Indonesia Masa Portugis, Spanyol, dan VOC



Indonesia Masa Portugis, Spanyol, dan VOC

a.    Penjelajahan samudera oleh bangsa Portugis

Dari Lisbon, Portugis pada tahun 1486 Bartolomeo Diaz melakukan pelayaran pertama menyusuri pantai barat Afrika. Ia bermaksud melakukan pelayaran ke Hindia Timur, namun gagal. Ia sampai di Afrika Selatan yang disebut Tanjung Harapan. Usaha Bartolomeus Diaz dilanjutkan oleh Vasco Da Gama yang menyusuri Pantai Timur Afrika dan pada 1498 ia berhasil sampai di Calicut India.
 
Perjalanan selanjutnya Portugis mencapai Malaka tahun 1511 di bawah pimpinan Alfonso d’Albuquerque. Ia berhasil menguasai Malaka, dan pada tahun 1512 bangsa Portugis telah berhasil sampai di Maluku (Ternate).

b.    Penjelajahan samudera oleh bangsa Spanyol

Christhoper Colombus mencoba mencari tanah Hindia dan informasi pusat rempah-rempah yang ramai dicari pada waktu itu tetapi sampai di kepulauan Bahama Amerika yang disangkanya adalah tanah Hindia pada 1492. Keberhasilan Colombus mendorong Magelhaens dan Del Cano untuk berlayar dalam rombongan besar, dan sampai di wilayah Maluku pada 1521. Kedatangan bangsa Spanyol di Maluku mengakibatkan perselisihan dengan Portugis yang sebelumnya sudah sampai di wilayah tersebut, sehingga pada 1534 perselisihan tersebut berakhir dengan adanya Perjanjian Saragosa.

c.    Penjelajahan Bangsa Belanda

Lisbon sebagai ibukota Portugis dan pusat perdagangan rempah-rempah saat itu menimbulkan banyak perselisihan antar pedagang, salah satunya keputusan Belanda untuk melakukan pencarian sumber rempah-rempah ke daerah asalnya. Pada 1595, Cornelis de Houtman berangkat dan sampai di wilayah Banten. Kedatangan Belanda di Banten yang awalnya diterima baik oleh masyarakat setempat kemudian menimbulkan persaingan dan ketidaksenangan masyarakat Banten dan Belanda diusir dari wilayah tersebut.


Pada 1598 dibawah pimpinan Jacob Van Neck dan Van Waerwijck Belanda datang untuk kedua kalinya di Banten. Kali ini mereka diterima baik oleh penguasa Banten, karena pada saat itu hubungan Banten dengan bangsa Portugis sedang memburuk. Kedatangan orang-orang Belanda di Pelabuhan Tuban dan Maluku juga mendapat sambutan baik dari penguasa-penguasa setempat. Dengan sikapnya yang baik orang-orang Belanda mendapatkan suatu keuntungan besar dari perdagangan rempah-rempah. Hal ini mendorong orang-orang Belanda yang lain datang ke Indonesia, dengan semakin banyaknya orang-orang belanda ini menimbulkan persaingan diantara pedagang-pedagang Belanda sendiri. Akibatnya mereka tidak lagi memperdulikan tinggi rendahnya harga rempah- rempah. Jelas ini sangat meruigikan pedagang-pedagang Belanda itu sendiri. Untuk mengatasi masalah ini dibentuklah serikat dagang yang disebut VOC (Vereenigde Oost Indische Campagnie) atas usulan salah satu pembesar Belanda yang bernama Johan Van Olden Borneveld.

Adapun tujuan dibentuknya VOC di Indonesia adalah:
a.    Menjalankan politik monopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia.
b.    Memperkuat posisi Belanda dalam menghadapi persaingan dengan bangsa-bangsa Eropa maupun Bangsa-bangsa Asia.
c.    Untuk menghindari persaingan yang tidak sehat antara pedagang Belanda, sehingga dapat diperoleh keuntungan yang besar.
d.    Untuk melaksanakan politik kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan di Indonesia.

Dalam usaha-usaha untuk mencapai cita-cita tersebut maka satu persatu pelabuhan penting segera direbut dari penguasa setempat maupun bangsa Eropa yang lainnya. Setelah berhasil Belanda juga menerapkan politik Devide Et Impera (memecah dan menguasai) atau yang lebih dikenal dengan politik adu domba untuk menaklukkan satu persatu kerajaan di Indonesia. Setelah kerajaan itu takluk maka diterapkanlah sistem monopoli terutama untuk perdagangan rempah- rempah. Agar VOC dapat mempertahankan wilayahnya maka pemerintah Belanda memberikan hak-hak istimewanya, antara lain:
a.    Boleh membentuk tentara dan mendirikan benteng sendiri.
b.    Boleh membuat mata uang sendiri.
c.    Boleh mengangkat dan memberhentikan pegawai-pegawai sendiri dari pangkat rendah sampai Gubernur Jendral
d.    Boleh berperang, berdamai, dan mengadakan perjanjian dengann raja-raja di negeri asing.
e.    Mendapat hak monopoli.

Untuk memperkuat kedudukannya maka diangkatlah seorang pmimpin yang disebut Gubernur Jendral. Gubernur Jendral yang pertama adalah Pieter Both (1610-1614). Kemudian yang kedua adalah John Pieterzoon Coen (1619). Para Gubernur tersebut ditempatkan di daerah Ambon sebagai pangkalan dagang yang paling kuat. Karena letak Ambon yang kurang strategis maka VOC berkeinginan untuk menguasahi daerah Banten untuk dijadikan pangkalan dagang yang paling kuat. Namun VOC mengalami kesulitanh menguasahi kota Banten, Maka JP. Coen mendirikan kantor dagang didaerah muara sungai Ciliwung didawerah Jayakarta. Akibatnya terjadi persaingan antara VOC dengan EIC yang lebih dahulu mendirikan kantor dagang disana. Persaingan ini menimbulkan perang teluk di Jayakarta. Ketika J.P Coen meminta bantuan pasukan ke Ambon, di Jayakarta terjadi perselisihan antara orang-orang Inggris dengan penguasa Banten. Orang- orang Inggris berhasil diusir dari Jayakarta. Waktui J.P Coen kembali Inggris sudah tidak ada. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh VOC untuk menduduki Jayakarta.

Pada tahun 1916 kota Jayakarta berhasil dikuasahi oleh Belanda dan namanya diubah menjadi Batavia, sesuai dengan nama nenek moyang bangsa Belanda yang bernama Bangsa Bataf. Dengan berdirinya Batavia sebagai pusat kompeni, maka kedudukan VOC semakin semakin kuat. Usaha VOC untuk menguasahi perdagangan semakin menjadi lebih mudah. Sejak J.P. Coen berkuasa ia menjalankan politik monopoli dengan kekerasan melebihi dari pelaksanaan praktek monopoli yang dilakukan bangsa Portugis. Untuk melaksanakan peraturan ini, penguasa belanda melaksanakan Pelayaran Hongi (Hongi adalah armada perahu dagang besar yang dipersenjatai yang disebut kora- kora) yaitu pelayaran keliling yang dilakukan oleh Belanda untuk mengawasi dan mencegah terjadinya pelanggaran peraturan yang dibuat oleh VOC.


Akhir dari VOC menurut J. C. van Leur dan W. Coolhas bukan hanya diakibatkan adanya korupsi sebagai faktor utama dalam kemunduran dan jatuhnya VOC, mereka ingin menekankan bahwa EIC, yang didalamnya juga memiliki masalah yang sama yaitu korupsi, memiliki masalah lain seperti penyelewengan, patronase dan main pengaruh, dianggap sebagai kenyataan hidup dalam rezim lama dan tidak punah sampai saat ini. Sikap badan-badan pengurus kedua maskapai dagang tersebut (EIC dan VOC), sejak semula ditandai oleh kecurigaan terus- menerus terhadap ketidakjujuran para abdi mereka. 

Para pemilik kuasa menyadari bahwa korupsi tidak dapat dihindarkan jika dilihat dari rendahnya upah dari sebagian besar para pegawainya. Pada pertengahan abad 18 VOC bubar. Sebab- sebabnya bubarnya VOC adalah sebagai berikut:
a.    Ketidakjujuran para abdi VOC, karena kesejahteraan abdi VOC tidak setara dengan gaji yang mereka terima;
b.    Kemunduran dinas militer VOC karena mutu korps perwiranya;
c.    Perang untuk menaklukkan daerahdaerah yang melakukan perlawanan yang dipimpin oleh pimpinan local setempat maupun ulama; dan
d.    Konfrontasi dengan Perancis di Eropa mempengaruhi runtuhnya VOC

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar