Ragam Keterampilan Berbicara
Berbicara adalah mengemukan pikiran, perasaan, informasi, dan pengalaman menggunakan alat ucap. Berbicara berarti mengucapkan kata atau kalimat kepada seseorang atau sekelompok orang, untuk mencapai suatu tujuan tertentu (memberikan informasi atau memberikan motivasi).
1) Retorika berarti kesenian untuk berbicara dengan baik.
Berbicara retorika adalah pengetahuan seni berbicara untuk mempengaruhi orang lain melalui pembicaraan atau bahasa lisan (Dipodjojo, 1982:66). Kajian berbicara retorika menekankan pada kemampuan seseorang untuk menyampaikan gagasan tanpa adanya jawaban dari komunikan. Komunikan dapat menerima atau menolak apa yang disampaikan komunikator tanpa adanya dialog atau diskusi lanjutan. Artinya, subtansi yang disampaikan komuniktor hanya berjalan satu arah saja tanpa adanya timbal balik dari komunikan. Jadi berbicara retorika merupakan ilmu tentang seni berbicara secara monolog, dimana hanya seorang yang berbicara dan lainnya sebagai audien saja. Bentuk-bentuk yang tergolong dalam retorika monologika adalah pidato, seminar, ceramah, bercerita, dan deklamasi.
Keempat jenis keterampilan berbicara retorika tersebut akan dijelaskan seperti berikut ini.
a) Pidato. Berpidato adalah jenis berbicara yang bersifat satu arah. Audien atau orang lain berperan sebagai penyimak. Seseorang yang berpidato akan terus berbicara tanpa disela oleh audien atau penyimak. Masalah yang disampaikaan biasanya berupa materi pokok pikiran atau pendapat yang dimilikinya. Pidato dilakukan dalam acara-acara resmi dan ada pula yang tidak resmi. Penyampaian materi pidato dapat dilkukan dengan cara bebas (secara langsung) dan ada yang menggunakan teks. Pidato yang menggunakan teks biasanya dilangsungkan dalam acara resmi kenegaraan atau organisasi formal.
b) Ceramah. Ceramah adalah keterampilan berbicara satu arah. Ceramah dilakukan untuk keperluan belajar mengajar di sekolah seperti guru ketika mengajar. Guru ceramah di depan peserta didik untuk menyampaikan materi dan pokok-pokok pikiran. Sementara itu, peserta didik menyimak materi yang disampaikan pendidik.
c) Bercerita. Bercerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan secara lisan, baik dari kejadian nyata (nonfiksi) ataupun tidak nyata (fiksi). Bercerita merupakan sebuah penuturan yang dimaksudkan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Tujuan utama dari bercerita pada dasarnya untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi kepada orang lain. Bercerita memiliki fungsi yang amat penting bagi peserta didik seperti membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak, media penyampain pesan, pendidikan imajinasi, menyalurkan dan mengembangkan emosi, memperkaya pengalaman batin, dan sarana hiburan. Oleh karena itu, pendidik ketika bercerita perlu memperhatikan isi cerita, bahasa cerita, dan karakteristik peserta didiknya.
d) Deklamasi. Deklamasi berasal dari bahasa Inggris “declamation” yang terbentuk dari kata kerja “to declaim” yang berarti berbicara dengan penjiwaan dan perasaan yang mendalam. Berdeklamasi adalah berbicara yang memiliki sifat dan gaya yang khas. Seorang pendeklamasi seolah-olah mengerti atau bahkan memiliki perasaan yang sama dengan pengarangnya. Deklamasi tergolong berbicara satu arah yang bertujuan agar penonton dapat menikmati keindahan, serta menimbulkan rasa keharuan atau emosional artistik mengenai isinya.
2) Berbicara Dialektika.
Berbicara dialektika adalah keterampilan menuangkan hasil pikiran secara teratur, logis, dan teliti yang diawali dengan tesis, antitesis, dan sintesis melalui Bahasa lisan. Berbicara dialektika adalah ilmu tentang seni berbicara secara dialog, dimana dua orang atau lebih berbicara atau mengambil bagian dalam satu proses pembicaraan. Bentuk berbicara dialektika adalah diskusi, rapat, wawancara, talkshow/percakapan dan debat.
a) Diskusi. Kata diskusi berasal dari kata discussus (Latin) yang berarti bertukar pendapat. Diskusi pada umumnya bertujuan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang suatu masalah atau untuk memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Diskusi adalah bertukar pikiran mengenai suatu masalah yang sifatnya actual dan menyankut kepentingan umumdan keputusan yang diambil secarah musyawarah. Komponen dalam diskusi terdiri atas ketua/moderator, notulis, dan peserta diskusi.
b) Seminar. Seminar adalah jenis berbicara yang berlangsung antara seorang pembicara dengan beberapa orang penyimak. Seminar dilakukan dalam ruangan yang dihadiri oleh beberapa audien sebagai penyimak. Audien atau peserta seminar dapat mengajukan pertanyaan dan pendapat atau pokok pikiran yang disampaikan pada pembicara. Dalam acara seminar, pembicara disebut pemateri/Narasumber yang dipandu oleh ketua seminar dan dibantu notulen.
c) Wawancara. Wawancara adalah suatu percakapan antara dua atau lebih yang dilakukan oleh pewawancara dan narasumber. Wawancara merupakan komunikasi lisan yang dilakukan secara terstruktur secara dua arah baik secara langsung maupun tidak langsung kepada orang lain. Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi yang jelas dan akurat dari narasumber dengan pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan kepada narasumber. Selain itu, wawancara juga berfungsi untuk membahas dan menggali informasi tertentu guna mencapai tujuan tertentu. Selain itu, tujuan wawancara secara spesifik dapat digunakan untuk menggali dan mendapatkan data dan informasi dari sumber pertama; melengkapi informasi atau data; mendapatkan konfirmasi serta pengumpulan data lain yang dibutuhkan.
d) Percakapan (talkshow). Percakapan (talkshow) dilakukan dua orang atau lebih oleh moderator kepada narasumber. Percakapan bertujuan untuk mendapatkan informasi yang akurat dari narasumber terkait bidang atau keahlian yang dimiliki narasumber. Selain itu, percakapan juga dapat digunakan sebagai kontrol kerja pemerintah dan hiburan bagi khalayak umum.
e) Debat. Debat adalah kegiatan berbicara dalam bentuk dua arah. Masing-masing pembicara beradu argumen (pendapat) masing-masing dengan memberikan alasan-alasan yang logis dan dapat diterima. Debat berisi logika argumentasi yang disampaikan oleh pembicara, terlepas dari gaya bicaranya. Isi debat dinilai dari kekuatan logika, relevansi argumen, dan penggunaan data-data yang terkait dengan topik debat. Sanggahan terhadap argumentasi lawan juga memiliki bobot yang sama dengan argumen, yang harus dibuktikan logika serta relevansinya.
Sumber: Pujiono, Setyawan. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 5 Keterampilan Berbahasa Produktif. Kemdikbud.
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar