleh  ditempatkan pada  awal paragraf.

Contoh:

Orang tuanya memiliki kekuasaan di kampung itu. Meskipun demikian, anak itu tidak mau sewenang-wenang memanfaatkan kekuasaan orang tuanya.

i) Tanda koma dipakai untuk memisahkan o, ya, wah, aduh, dan kasihan.

Contoh:

Kasihan, semua data di komputernya terkena virus.

j) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata sapaan, seperti Bu, Dik, atau Mas dari kata lain yang terdapat di dalam kalimat.

Contoh:

Sudah selesai, Mas?

k) Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.

Contoh:

Paman berkata, ”Nenek ke mana?”

l) Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.

Contoh:

“Siapa nama kamu?” tanya Lina.

m) Tanda koma dipakai di antara (a) nama dan alamat, (b) bagian bagian alamat, (c) tempat dan tanggal, serta (d) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.

Contoh:

Bpk. Ujang Juhari, Karangpawitan, Karawang.

Kajur PBSI, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

n) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.

Contoh:

Gumperz, John J. 1992. Discourse Strategy. Cambridge: Canmbridge University Press. 

o) Tanda koma dipakai di antara bagian bagian dalam catatan kaki atau catatan akhir.

Contoh:

Alisjahbana, S. Takdir, Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia. Jilid 2 (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1950), hlm. 25.

p) Tanda koma dapat dipakai untuk menghindari salah baca/salah pengertian di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.

Contoh:

Setelah menggingit, nyamuk tersebut akan meninggalkan plasmodium.

3) Penggunaan Titik Koma (;)

a) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk setara.

Contoh:

Kakak membuatkan kopi untuk ayah; ibu mengoreksi tugas mahasiswa; adik bermain di halaman depan rumah.

b) Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri pernyataan perincian dalam kalimat yang berupa frasa atau kelompok kata. Sebelum rincian terakhir tidak perlu digunakan kata dan.

Contoh:

Persayaratan yang harus dipenuhi antara lain: 

(1) mahasiswa S1 aktif minimal semester 5;

(2) menguasai ilmu Sastra Indonesia; 

(3) IPK minimal 3.25;

(4) dapat bekerja dalam tim.

c) Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua kalimat setara atau lebih apabila unsur-unsur setiap bagian itu dipisah oleh tanda baca dan kata hubung.

Contoh:

Mahasiswa melakukan kegiatan pramenulis: menentukan masalah, tema, topik, dan membuat judul; menulis: menuangkan ide/gagasan secara tertulis; pascamenulis: merevisi tulisan dan mempublikasikannya.

4) Penggunaan Titik Dua (:) 

a) Tanda titik dua dipakai di antara (1) tahun dan halaman dalam kutipan, (2) bab dan ayat dalam kitab suci, (3) judul dan anak judul suatu karangan, serta (4) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.

Contoh:

Soeparno (2002: 15) Yogyakarta: Tiara Wacana

b) Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.

Contoh:

Bendahara : Muhammad Ibrahim

c) Tanda titik dua dapat dipakai dalam naskah drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.

Contoh:

Dhifa : ”Siapa yang datang, Dik?” Kia : ”Kakek dan nenek.”

d) Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap yang diikuti rangkaian atau pemerian.

Contoh:

Kita harus mengerjakan hal-hal berikut: mencari referensi, memahaminya, membuat rangkuman, dan mempresentasikannya.

5) Penggunan Tanda Hubung (-)

a) Tanda hubung digunakan untuk menyambung suku-suku kata yang terpisah oleh pergantian baris.

Contoh:

Kami akan membawa beberapa buku refe- rensi.

b) Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata yang mengikutinya atau akhiran dengan bagian kata yang mendahuluinya pada pergantian baris.

Contoh:

Pihak universitas menjelaskan tata cara pengisi- an PUPNS.

c) Tanda hubung digunakan untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.

Contoh:

kupu-kupu bermain-main 

d) Tanda hubung digunakan untuk menyambung bagian-bagian tanggal dan huruf dalam kata yang dieja satu-satu.

Contoh:

24-10-2015 t-a-h-u-n

e) Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (1) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan dan (2) penghilangan bagian frasa atau kelompok kata.

Contoh:

Karyawan boleh mengajak anak-istri ke acara pertemuan besok. bandingkan dengan:

be-revolusi

dua-puluh-ribuan (1 x 20.000)

tanggung jawab dan kesetiakawanan sosial

f) Tanda hubung dipakai untuk merangkai se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital.

Contoh:

se-Indonesia se-Asia

g) Tanda hubung dipakai untuk merangkai ke- dengan angka.

Contoh:

ke-5 ke-12

h) Tanda hubung dipakai untuk merangkai angka dengan an- Contoh:

tahun 2000-an tahun 1970-an

i) Tanda hubung dipakai untuk merangkai kata atau imbuhan dengan singkatan berhuruf kapital.

Contoh:

hari-H mem-PHK

j) Tanda hubung dipakai untuk merangkai kata ganti Tuhan yang berbentuk imbuhan.

Contoh:

Kuasa-Nya Kepada-Mu

k) Tanda hubung dipakai untuk merangkai gabungan kata yang merupakan satu kesatuan.

Contoh:

bandara internasional Soekarno-Hatta 

l) Tanda hubung dipakai untuk merangkai unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.

Contoh:

meng-install di-upgrade

6) Penggunaan Tanda Tanya (?)

a) Tanda tanya digunakan pada akhir kalimat tanya.

Contoh:

Apakah kita wajib membaca buku ini?

b) Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.

Contoh:

Nilai kami B (?) semua.

7) Penggunaan Tanda Seru (!)

Tanda seru dipakai untuk mengakhiri ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah dan menggambarkan emosi penutur.

Contoh:

Tolong tutup pintu itu!

8) Penggunaan Tanda Petik Tunggal (‘…’)

a) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna kata atau ungkapan.

Contoh:

pandai ’tukang tempa’ pinang ’lamar’

b) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat di dalam petikan lain.

Contoh:

“Dia menyapa ‘hallo’ kepada teman barunya.”

c) Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, kata atau ungkapan bahasa daerah atau bahasa asing.

Contoh:

download ‘unduh’ upload ‘unggah’

9) Penggunaan Tanda Petik Dua (“…”)

a)  Tanda  petik  dipakai  untuk  mengapit  petikan  langsung  yang  berasal  dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.

Contoh:

Paman berkata, “Ibu kamu akan datang besok pagi.” 

b) Tanda petik dipakai untuk mengapit judul puisi, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Contoh:

Pencipta puisi yang berjudul ”Puisi Ibu” adalah Chairil Anwar.

c) Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.

Contoh:

Banyak orang bertanya tentang “laki-laki” itu.

d) Tanda petik (") dapat digunakan sebagai pengganti idem atau sda. (sama dengan di atas) atau kelompok kata di atasnya dalam penyajian yang berbentuk daftar.

Contoh:

“zaman” bukan “jaman”

10) Penggunaan Tanda Kurung ( (… ) )

a)   Tanda  kurung  digunakan  untuk  mengapit  tambahan  keterangan  atau penjelasan.

Contoh:

Presiden akan bertemu dengan DPR (Dewan Perwakilan Rakyat).

b) Tanda kurung digunakan untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian utama kalimat.

Contoh:

Pembahasan tentang filsafat bahasa (lihat bab 3) sangat kompleks.

c) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.

Contoh:

Kata pandai (a) memiliki sinonim pintar (a).

d) Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan keterangan.

Contoh:

Permasalahan pembelajaran dapat ditemukan dari: (1) media pembelajaran yang digunakan, (2) interaksi antara siswa dengan guru, dan (3) interaksi antarsiswa. 

11) Penggunaan Tanda Garis Miring (/)

a) Tanda garis miring digunakan di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun kalender atau tahun ajaran.

Contoh:

Nomor 15/JK/2015 Jalan Wonosari 9/115

b) Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap, dan ataupun.

Contoh:

Semua keputusan tergantung pilihan kakek/nenek.



sumber: Sari, Esti Swatika. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 1 Tata Bahasa. Kemdikbud.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar