Keterampilan Menyimak : Pengertian/Hakikat, Proses Menyimak, Faktor-Faktor, Jenis, Strategi dan Teknik Menyimak


a.  Pengertian/Hakikat Menyimak

Keterampilan berbahasa secara umum digolongkan menjadi empat keterampilan secara garis besar yaitu keterampilan menyimak/memirsa, berbicara, membaca, dan menulis. Keterampilan berbahasa tersebut merupakan dasar pengembangan keterampilan berkomunikasi yang efektif karena setiap aspeknya menuntut pencapaian pada indikator yang mengarah pada berlangsungnya keterampilan berkomunikasi yang ideal.

Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan menyimak mempunyai peranan penting sehingga mengambil bagian melebihi 50% dari seluruh kegiatan berkomunikasi. Hal  in  menunjukan betapa menyimak memegang peranan penting termasuk dalam dunia akademik karena merupakan salah satu penentu kesuksesan dalam belajar selama masa studi (Goh, 2004: 1). Berbagai informasi penting dapat diperoleh melalui kegiatan menyimak/memirsa apalagi di era digital seperti sekarang ini yang menawarkan berbagai variasi media sebagai penyampai informasi baik yang penting samapi tidak penting, baik yang benar maupun tidak benar.

Konsep menyimak biasanya identik dengan “mendengarkan”. Akan tetapi, sedikit berbeda dengan konsep “mendengar”. Jika seseorang tanpa sengaja menangkap bunyi sehingga sampai di indera pendengaran, berarti dia sedang dalam proses “mendengar”. Apabila kegiatan tersebut diintensifkan, atau dilakukan dengan sengaja menangkap rangsangan bunyi untuk memperoleh sebuah informasi, kegiatan tersebut baru disebut dengan mendengarkan atau menyimak (listening).

Konsep menyimak untuk hal ini sedikit berbeda dengan menyimak bahasa kedua atau bahasa asing yang berangkat dari tahap mengenal bunyi-bunyi bahasa dan unit-unit lainnya secara bertahap. Menyimak dalam konteks bahasa Indonesia, tidak hanya sekadar membedakan bunyi bahasa. Hal ini ini dikarenakan bagi pembelajar Indonesia, bahasa Indonesia metupakan bahasa pertama atau bahasa kedua setelah bahasa daerah yang sudah dikuasai dengan cukup baik. Menyimak fase ini sudah sampai pada level superior karena sudah sampai kegiatan menganalisis, mensintesis, megintepretasi, dan mengevaluasi pesan yang mereka dapatkan melalui kegiatan menyimak.

Dalam konsep menyimak, terdapat kegiatan yang cukup kompleks karena dalam proses menyimak terdapat aktivitas lain, dan tidak hanya berhenti pada kegiatan menangkap bunyi. Secara lengkap, menyimak didefinisaikan sebagai kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara sungguh-sungguh, seksama, sebagai upaya untuk memahami ujaran itu sebagaimana yang dimaksudkan oleh pembicara dengan melibatkan seluruh aspek mental kejiwaan seperti mengidentifikasi, menginterpretasi, dan mereaksinya.

Proses menyimak di sini mengharapkan pembelajar dapat mengaktifkan pengetahuan latar belakang yang mereka miliki sebagai bekal untuk menafsirkan atau menginterpretasi, menganalisis serta mengevaluasi pesan dalam bahan simakan.

Dalam konsep tersebut menyimak masih terbatas pada materi yang menggunakan media berupa rangsang bunyi atau audio. Padahal, dewasa ini media menyimak biasanya didukung oleh media visual sehingga tidak hanya mendengarkan, tetapi juga melihat/menonton. Untuk memahami media audiovisual, pembelajar terlebih dahulu memahami karakter masing-masing media tersebut. Dengan demikian, menyimak dengan pendekatan multiliterasi memerlukan pemahaman lebih dari sekadar memahami satu teks/materi saja.

b.  Proses Menyimak

Proses menyimak merupakan proses yang cukup kompleks karena merupakan serangkaian proses penerimaan sekaligus penyimpanan informasi yang disampaikan secara lisan baik menggunakan media audio atau audiovisual atau bahkan secara tanpa media.

Proses menyimak merupakan proses yang tidak saja melibatkan aspek fisik tetapi juga aspek mental. Pandangan kognitif menyatakan bahwa dalam proses menyimak informasi linguistik diproses oleh sejumlah kognitif: perhatian (attention), persepsi (perception), dan ingatan (memory). Informasi linguistik atau pesan yang diperoleh diolah atau dipersepsi dan dimaknai dengan cara menghubungkan apa yang didengan dan dilihat oleh penyimak dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya oleh penyimak, (Goh, 2004).

Dalam konteks ini terlihat jelas bahwa menyimak tidak berhenti pada aktivitas fisik. Aktivitas otak menjadi dominan dalam mengolah informasi baru yang masuk melalui media yang tertangkap oleh fisik. Proses pengolahan informasi menjadi satu pemahaman yang akurat melalui proses panjang yang luar biasa rumit. Akan tetapi, secara fisik sulit dirasakan.

Proses menyimak yang hanya mengandalkan fisik saja tidak akan sampai pada pemahaman yang akurat dan tentu saja tidak akan sampai pada tahap penyimpanan dalam  memori  jangka  panjang. Ahli  menggolongkan proses menyimak yang demikian rumit ke dalam tiga tahap secara garis besar yaitu sebagai berikut (Anderson via Goh, 2004).

1)  Persepsi (Perception). Fase mempersepsi rangsangan yang ditangkap oleh telinga dan ditambahkan signal berupa gambar oleh mata. Dalam fase ini sangat  membutuhkan fisik  yang  prima  karena  dapat mempengaruhi daya tangkap terhadap signal pembawa pesan.

2) Segmentasi (Parsing). Fase berikutnya adalah pembagian ke dalam segmen-segmen tertentu sesuai dengan unit-unit kebahasaan (sintactic structure atau syntactic meaning) yang dikenal atau dikuasai oleh penyimak. Dalam fase ini dimungkinkan terbentuknya pengertian dan pemahaman terhadap pesan yang ditangkap pada fase sebelumnya. Penyimak harus jeli dengan sistem bahasa yang digunakan dalam menyampaikan pesan, Terkadang  pembicara  dimungkinkan menggunakan dua  bahasa  atau  dua angkapan yang berbeda sistem bahasanya sebagai penyampai pesan. Perbedaan bahasa memerlukan pengetahuan tentang system linguistic yang dapat dijadikan sebagai alat untuk mempersepsi atau memaknai pesan.

3)  Pemanfaatan (Utilisation). Fase ini merupakan fase yang menentukan pemahaman lebih lanjut karena penyimak mencoba mencocokkan dan menghubungkan pemahaman penyimak yang disusun berdasarkan persepsi terhadap pesan yang baru saja diperoleh dengan persepsi yang timbul setelah dikaitkan dengan pesan yang sudah ada sebelumnya. 

c.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Menyimak

Menyimak merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang berfungsi di dalam komunikasi. Kegiatan berkomunikasi tentunya melibatkan penyamapai pesan, penerima pesan, pesan, dan media yang digunakan sebagai alat untuk mengantarkan pesan. Secara umum faktor-faktor tersebut dapat digolongkan ke dalam dua golongan besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu penyimak sebagai penerima pesan dan faktor eksternal berupa segala  sesuatu  di  luar  penyimak yang  dapat  mempengaruhi pemahaman terhadap pesan yang disampaikan di dalam kegiatan menyimak tersebut yaitu: pembicara, media yang digunakan dalam menyampaikan pesan dapat berupa bahasa lisan/audio maupun gambar/visual, serta lingkungan di sekitar berlangsungnya proses menyimak.

Sebuah  proses  komunikasi yang  ideal  menuntut saling  pengertian antara pengirim dan penerima pesan. Di dalam situasi seperti ini terdapat sebuah tuntutan bahwa sebagai penyampai pesan, seorang pembicara harus menjadi pembicara ideal yang memenuhi prasyarat sesuai dengan mitra bicaranya. Demikian pula halnya dengan tuntutan terhadap penyimak, sebagai penerima pesan dia harus ekstra konsentari dan harus betu-betul mempunyai pemahaman yang sama dengan pembicara. Tidak berbeda dengan media yang digunakan yaitu menggunakan bahasa yang betu-betul dipahami secara baik oleh kedua belah pihak.

Akan tetapi, dalam konteks pembelajaran keterampilan menyimak hal tersebut tidak dapat dicapai sepenuhnya. Pihak penyimak merupakan pihak yang mempunyai tanggung jawab terbesar terhadap keberhasilan proses komunikasi yang berlangsung. Hal tersebut karena menyimak seperti halnya membaca adalah keterampilan reseptif yaitu keterampilan komunikasi yang didominasi oleh pemahaman pesan yang sampai. Di sisi lain terdapat keterampilan berbicara dan menulis yang merupakan keterampilan yang bersifat produktif. Dengan demikian, hal terpenting yang harus dilakukan supaya tujuan menyimak dapat tercapai secara maksimal adalah bagaimana penyimak menyiapkan dirinya sebagai pihak yang dapat menyiasatisegala hal selama terjadinya  proses  menyimak  agar  dia  dapat  mencapai  pemahaman  atau 

tujuannya dengan optimal. Hubungan anatar unsur yang terlibat di dalam proses menyimak tersebut dilihat dalam bagan berikut.

pesan -> Media  -> pembicara -> penyimak -> pesan

Gambar Hubungan antarunsur di dalam proses menyimak

Gambar Hubungan antarunsur di dalam proses menyimak

d.  Jenis-Jenis Menyimak

Jenis menyimak biasanya sesuai dengan tujuannya. Untuk menentukan srategi yang tepat dalam kegiatan menyimak berikut ini digolongkan beberapa jenis menyimak  yang  selaras  dengan  tujuan  yang  bermacam-macam tersebut. Pengetahuan tentang jenis menyimak dapat membantu penyimak menyiapkan strategi  yang  diperlukan  untuk  kesuksesan tujuan  menyimaknya tersebut. Wolvin & Coakely menngolongkan jenis menyimak dalam 5 tipe yaitu: diskriminatif (discriminative), komprehensif (comprehensive), terapeutik (therapeutic), kritis (critical), dan apresiatif (apreciative) (Goh:2002).

1) Diskriminatif    (discriminative).    Menyimak    diskriminatif    merupakan menyimak yang bertujuan untuk membedakan rangsang bunyi atau visual yang merupakan dasar dari tujuan menyimak 

2) Komprehensif  (comprehensive).  Menyimak  komprehensi  ini  bertujuan untuk memahami pesan. Menyimak komprehensi ini merupakan menyimak yang mendasari jenis menyimak yang lain yaitu menyimak terapeutik, menyimak kritis, dan menyimak apresiatif. Dasar dari semua jenis menyimak tersebut memang harus ada pemahaman terhadap pesan yang disampaikan dengan media audio dan atau audio visual.

3) Terapeutik  (therapeutic).  Menyimak  terapeutik  merupakan  menyimak untuk menyediakan kesempatan untuk berbicara melalui sebuah pemasalahan. Hal ini tampak pada percakapan antar pasien dan dokter, atau psikolog dengan pasiennya.

4) Kritis (critical). Menyimak kritis merupakan menyimak yang bertujuan untuk mengevaluasi pesan. Hal ini merupakan kemampuan yang dapat dilakukan oleh penyimak tingkat mahir karena untuk mengevaluasi pesan diperlukan penguasaan terhadap bahasa yang menjadi pengantar pesan tersebut juga penguasaan terhadap makna yang komprehensif.

5) Apresiatif (apreciative). Menyimak apresiatif merupakan jenis menyimak yang bertujuan untuk memperoleh kesenangan melalui karya atau pengalaman orang lain. Apresiasi adalah bentuk penghargaan yang diberikan kepada pembuat/pencipta suatu karya atau pemilik pengalaman tertentu. Untuk dapat menghargai sebuah karya sebagai contoh karya sastra, penyimak harus terlebih dahulu mempunyai bekal pengetahuan tentang struktur sastra yang diapresiasinya karena tanpa pengetahuan tersebut, penyimak akan menemukan kesulitan ketika memahami isi atau maknanya.

Dalam pembelajaran menyimak bahasa asing, dari sekian jenis menyimak yang paling penting adalah keterampilan menyimak komprehensi atau pemahaman kegiatan: menyimak untuk memperoleh ide pokok, membuat kesimpulan, memilih dan memprediksi. Kunci menyimak pemahaman adalah dapat memahami detail dengan baik. Secara khusus fokusnya biasanya terletak pada pemahaman terhadap kata kunci dan nomor/angka. Di dalam bahasa asing menyimak jenis ini merupakan tantangan tersendiri karena memang adanya perbedaan pola dengan bahasa pertama penyimak biasanya  mempengaruhi banyak hal. 

Pembelajaran keterampilan menyimak dalam bahasa Indonesia, para siswa rata-rata sudah melampaui tahap tersebut dengan baik. Tuntutan berikutnya adalah bagaimana kekompleksan pemahaman mereka yang terlihat dari penafsiran mereka terhadap teks yang dihadapi. Kegiatan menyimak untuk memperoleh ide pokok berarti menyimak yang bertujuan untuk memahami inti secara keseluruhan. Menyimak untuk membuat kesimpulan berarti menyimak untuk mengisi kata yang rumpang artinya berdasarkan konteks yang dipahami, penyimak dapat menyimpulkan kata-kata yang harus mengisi bagian yang rumpang tersebut. Adapun menyimak untuk memilih adalah menyimak yang bertujuan hanya untuk bagian khusus dari informasi yang masuk. Menyimak jenis ini dapat mengganggu pemahaman jika tujuan penyimak diwarnai oleh prasangka mereka atau persepsi mereka yang bias.

Tujuan menyimak dan jenis menyimak tersebut menjadi penting karena akan menentukan strategi yang akan digunakan dalam menyimak. Sebagai contoh ketika akan menyimak untuk memeperhatikan detail penyimak pasti sudah mulai memikirkan detail apa saja yang akan dibutuhkan untuk diperhatikan sungguh- sungguh. Memakanai detail juga berkaitan dengan materi apa yang disimak. Menyimak subuah siaran berita akan berbeda dengan menyimak jadwal perjaalanan pesawat terbang atau yang lain. Hal-hal tersebutlah akan selalu berkaitan satu dengan yang yang lain karena memang tujuan dan jenis menyimak mendasari kegiatan atau proses menyimak yang berlangsung.

Jadi, untuk mencapai hasil menyimak yang maksimal seorang penyimak harus betul-betul paham dengan tujuan dari kegiatan menyimaknya karena tujuan tersebutlah yang akan menjadi pijakan untuk langkah selanjutnya. Menyimak tanpa tujuan yang jelas akan mengaburkan atau memecah fokus dan ini adalah sumber kegagalan pertama di dalam menyimak. Mohon diperhatikan bahwa materi di dalam menyimak tersampaikan secara lisan dan tidak dapat diulang seperti halnya di  dalam keterampilan membaca atau menulis yang dapat mundur sesekali ketika tidak paham dengan isi atau salah menuliskan gagasan. Menyimak merupakan keterampilan yang sangat mengandalkan konsentrasi karena sekali saja   kita kehilangan konsentrasi entah berapa hal dapat terlepas atau kehilangan alur dan tidak dapat diulangi lagi untuk mendengarkan ulang. 

e.  Strategi dan Teknik Menyimak

Proses belajar atau mempelajari bahasa memerlukan stategi atau cara-cara tertentu yang bertujuan untuk memaksimalkan pencapaian pada level tertentu. Begitu juga halnya dalam pembelajaran menyimak. Chamot menyampaikan bahwa terdapat tiga kategori strategi di dalam pembelajaran menyimak yaitu kognitif, metakognitif, dan sosial-afektif Goh,2002:7). Berikut ini akan dibahas strategi tersebut satu per satu.

a)  Kognitif (cognitive). 

Strategi kognitif di dalam menyimak merupakan strategi yang fokus pada proses, interpretasi, penyimpanan dan recall (pemanfaatan) ingatan dalam menyimak. Strategi ini melihat bagaimana sistem pengolahan informasi di dalam otak manusia selama proses menyimak berlangsung. Dalam strategi kognitif ini terdapat strategi yang lebih khusus dideskripsikan oleh O’Malley melalui Brown (2000:125-124) berikut ini.

1)  Repetisi: menirukan model bahasa dengan tindakan praktik atau berlatih diam diam.

2)  Pemanfaatan sumber: menggunakan materi yang merujuk pada bahasa target.

3)  Penerjemahan: menggunakan bahasa pertama untuk memahami atau memroduksi bahasa kedua.

4) Pengelompokkan: mengurutkan kembali atau mengelompokkan dan menamai sumber materi belajar berdasar sifatnya.

5) Membuat catatan: menuliskan ide pokok, hal-hal penting, kerangka, ringkasan informasi yang disampaikan secara lisan atau dalam tulisan.

6) Deduksi: secara sadar menerapkan aturan untuk memproduksi atau memahami bahasa kedua.

7)  Rekombinasi:   menyusun   kalimat   yang   bermakna   atau   susunan kebahasaan yang lebih besar dengan mengombinasikan bagian-bagian yang dikenal dengan cara yang baru.

8)  Imageri: menghubungkan informasi baru ke dalam konsep visual dalam ingatan yang familiar.

9) Representasi auditori: retensi bunyi atau bunyi-bunyi yang mirip untuk kata, frasa, atau urutan kebahasaan yang lebih panjang. 

10) Kata   kunci:   mengingat   kata   baru   dalam   bahasa   kedua   dengan mengidentifikasi kata yang familiar dalam bahasa pertama yang terdengar mirip, dan dengan cara mengingat yang secara umum lebih mudah.

11) Kontekstualisasi:    menempatkan    kata    atau    frasa    dalam    urutan kebahasaan yang bermakna.

12) Elaborasi:  menghubungkan  informasi  baru  untuk  konsep  lain  dalam ingatan.

13) Transfer: memanfaatkan bahasa yang diperoleh sebelumnya dan atau pengetahuan konseptual untuk memfasilitasi tugas pembelajaran bahasa yang baru.

14) Rujukan: memanfaatkan informasi yang tersedia untuk menduga makna kata baru, memprediksi luaran, atau mengisi inforamasi yang hilang.

Strategi kognitif tersebut sebetulnya memang didesain untuk pembelajaran bahasa kedua atau bahasa asing secara umum. Untuk konteks pembelajaran bahasa Indonesia dan lebih khusus lagi untuk pembelajaran keterampilan menyimak, beberapa strategi dapat diterapkan di kelas yaitu strategi berikut ini.

1)  Pembutan Catatan (Note Taking). Pembelajaran menyimak bahasa Indonesia bagi orang Indonesia bukan hanya sekedar mendengarkan kata dan memahaminya satu per satu akan tetapi lebih sebagai keterampilan pemahaman wacana secara keseluruhan. Kemampuan penyimak dapat diidentifikasi dari sejauh mana kelengkapan informasi yang dapat ditangkap saat proses menyimak berlangsung. Bentuk  tagihan  tugas  yang  dapat  diterapkan  adalah  penyimak diminta membuat catatan hasil menyimak.

2)   Penggambaran (Imagery). Strategi kognitif yang dapat diterapkan adalah dengan cara menghubungkan informasi dengan konsep visual. Tagihan yang dibuat biasanya adalah pembuatan mind map yaitu menghubungkan antarkonsep dalam bentuk gambar yang dapat dicermati keterkaitan atau hubungannya.

3) Kata Kunci (Keyword). Tugas menyimak yang lain adalah menuliskan kata-kata kunci yang merupakan inti dari informasi yang diperoleh pada saat proses menyimak yang berlangsung. Inti informasi bergantung dari jenis materi yang disimak, sebagai contoh materi cerpen intinya adalah struktur, tetapi inti dari siaran berita adalah unsur utama yang biaasanya disingkat menjadi 5W+1H (who, what, when, were + How). 

4)   Elaborasi (Elaboration). Setelah proses menyimak berlangsung, penyimak dapat menghubungkan informasi baru dengan konsep lain yang terdapat dalam ingatannya. Bentuk  tagihannya  dapat  berupa  menuliskan gagasan penyimak dalam bentuk esai sederhana yang berisi gagaasan, pikiran, pendapat yang diperoleh dari proses menyimak dan hubungannnya dengan pengalaman atau pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya oleh penyimak.

5)   Transfer. Penyimak juga dapat memindahkan bahasa yang sudah dikuasai sebelumnya  untuk  mendukung  tugas  baru  dalam  hal  pembelajaran bahasa. Misalnya hasil dari proses pembelajaran menyimak digunakan untuk menyelesaikan tugas menulis atau berbicara.

b. Metakognitif (Metacognitive)

Strategi yang berikutnya adalah strategi metakognitif (metacognitive) yaitu strategi yang berfungsi untuk mengelola dan memfasilitasi proses mental, serta mengatasi kesulitan selama menyimak (Goh, 2002:7). Strategi ini tidak hanya melibatkan aspek kognitif, tetapi juga aspek mental atau psikis. Strategi ini memungkinkan pembelajar mengontrol proses belajarnya secara mandiri serta melibatkan pembelajar dalam mengevaluasi pencapaiannya secara mandiri sehingga pembelajar dapat mengetahui kesulitannya dalam belajar bahasa. Secara khusus terdapat beberapa strategi yang termasuk dalam strategi metakognitif yaitu sebagai berikut.

1) Pengatur andal (advance organizers): membuat rancangan konsep yang cukup menyeluruh untuk mengantisipasi aktivitas pembelajaran.

2) Perhatian langsung: memutuskan  untuk mengikuti tugas pembelajaran dan mengabaikan pengecoh yang tidak relevan.

3)  Perhatian terpilih: memutuskan untuk mengikuti aspek tertentu dari masukan pembelajaran atau detil situasional yang akan menandai retensi masukan bahasa.

4) Pengelola yang mandiri: memahami kondisi yang membantu seseorang belajar dan melibatkan diri dalam kondisi tersebut.

5) Perencanaan fungsional:   membuat rencana dan melatih komponen bahasa yang penting untuk membawa tugas belajar yang selanjutnya. 

6) Monitoring secara mandiri: mengoreksi percakapan seseorang dalam hal ketepatan, ucapan, tata baasa, kosakata, atau hubungan yang dengan setting atau dengan pembicara.

7)  Menunda produksi: secara sadar memutuskan untuk berhenti berbicara untuk belajar menandai melalui menuimak komprehensi.

8)  Evaluasi mandiri: mengecek hasil dari belajar bahasa seseorang, mengukkr secara internal kelengkapan dan ketepatan.

Strategi  tersebut  berlaku  secara  umum  dalam  pembelajaran bahasa.  Dalam pembelajaran keterampilan menyimak, strategi tersebut tetap dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan yang secara umum berkaitan dengan pengelolaan pembelajaran menyimak dan evaluasi mandiri terhadap proses belajar menyimak yang sudah dilakukan.

c.  Sosial-Afektif (Social-Affective)

Strategi sosial-afektif merupakan strategi menyimak yang melibatkan pihak lain dalam prosesnya. Dalam hal ini selama proses menyimak, penyimak memerlukan bantuan orang lain untuk membantu pemahaman


Sumber:   Sudiati.   2019.   Pendalaman   Materi   Bahasa   Indonesia   Modul   4 Keterampilan Berbahasa Reseptif. Kemdikbud.


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar