Struktur Teks Cerpen dan Unsur Kebahasaan Teks Cerpen


Struktur Teks Cerpen dan Unsur Kebahasaan Teks Cerpe

Struktur Teks  Cerpen

Berbicara mengenai struktur teks cerpen, maka beberapa hal berikut perlu dipelajari. Cerpen terdiri atas bagian-bagian berikut. 

1). Abstrak. Abstrak disebut juga ringkasan atau inti cerita yang akan dikembangkan pengarang menjadi Rangkaian peristiwa yang dialami tokoh. Teks cerpen ini bersifat opsional, artinya sebuah teks cerpen bisa saja tidak melalui tahapan ini. 

2).   Orientasi. Struktur orientasi  merupakan  bagian  pendahuluan  dalam  sebuah  cerita  baik pengenalan sifat tokoh, latar cerita, maupun alur cerita.

3).   Komplikasi. Struktur komplikasi atau konflik dapat terdiri dari satu. Berbagai konflik tersebut akhirnya mengarah pada klimaks.

4).  Evaluasi. Pada struktur evaluasi, konflik yang terjadi diarahkan pada pemecahan masalah sehingga mulai tampak penyelesaiannya. 

5). Resolusi. Pada tahap resolusi pengarang akan mengungkapkan solusi dari berbagai konflik yang dialami tokoh. 

6).    Koda. Koda merupakan bagian akhir dalam sebuah cerita.

Unsur kebahasaan teks cerpen


Unsur kebahasaan teks cerpen adalah unsur-unsur yang membangun teks tersebut (Sam, 2014). Beberapa unsur kebahasaan teks cerpen antara lain ragam bahasa sehari-hari, kosakata, majas atau gaya bahasa, dan kalimat deskriptif. Berikut ini penjelasan mengenai unsur kebahasaan teks cerpen. 

1) . Ragam Bahasa Sehari-hari atau Bahasa Tidak Resmi. Cerpen merupakan cerita fiksi bukan karangan ilmiah (nonfiksi) yang harus menggunakan bahasa resmi. 

Cerpen mengisahkan kehidupan sehari-hari. Kalimat ujaran langsung yang digunakan sehari-hari membuat cerpen terasa lebih nyata. Dalam cerpen “Aku dan Cita- Citaku” karya Hiakri Inka, kita sering menemukan bahasa pergaulan sehari-hari.

2). Kosakata. Seorang penulis cerpen harus mempunyai banyak perbendaharaan kata. Pilihan kata atau diksi sangatlah penting karena menjadi tolak ukur kualitas cerpen yang dihasilkan. Diksi menambah keserasian antara bahasa dan kosakata yang dipakai dengan   pokok   isi   cerpen   yang   ingin   disampaikan   kepada pembaca. 

3). Majas (Gaya Bahasa). Peristiwa pemakaian kata yang melewati batas-batas maknanya yang lazim atau menyimpang dari arti harfiahnya. Majas disebut juga bahasa berkias yang dapat menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu. Terdapat sekitar enam puluh gaya bahasa, namun Gorys Keraf (1990) membaginya menjadi empat kelompok, yaitu majas perbandingan (metafora, personifikasi, depersonifikasi, alegori, antitesis), majas pertentangan (hiperbola, litotes,  ironi,  satire,  paradoks, klimaks,  antiklimaks), majas pertautan (metonimis, sinekdoke, alusio, eufemisme, ellipsis), dan majas perulangan (aliterasi,  asonansi,  antanaklasis, anafora,  simploke). 

4).  Kalimat Deskriptif. Kalimat deskriptif adalah kalimat yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu.  Dalam  cerpen,  kalimat  deskriptif  digunakan  untuk menggambarkan suasana, tempat, tokoh dalam cerita. Contohnya dalam cerpen “Aku dan Cita-Citaku” karya Hiakri Inka.

Aku menatap lalu lalang mobil dengan pandangan bingung. Bus yang membawaku pulang ke  rumah melaju kencang atau bisa dibilang ugal-ugalan. Jujur, aku bingung. Kejadian di sekolah tadi masih mengganggu pikiranku. Memang bukan kejadian besar, tetapi itu membuatku berpikir keras dan berusaha mencari kejelasan atas apa yang aku lakukan.




Sumber: Lestyarini, Beniati. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 6 Genre Teks dalam Bahasa Indonesia. Kemdikbud.


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar