Resensi : Pengertian, Jenis, Struktur, Dan Contoh Resensi


 

Resensi : Pengertian, Jenis, Struktur, Dan Contoh Resensi
Resensi : Pengertian, Jenis, Struktur, Dan Contoh Resensi

Pengertian Resensi

Resensi ini berasal dari Belanda resentie serta Bahasa Latin recensio, recensere atau juga revidere yang mempunyai arti mengulas kembali atau   juga melihat kembali. Sementara dalam Bahasa Inggris dikenal dengan istilah review. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonsia (2017), resensi ini diartikan ialah sebagai pertimbangan atau juga pembicaraan dan ulasan mengenai buku. Sementara itu, Poerwadarminta (Romli, 2003:75) menjelaskan resensi secara bahasa ialah sebagai pertimbangan atau juga perbincangan mengenai sebuah buku yang menilai kelebihan atau juga kekurangan buku tersebut, menarik- tidaknya tema serta isi buku, kritikan, dan juga memberi dorongan kepada khalayak mengenai perlu tidaknya buku tersebut untuk dibaca dan juga dimiliki atau dibeli.

Jenis jenis Resensi

Ada beberapa jenis resensi yang dikenal. 
1) Resensi Informatif, yakni suatu resensi yang hanya menyampaikan isi dari resensi dengan secara singkat serta umum dari keseluruhan isi buku. 
2) Resensi Deskriptif, merupakan suatu resensi yang membahas dengan secara detail/ lengkap pada setiap bagian atau babnya.
3) Resensi Kritis merupakan suatu resensi yang berbentuk ulasan detail/lengkap dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi tersebut biasanya kritis dan juga objektif dalam menilai isi buku.

Struktur Resensi

Hal yang perlu Anda ajarkan kepada siswa ialah mengenai struktur teks resensi ini yang meliputi beberapa bagian berikut :
1)  Identitas,   melingkupi   judul,   pengarang,   tahun   terbit,   tebal   halaman, penerbit, dan juga ukuran buku. Bagian diatas mungkin saja tidak dinyatakan dengan secara langsung, seperti yang tampak pada teks ulasan film serta juga juga lagu.
2)  Orientasi, biasanya letaknya itu pada paragraf pertama, yakni penjelasan mengenai/tentang keunggulan buku seperti penghargaan yang pernah didapatkan oleh buku yang diresensi.
3) Sinopsis, yakni ringkasan yang menggambarkan pemahaman penulis terhadap isi novel.
4)  Analisis, berisi  paparan mengenai atau  tentang keberadaan unsur-unsur cerita, seperti tema, penokohan, dan juga alur.
5) Evaluasi, adalah paparan mengenai kelebihan/keunggulan serta juga kekurangan suatu karya. 

Contoh Resensi

Contoh membelajarkan cara telaah struktur retorik teks resensi.

Petualangan Bocah di Zaman Jepang

1)         Identitas
Judul Novel      : Saksi Mata
Pengarang         : Suparto Brata
Penerbit            : Penerbit Buku KOMPAS Tebal : x + 434 halaman

2)         Orientasi
(memperkenalkan pengarang, tujuan pengarang buku, dll)

Setelah membaca novel yang sangat tebal ini, saya jadi teringat dengan novel Mencoba Tidak Menyerah-nya Yudhistira A.N. Massardhie dan juga novel Ca Bau Kan-nya Remy Sylado. Dalam novel Mencoba Tidak Menyerah, yang menjadi tokoh sentralnya adalah bocah laki-laki berusia sepuluh tahun sedangkan dalam novel Ca Bau Kan yang telah diangkat ke layar lebar, digambarkan bagaimana keadaan Jakarta Kota era zaman penjajahan Belanda dengan sangat detail. Lalu apa hubungannya dengan novel Saksi Mata karya Suparto Brata ini?

Dalam Saksi Mata, yang menjadi “jagoan” alias tokoh utamanya adalah bocah berusia dua belas tahun bernama Kuntara, seorang pelajar sekolah rakyat Mohan-gakko dan mengambil seting kota Surabaya di zaman penjajahan Jepang dengan penggambaran yang sangat apik, detail dan sangat memikat. Novel setebal 434 halaman ini sendiri sebenarnya merupakan cerita bersambung yang dimuat di Harian Kompas pada rentang waktu 2 November 1997 hingga 2 April 1998.

3)         Sinopsis
Kisah  berawal  saat  Kuntara  secara  tidak  sengaja  memergoki buliknya Raden  Ajeng Rumsari alias Bulik Rum tengah bercinta dengan Wiradad di sebuah bungker perlindungan-belakangan baru diketahui oleh Kuntara kalau Wiradad adalah suami sah dari Bulik Rum. “Pemandangan” yang luar biasa itu dan belum patut untuk disaksikan oleh Kuntara membuat perasaan hatinya berkecamuk. Kuntara pun masygul dengan apa yang dilakukan oleh Bulik Rum yang selama ini selalu dihormatinya. Namun ia bisa mengerti kalau ternyata Bulik Rum yang cantik ini menyembunyikan sejuta kisah yang tak bakal disangka-sangka.

Bulik Rum adalah “wanita simpanan” tuan Ichiro Nishizumi, meski pekerjaan sehari- harinya bekerja di pabrik karung Asko. Mau tidak mau Bulik Rum harus melayani nafsu Ichiro Nishizumi kapan saja. Sebenarnya Bulik Rum sudah menikah dengan Wiradad tetapi tuan Ichiro Nishizumi tidak peduli dengan menyusul Bulik Rum ke Surabaya.

Saat Wiradad akan bertemu dengan Bulik Rum inilah terjadi sesuatu yang diluar dugaan. Okada yang merupakan guru Kuntara di sekolah rakyat Mohan-gakko berupaya untuk melampiaskan nafsunya kepada Bulik Rum, yang dengan tegas menolak keinginan Okada. Okada yang gelap mata ini segera menikamkan samurai kecilnya hingga akhirnya Bulik Rum terbunuh di bungker perlindungan. Okada yang selama ini sangat dihormati oleh Kuntara tenyata memiliki tabiat tidak beda dengan Tuan Ichiro Nishizawa, sama-sama doyan tidur dengan berbagai macam perempuan. Dari sinilah awal kisah “petualangan” Kuntara dalam mengungkap kasus terbunuhnya Bulik Rum hingga upaya untuk membalas dendamnya bersama dengan Wiradad kepada tuan Ichiro Nishizawa dan juga Okada.Sejak kasus terbunuhnya Bulik Rum ini, keluarga Suryohartanan—tempat Kuntara dan ibunya 
menetap--mulai terlibat dengan berbagai kejadian yang mengikutinya. Kuntara yang tidak menginginkan keluarga ini terlibat dengan permasalahan yang terjadi dengan sengaja menyembunyikannya. Dengan  segala  “kecerdikan”  ala  detektif  cilik  Lima  Sekawan Kuntara berupaya menyelesaikan kasus ini bersama dengan Wiradad.

4)         Analisis
Sangat jarang sekali novel-novel “serius” di Indonesia yang terbit dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir yang menggunakan tokoh utama seorang anak kecil, selain dari novel Mencoba Tidak Menyerahnya Yudhistira ANM, mungkin hanya novel Ketika Lampu Berwarna Merah karya cerpenis Hamsad Rangkuti. Adalah hal yang menarik apabila membaca cerita sebuah novel “serius” dengan tokoh utama seorang anak kecil karena ia memiliki perspektif atau pandangan berbeda mengenai dunia dan segala sesuatu yang terjadi, bila dibandingkan dengan orang dewasa. Kita bisa membayangkan bagaimana seorang Kuntara yang baru berusia dua belas tahun menanggapi berbagai peristiwa yang terjadi dengan diri, keluarga, dan lingkungan sekitarnya pada masa penjajahan Jepang dan dengan “kepintarannya” ia mencoba untuk memecahkan persoalan tersebut. Meski menarik tetap saja akan memunculkan pertanyaan bagaimana bisa bocah dua belas tahun menjadi “sangat pintar”?

5)         Evaluasi (keunggulan dan kekurangan buku)
Keunggulan lain dari novel ini adalah penggambaran suasana yang detail mengenai kota Surabaya di tahun 1944 (zaman pendudukan Jepang), malah ada lampiran petanya! Suasana kota Surabaya di zaman itu juga “direkam” dengan indah oleh Suparto Brata. Kita bisa membayangkan bagaimanan keadaan kampung SS Pacarkeling yang kala itu masih “berbau”. Sebagai arek Suroboyo yang tentunya mengenal seluk beluk kota Buaya ini, Suparto Brata jelas tidak mengalami kesulitan untuk melukiskan keadaan ini. Apalagi ia adalah penulis yang hidup
dalam tiga zaman- -kolonialisme Belanda, pendudukan Jepang dan era kemerdekaan. Penggambaran suasana yang detail ini juga berkonsekuensi kepada cerita yang cukup panjang meski tetap tanpa adanya maksud untuk bertele-tele. Tidak ada satupun terjemahan untuk kosakata Jepang tersebut. Jadi bagi yang tidak mengerti bahasa Jepang, seperti saya juga, ya tebak-tebak saja sendiri.

6)         Penutup
Novel ini juga diperkaya dengan adanya kosakata dan lagu-lagu Jepang yang makin menghidupkan suasana zaman pendudukan balatentara Jepang di Indonesia. Tetapi uniknya, tidak ada satupun terjemahan untuk kosakata Jepang tersebut. Jadi bagi yang tidak mengerti bahasa Jepang, seperti saya juga, ya tebak-tebak saja sendiri.


Ciri Kebahasaan Teks Resensi. Teks resensi tersebut memiliki kaidah-kaidah kebahasaan seperti berikut.
1) Banyak menggunakan konjungsi penerang, seperti bahwa, yakni, yaitu

2) Banyak  menggunakan  konjungsi  temporal:  sejak,  semenjak,  kemudian, akhirnya 
Contoh pada teks sebagai berikut.

“Setelah membaca novel yang sangat tebal ini, saya jadi teringat dengan novel Mencoba Tidak Menyerah-nya Yudhistira A.N. Massardhie dan juga novel Ca Bau Kan-nya Remy Sylado”

3) Banyak menggunakan konjungsi penyebababan: karena, sebab. Contoh pada teks sebagai berikut.
“Adalah hal yang menarik apabila membaca cerita sebuah novel “serius” dengan tokoh utama
seorang anak kecil karena ia memiliki perspektif atau pandangan berbeda mengenai dunia dan  segala sesuatu yang terjadi”

4) Menggunakan pernyataan-pernyataan yang berupa saran atau rekomendasi pada bagian akhir
teks. Hal ini ditandai oleh kata jangan, harus, hendaknya.




Sumber: Lestyarini, Beniati. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 6 Genre Teks dalam Bahasa Indonesia. Kemdikbud.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar