Sistem Klasifikasi Makhluk Hidup : Artifisial, Alami (Natural), dan Filogeni


Dengan pengelompokan makhluk hidup, maka kita sebenarnya akan mempersempit objek kajian, sehingga akan mempermudah kita untuk mengenal, mempelajari, dan akhirnya memanfaatkan makhluk hidup untuk kepentingan manusia.

Pengelompokan makhluk hidup dapat dilakukan dengan berbagai sistem. Sistem pengelompokkan tersebut yaitu artifisial, natural, dan filogeni. 

a.    Sistem Klasifikasi Buatan (Artifisial)

Sistem klasifikasi buatan merupakan suatu cara pengelompokan berdasarkan pada   karakter-karakter   yang   dihubungkan   dengan   kepentingan   manusia. Misalnya pada tumbuhan terdapat beberapa cara penggolongan, diantaranya berdasarkan:

1)  Umur

Kita  mengenal ada tumbuhan semusim/setahun (annual), contoh diantaranya Cabe, Tomat, dan Bunga Matahari. Ada juga yang tahunan, contoh diantaranya Jati, Kihujan, Mangga, Alpukat, dan Jambu Air.

2)  Kegunaannya

Pengelompokan berdasarkan kegunaan misalnya tanaman pangan seperti Padi, Singkong, dan Kentang. Tanaman obat misalnya Binahong, Mahkota Dewa, dan Sirih. Tanaman perkebunan, seperti Jati, Mahoni, Gaharu, dan lain-lain.

3)  Habitatnya

Berdasarkan   habitatnya   dikenal   tumbuhan   xerofit   (tumbuhan   yang   dapat bertahan di daerah kering, seperti Kaktus, ada juga tumbuhan hidrofit (tumbuhan air seperti Kangkung, Genjer, Teratai, dan lain-lain).

4)  Kandungan gizi atau zat utamanya

Dalam pengelompokkan ini dikenal diantaranya tumbuhan sumber karbohidrat seperti Padi, Singkong, Sagu, dan lain-lain. Tumbuhan sumber protein seperti Kacang Kedelai, Kacang Tanah, dan Kacang Hijau.   Tumbuhan sumber lemak seperti Kelapa Sawit, Kemiri, dan Wijen. Melalui pengelompokan secara artifisial ini   akan   memudahkan   kita   untuk   mengenal   sehingga   akhirnya   dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia.

b.   Sistem Klasifikasi Alami (Natural)

Pengelompokkan pada sistem ini dilakukan berdasarkan pada karakter-karakter alamiah yang mudah untuk diamati, pada umumnya berasarkan karakter morfologi. Pelopor dari sistem klasifikasi alami ini adalah Carolus Linnaeus. Ia adalah yang pertama kali meletakkan dasar-dasar klasifikasi termasuk sistem tata  nama  binomial nomenclature.  Sistem  klasifikasi  makhluk  hidup  ini  terus berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan. 

Pada mulanya Carolus Linnaeus mengajukan sistem klasifikasi 2 Kingdom, yaitu Plantae dan Animalia. Namun selanjutnya Whittaker menyempurnakannya menjadi sistem klasifikasi 5 Kingdom. Kingdom Fungi dikeluarkan dari Plantae, kemudian membentuk kingdom baru yaitu Monera dan Protista. Monera yaitu golongan organisme yang merupakan prokariotik, sedangkan Protista yaitu golongan organisme mikroskopis yang merupakan organisme eukariotik.

Setelah Whittaker, ilmuwan asal Amerika Carl Woese menyempurnakannya menjadi sistem klasifikasi 6 kingdom, yaitu Eubacteria, Archaebacteria, Protista, Fungi, Plantae, dan Animalia. Namun selanjutnya Kingdom Protista sudah tidak berlaku karena anggotanya polyphyletic, yaitu ada yang mendekati karakter tumbuhan, hewan, bahkan fungi. Sama halnya dengan Kingdom Monera yang sudah tidak valid lagi sebagai suatu takson karena anggotanya terdiri dari dua golongan yang sangat berbeda karakternya (Bacteria dan Archaebacteria). Oleh karena itu dibentuklah sistem klasifikasi 3 domain yang dinilai dapat mewadahi kingdom-kingdom sebelumnya yang bermasalah (Protista dan Monera). Ketiga domain tersebut yaitu Bacteria, Archaea, dan Eucarya.


Gambar   Sejarah perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup

Gambar   Sejarah perkembangan sistem klasifikasi makhluk hidup


(sumber: http://schoolbag.info/biology/living/121.html)

Pada sistem alami, klasifikasi tumbuhan biasanya didasarkan pada morfologi dari alat perkembangbiakannya (bunga) termasuk tipe biji, morfologi akar, batang, dan daun. Sedangkan pada hewan biasanya diklasifikasikan berdasarkan jumlah sel, keberadaan tulang punggung, saluran pencernaan, sistem rangka, dan lain- lain. 

c.    Sistem Klasifikasi Filogeni

Sistem  klasifikasi filogeni  merupakan suatu cara  pengelompokkan  organisme berdasarkan garis evolusinya atau   sifat   perkembangan   genetik   organisme sejak sel pertama  hingga menjadi bentuk organisme dewasa. Sistem klasifikasi ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan teori evolusi. Pada sistem klasifikasi ini  terkadang  ada  organisme  yang  secara  morfologisnya  berbeda,  namun ternyata memiliki karakter genetik yang dekat.

Sistem klasifikasi filogeni ini merupakan sistem klasifikasi yang mendasari sistem klasifikasi  modern,  yang  dipelopori  oleh  Hudchinson,  Cronquist,  dan lainnya. Biasanya klasifikasi modern ini dilakukan dengan memperhatikan kecenderungan evolusi organisme itu lebih maju atau masih primitif adalah dengan melihat pelestarian atau penyusutan dari struktur sel atau tubuhnya akibat pengaruh seleksi alam. Sebagai contoh, dalam klasifikasi modern tumbuhan, Hutchinson mengemukakan pendapat diantaranya:

1)  Tumbuhan berdaun tunggal lebih primitif daripada berdaun majemuk

2)  Tumbuhan dikotil lebih primitif daripada tumbuhan monokotil

3)  Tumbuhan berbiji terbuka lebih primitif dari pada tumbuhan berbiji tertutup

4)  Tumbuhan berbunga dengan benang sari dan putik yang banyak lebih primitif dari pada tumbuhan berbunga dengan benang sari dan putik sedikit.

5)  Tumbuhan berbunga mahkota lepas-lepas lebih primitif daripada tumbuhan berbunga mahkota bersatu.

Pada klasifikasi hewan karakter yang diperhatikan untuk penggolongannya yaitu jumlah sel tubuhnya dan perkembangan sel tubuhnya, serta jaringan embrionalnya. Hewan yang memiliki jaringan embrional triploblastik (ada ektoderm, mesoderm, endoderm) akan memiliki struktur tubuh yang lebih sempurna daripada organisme diploblastik (ektoderm   dan endoderm saja, tapi tidak  memiliki mesoderm).

Secara umum, untuk melihat tingkat-tIngkat perkembangan makhluk hidup sebagai  dasar        klasifikasinya perlu diperhatikan: struktur selnya (prokariotik/eukariotik); jumlah sel tubuhnya (uniseluler/multiseluler); jaringan embrionalnya (diploblastik/triploblastik); bentuk tubuh dan organ tubuhnya (thallus/kormus); pergiliran keturunannya (bentuk gametofit/sporofit); dan sifat- sifat khas morfologis lainnya seperti perkembangan bagian-bagian bunganya dibandingkan lainnya.




Sumber: Modul PKB (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan) Biologi SMA Kelompok Kompetensi B, Bab Klasifikasi

Penulis: Zaenal Arifin, M. Si


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar