Teori Evolusi Aristoteles (Teori Statis)


   Evolusi merupakan kata yang berasal dari bahasa latin yang artinya ”membuka gulungan”  atau  ”membuka  lapisan”.  Kemudian  bahasa  itu  diserap  menjadi bahasa inggris evolution yang berarti perkembangan secara bertahap. Gagasan tentang evolusi biologi sudah ada sejak zaman dahulu, khususnya di antara ahli filsafat Yunani seperti Anaximander dan Epicurus serta ahli filsafat India seperti Patanjali. Namun, teori ilmiah evolusi belum mapan sampai abad ke 18 dan 19.

Aristoteles (Teori Statis) 

Menurut Aristoteles, semua bentuk kehidupan dapat disusun dalam suatu skala atau tangga dengan tingkat kerumitan yang semakin tinggi, idenya ini dikenal sebagai “skala alam‟ atau scale of nature. Aristoteles berargumentasi bahwa setiap spesies mempunyai wujud yang unik dan bisa digolongkan dari karakteristik-karakteristik kuncinya. Di dalam prosesnya, Aristoteles mengorganisasikan makhluk hidup dalam suatu hirarki seperti tangga, dengan tumbuhan ditempatkan di bagian bawah, hewan ditempatkan di pertengahan, dan manusia ditempatkan paling atas. Pada masa itu diyakini bahwa spesies itu bersifat permanen (Fixisme) di mana organisme-organisme satu spesies adalah identik, sempurna dan tidak berkembang. Kelainan pada suatu organisme adalah dosa atau hukuman, manusia pasrah kepada alam, ilmu pengetahuan belum berkembang, sehingga kreasionisme (penciptaan) merupakan satu-satunya jawaban.

manusia (paling atas)

hewan (tengah)

tumbuhan (paling bawah)


Aristoteles berpendapat bahwa organisme menempati posisi yang bertingkat atau memiliki hierarki, mulai dari yang paling rendah dan sederhana, hingga yang paling tinggi dan kompleks. Selain itu, ia juga berpendapat bahwa organisme itu tetap/kekal, dan tidak ada perubahan spesies.

Tapi sekarang, melalui metode ilmiah, kita mengetahui bahwa pandangan Aristoteles mengenai organisme adalah hal yang sangat keliru. Ternyata berbagai spesies yang sangat beragam di bumi ini tidak muncul dengan begitu saja, dan melalui proses perjalanan evolusi yang sangat panjang.

Teori evolusi zaman Aristoteles dan rekan-rekannya ini seringkali dikenal dengan masa fiksisme. Pemikiran mereka lebih bercorak pada fiksi ilmiah yang berdekatan dengan mitos. Salah satu konsep yang berkembang sampai abad ke-18 adalah anggapan bahwa organisme merupakan ciptaan Tuhan yang kemudian dikenal sebagai teori ciptaan khusus.

Selain itu, mereka juga berpendapat bahwa cacat pada anggota tubuh merupakan kutukan, bukan perubahan makhluk hidup akibat seleksi alam maupun mutasi genetik. Demikian menurut penjelasan Victoria Henuhili dkk dalam bahan ajarnya.


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar