Teks Hikayat : Pengertian, Ciri, Struktur, Contoh, Telaah struktur dan kaidah kebahasan teks hikayat


 

Teks Hikayat : Pengertian, Struktur, Contoh, Telaah struktur dan kaidah kebahasan teks hikayat
Hikayat 

Pengertian Teks Hikayat

Kata hikayat berasal dari kata kerja bahasa Arab yang artinya "memberitahu" dan "menceritakan". Hikayat menyampaikan kisah manusia (legendaris) dan seringkali juga tentang hewan yang bersifat layaknya manusia, seperti kemampuan untuk berbicara. Hikayat jarang digambarkan sebagai laporan yang bersifat sejarah (Mcglynn 1999:76).

Hikayat merupakan salah satu karya sastra Melayu klasik. Cerita hikayat umumnya menceritakan tentang kebesaran dan kepahlawanan orang-orang ternama, para raja, atau orang-orang suci di sekitar istana dengan segala kesaktian, keanehan, dan keajaiban tokohnya.

Hikayat bisa dikatakan mirip dengan sejarah atau riwayat hidup seseorang. Pada zaman dahulu hikayat merupakan ceritayang biasa digunakan untuk pelipur lara, pembangkit semangat juang, atau sekedar meramaikan sebuah pesta rakyat.

Ciri hikayat 

Ciri hikayat yang paling menonjol adalah penggunaan bahasa Melayu yang masih amat kental. Pada umumnya, cerita hikayat dimulai dengan kana maka,  sebermula, arkian, syahdan, alkisah, hatta, atau tersebutlah. Meskipun memang banyak poin yang membedakan antara hikayat dengan karya sastra lainnya. Diantaranya:

1. Nama pengarangnya tidak dikenal (Anonim)
2. Berupasastra lisan yang disampaikan turun temurun.
3. Bersifat statis, arinya cerita hikayat tetap dan tidak berubah dan tidak berkembang.
4. Bersifat tradisional atau meneruskan budaya lama yang dianggap baik.
5. Bersifat didaktis baik moral maupun religius.
6. Bersifat komunal, artinya hikayat adalah milik masyarakat.
7. Istana sentris atau cenderung mengisahkan orang-orang yang berada di sekitar kerajaan.
8. Menceritakan kisah universal manusia, yaitu cerita peperangan antara tokoh yang baik dengan tokoh yang buruk. Dalam hikayat, tokoh yang baik selalu menang.

Unsur-unsur Intrinsik Hikayat

1. Tema
adalah ide pokok atau gagasan yang mendasari ide cerita.
2. Tokoh dan Penokohan
Berkaitan dengan sifat atau karakter tokoh dalam cerita.
3. Latar
Berkaitan dengan latar tempat, latar waktu dan latar suasana
4. Sudut pandang
Berkaitan dengan cara pengarang menempatkan diri dalam cerita.
5. Alur
Merupakan rangkaian peristiwa yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu cerita
6. Amanat
yaitu pesan yang hendak disampaikan pengarang kepada pendengar cerita hikayat
7. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan pengarang.

Unsur Ekstrinsik Hikayat

1. Nilai Moral
Adalah nilai yang berhubungan dengan baik buruknya sikap atau perbuatan tokoh dalam hikayat
Contoh: Tidak mau bekerja keras untuk mendapatkan sesuatu.
Hatta datanglah ke Sembilan orang anak raja meminta susu kambing yang disangkaya susu harimau beranak muda itu.
Kewajiban belajar ilmu agama sejak usia kecil.
Maka anakanda baginda yang dua orang itu pun sampailah usia tujuh tahun dan dititahkan pergi mengaji kepada Mualim Sufian. Sesudah tahu mengaji, mereka dititah pula mengaji kitab usul, fikih, hingga saraf, tafsir sekaliannya diketahuinya.

2. Nilai sosial
Merupakan nilai yang berhubungan dengan kehidupan di dalam masyarakat
Contoh: Tidak melihat status perbedaan social.
Si Kembar menolak dengan mengatakan bahwa dia adalah hamba yang hina. Tetapi, tuan putri menerimanya dengan senang hati.
Membantu orang-orang yang berada dalam posisi kesulitan.
Dengan segera Syah Peri mengeluarkan dayang-dayang itu. Tatkala Garuda itu dating, Garuda itu dibunuhnya.

3. Nilai agama
adalah nilai yang berhubungan dengan masalah keagamaan atau hubungan manusia dengan Tuhan.
Contoh: Memohon kepada Tuhan dengan berdoa dan bersedekah agar dimudahkan urusannya.
Maka pada suatu hari, ia pun menyuruh orang membaca doa kunut dan sedekah kepada fakir miskin.
Pasrah kepada Tuhan setelah beusaha.
Maka ia pun menyerahkan dirinya kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dan berjalan dengan sekuatnya.

4. Nilai Pendidikan
Nilai yang berhubungan dengan sikap dan tata laku seseorang melalui upaya pengajaran dan latihan.
Contoh: Mereka berjalan menuju ke sebuah sekolah untuk menimba ilmu.
Kedua kakak beradik itupun berargumen dalam menyelesaikan tugas dari gurunya.

5. Nilai Budaya
merupakan nilai yang berhubungan dengan adat istiadat dan kebudayaan suatu daerah yang mendasari suatu cerita.
Contoh:Raja ditunjuk berdasarkan keturunan dan raja yang memiliki putra lebih dari satu selalu mencari tahu siapa yang paling gagah dan pantas menjadi penggantinya.
Maka baginda pun bimbanglah, tidak tahu siapa yang patut dirayakan dalam negeri karena anaknya kedua orang itu sama-sama gagah. Jikalau baginda pun mencari muslihat; ia menceritakan kepada kedua anaknya bahwa ia bermimpi bertemu dengan seorang pemuda yang berkata padanya: barang siapa yang dapat mencari buluh perindu yang dipegangnya, ialah yang patut menjadi raja di dalam negeri.

Struktur Hikayat

Struktur hikayat terdiri dari empat unsur, yaitu: 
1) Tema: Menyangkut soal kepercayaan, pendidikan, agama, pandangan hidup, adat-istiadat, percintaan, dan sosial. 
2) Penokohan:  Erat  kaitannya  dengan  alur  dan  peristiwa-peristiwa. Hikayat tampaknya tidak jauh berbeda dengan Roman. 
3). Pertentangan antara tokoh utama yang baik dan yang jahat. Biasanya yang baiklah yang mendapat kemenangan, sedangkan yang jahat dapat dikalahkan. 
4). Latar: Lingkungan atau menyangkut aspek yang lebih luas. Memahami latar hikayat tidak lepas dari lingkungan pengarang pada  saat itu.  
5).Sudut pandang: Menceritakan suatu peristiwa, pengarang boleh memilih sudut pandang mana ia akan menceritakan cerita itu. Pada umumnya, pengarang hikayat adalah pengarang pengamat. Seorang penulis hikayat seolah-olah mengetahui apa saja yang akan terjadi dalam cerita yang disampaikan.

Contoh Teks Hikayat

Contoh membelajarkan cara telaah struktur retorik teks hikayat.

“HIKAYAT BUNGA KEMUNING”

Dahulu kala, ada seorang raja yang memiliki sepuluh orang puteri yang cantik-cantik. Sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana. Tetapi ia terlalu sibuk dengan kepemimpinannya, karena itu ia tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya. Istri sang raja sudah meninggal dunia ketika melahirkan anaknya yang bungsu, sehingga anak sang raja diasuh oleh inang pengasuh. Puteri-puteri Raja menjadi manja dan nakal. Mereka hanya suka bermain di danau. Mereka tak mau belajar dan juga tak mau membantu ayah mereka. Pertengkaran sering terjadi diantara mereka.

Kesepuluh puteri itu dinamai dengan nama-nama warna. Puteri Sulung bernama Puteri Jambon. Adik- adiknya dinamai Puteri Jingga, Puteri Nila, Puteri Hijau, Puteri Kelabu, Puteri Oranye, Puteri Merah Merona, Puteri Kuning dan 2 puteri lainnya. Baju yang mereka pun berwarna sama dengan nama mereka. Dengan begitu, sang raja yang sudah tua dapat mengenali mereka dari jauh. Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah  kepada  siapapun. Ia  lebih  suka  bebergian dengan  inang  pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya.

Pada suatu hari, raja hendak pergi jauh. Ia mengumpulkan semua puteri-puterinya. "Aku hendak pergi jauh dan lama. Oleh-oleh apakah yang kalian inginkan?" tanya raja. "Aku ingin perhiasan yang mahal," kata Puteri Jambon. "Aku mau kain sutra yang berkilau- kilau," kata Puteri Jingga. 9 anak raja meminta hadiah yang mahal-mahal pada ayahanda mereka. Tetapi lain halnya dengan Puteri Kuning. Ia berpikir sejenak, lalu memegang lengan ayahnya. "Ayah, aku hanya ingin ayah kembali dengan selamat," katanya. Kakak- kakaknya tertawa dan mencemoohkannya. "Anakku, sungguh baik perkataanmu. Tentu saja aku akan kembali dengan selamat dan kubawakan hadiah indah buatmu," kata sang raja. Tak lama kemudian, raja pun pergi.

Selama sang raja pergi, para puteri semakin nakal dan malas. Mereka sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka. Karena sibuk menuruti permintaan para
 puteri yang rewel itu, pelayan tak sempat membersihkan taman istana. Puteri Kuning sangat sedih melihatnya karena taman adalah tempat kesayangan ayahnya. Tanpa ragu, Puteri Kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu. Daun-daun kering dirontokkannya, rumput liar dicabutnya, dan dahan-dahan pohon dipangkasnya hingga rapi. Semula inang pengasuh melarangnya, namun Puteri Kuning tetap berkeras mengerjakannya.

Kakak-kakak Puteri Kuning yang melihat adiknya menyapu, tertawa keras-keras. "Lihat tampaknya kita punya pelayan baru,"kata seorang diantaranya. "Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!" ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acak-acakan. Puteri Kuning diam saja dan menyapu sampah-sampah itu. Kejadian tersebut terjadi berulang- ulang sampai Puteri Kuning kelelahan. Dalam hati ia bisa merasakan penderitaan para pelayan yang dipaksa mematuhi berbagai perintah kakak-kakaknya.

"Kalian ini sungguh keterlaluan. Mestinya ayah tak perlu membawakan apa-apa untuk kalian.

Bisanya hanya mengganggu saja!" Kata Puteri Kuning dengan marah. "Sudah ah, aku bosan. Kita mandi di danau saja!" ajak Puteri Nila. Mereka meninggalkan Puteri Kuning seorang diri. Begitulah yang terjadi setiap hari, sampai ayah mereka pulang. Ketika sang raja tiba di istana, kesembilan puteri nya masih bermain di danau, sementara Puteri Kuning sedang merangkai bunga di teras istana. Mengetahui hal itu, raja menjadi sangat sedih. "Anakku yang rajin dan baik budi! Ayahmu tak mampu memberi apa-apa selain kalung batu hijau ini, bukannya warna kuning kesayanganmu!" kata sang raja.

Raja memang sudah mencari-cari kalung batu kuning di berbagai negeri, namun benda itu tak pernah ditemukannya. "Sudahlah Ayah, tak mengapa. Batu hijau pun cantik! Lihat, serasi benar dengan bajuku yang berwarna kuning," kata Puteri Kuning dengan lemah lembut. "Yang penting, ayah sudah kembali. Akan kubuatkan teh hangat untuk ayah," ucapnya lagi. Ketika Puteri Kuning sedang membuat teh, kakak-kakaknya berdatangan. Mereka ribut mencari hadiah dan saling memamerkannya. Tak ada yang ingat pada Puteri Kuning, apalagi  menanyakan hadiahnya.  Keesokan  hari,  Puteri  Hijau  melihat  Puteri Kuning memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!" katanya dengan perasaan iri.

Ayah memberikannya padaku, bukan kepadamu," sahut Puteri Kuning. Mendengarnya, Puteri Hijau menjadi marah. Ia segera mencari saudara-saudaranya dan menghasut mereka. "Kalung itu milikku, namun ia mengambilnya dari saku ayah. Kita harus mengajarnya berbuat baik!" kata Puteri

Hijau. Mereka lalu sepakat untuk merampas kalung itu. Tak lama kemudian, Puteri Kuning muncul. Kakak-kakaknya menangkapnya dan memukul kepalanya. Tak disangka, pukulan tersebut menyebabkan Puteri Kuning meninggal. "Astaga! Kita harus menguburnya!" seru Puteri Jingga. Mereka beramai-ramai mengusung Puteri Kuning, lalu  menguburnya di taman     istana.     Puteri    Hijau     ikut  mengubur  kalung  batu  hijau,  karena  ia  tak menginginkannya lagi.

Sewaktu raja mencari Puteri Kuning, tak ada yang tahu kemana puteri itu pergi. Kakak- kakaknya pun diam seribu bahasa. Raja sangat marah. "Hai para pengawal! Cari dan temukanlah Puteri Kuning!" teriaknya. Tentu saja tak ada yang bisa menemukannya. Berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil mencarinya. Raja sangat sedih. "Aku ini ayah yang buruk," katanya." Biarlah anak-anakku kukirim ke tempat jauh untuk belajar dan mengasah budi pekerti!" Maka ia pun mengirimkan puteri-puterinya untuk bersekolah di negeri yang jauh. Raja sendiri sering termenung-menung di taman istana, sedih memikirkan Puteri Kuning yang hilang tak berbekas.

Suatu hari, tumbuhlah sebuah tanaman di atas kubur Puteri Kuning. Sang raja heran melihatnya.  "Tanaman apakah  ini?  Batangnya bagaikan  jubah  puteri,  daunnya  bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Tanaman ini mengingatkanku pada Puteri Kuning. Baiklah, kuberi nama ia Kemuning.!" kata raja dengan senang. Sejak itulah bunga kemuning mendapatkan namanya. Bahkan, bunga- bunga kemuning bisa digunakan untuk mengharumkan rambut. Batangnya dipakai untuk membuat kotak-kotak yang indah, sedangkan kulit kayunya dibuat orang menjadi bedak. Setelah mati pun, Puteri Kuning masih memberikan kebaikan.

Telaah struktur dan kaidah kebahasaan teks hikayat

Telaah struktur dan kaidah kebahaan teks hikayat Bunga Kemuning

a) Telaah unsur intrinsik

(1) Alur/plot   : Alur maju, karena dalam cerita ini tidak menceritakan tentang masa lalu.

(2) Tema        : Kekeluargaan, Kerajaan dan Kasih sayang tulus seorang anak kepada ayahnya.

(3) Latar/setting: Latar tempat :Kerajaan (bukti: hikayat ini mengisahkan tentang kerajaan jaman dahulu). Taman (bukti : tanpa ragu, putri kuning mengambil sapu dan mulai membersihkan taman itu). Danau (bukti : ketika sang raja tiba di istana kesembilan putrinya masih bermain di danau). Teras istana (bukti : sementara putri kuning sedang merangkai bunga di teras istana). -Latar waktu : Pada zaman dahulu kala. -Latar suasana Sedih (bukti: berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, tak ada yang berhasil menemukan Putri Kemuning. Raja sangat sedih. "Aku ini ayah yang buruk," katanya).

(4) Tokoh: Protagonis: Raja dan Putri Kuning. Antagonis: Putri Jingga, Putri Nila, Putri Hijau, Putri Kelabu, Putri Oranye, Putri Merah Merona, Putri Kuning dan 2 putri lainnya. Karakter tokoh-tokoh -Raja: Bijaksana (bukti: sang raja dikenal sebagai raja yang bijaksana) Penyayang (bukti: sang raja sangat menyayangi anak-anaknya). 

-Putri kuning: Baik hati (bukti: karna para inang sibuk untuk  menuruti permintaan kakak- kakaknya, taman menjadi tidak ada yang membersihkan. Tapi dengan senang hati putri kuning mau membantu membersihkan taman) Penyabar (bukti: “Hai pelayan! Masih ada kotoran nih!” ujar seorang yang lain sambil melemparkan sampah. Taman istana yang sudah rapi, kembali acak- acakan. Putri kuning diam saja dan menyapu sampah sampah itu). Ramah (bukti: Sebaliknya ia selalu riang dan tersenyum ramah kepada siapa pun).

- Puteri Hijau: Jahat, mudah iri (bukti: Puteri Hijau melihat Puteri Kuning memakai kalung barunya. "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku, karena aku adalah Puteri Hijau!" katanya dengan perasaan iri).- Kakak-kakak putri kuning: Nakal, manja, jahat. (bukti: sering membentak inang pengasuh dan menyuruh pelayan agar menuruti mereka, merampas kalung putri kuning, menangkap dan memukul kepala putri kuning sampai putri kuning meninggal dan menguburnya tanpa memberitahu ayahnya (raja).

5) Sudut Pandang: Orang Pertama dan orang ketiga.

(6) Amanat:-Berlaku baiklah kepada sesama saudara kita.-Berpikirlah terlebih dahulu ketika kita akan bertindak.

(7) Gaya Bahasa: Majas metafora: Batangnya bagaikan jubah puteri, daunnya bulat berkilau bagai kalung batu hijau, bunganya putih kekuningan dan sangat wangi! Majas ironi: "Wahai adikku, bagus benar kalungmu! Seharusnya kalung itu menjadi milikku” Majas Paradoks: Meskipun kecantikan mereka hampir sama, si bungsu Puteri Kuning sedikit berbeda, Ia tak terlihat manja dan nakal. Sebaliknya ia selalu riang dan dan tersenyum ramah kepada siapapun. Ia lebih suka bebergian dengan inang pengasuh daripada dengan kakak-kakaknya.

b) Telaah unsur ekstrinsik

(1) Nilai Sosial: Mencoba untuk lebih baik

(2) Nilai Agama: Berbuat baik walaupun dibalas kejahatan (Bukti agama islam) 

(3)  Nilai Moral: Keburukan akan terbongkar dengan sendirinya walaupun ditutupi. 

(4) Nilai Budaya: Sopan dan santun kepada orang tua, Pada jaman dahulu
tentang pemberian nama putri atau putra. 




Sumber: Lestyarini, Beniati. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 6 Genre Teks dalam Bahasa Indonesia. Kemdikbud.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar