Perbedaan Antara Makna Figuratif dan Makna Literal


Perbedaan Antara Makna Figuratif dan Makna Literal
Perbedaan Antara Makna Figuratif dan Makna Literal


 Makna Literal

Makna literal berhubungan dengan makna harfia atau makna lugas. Dalam makna literal, makna sebuah satuan bahasa belum mengalami perpindahan makna pada referen yang lain. Perhatikan kalimat berikut ini.

(15) Di sungai ini banyak lintah.

(16) Hati-hati di hulu sungai ini banyak buaya. 

(17) Nenek mencari kayu di hutan.

Kedua kalimat di atas menggunakan kata lintah sebagai salah satu unsurnya. Kata lintah pada contoh (15) merujuk pada nama binatang, yaitu binatang air seperti cacing, berbadan pipih bergelang-gelang, biasnya berwarna hitam atau cokelat tua, pada kepala dan ujung badannya terdapat alat untuk menghisap darah. Secara lugas makna kata lintah pada contoh tersebut mengacu pada referen yang sesungguhnya, yaitu hewan penghisap darah. Kata buaya pada contoh (16) di atas merujuk pada salah satu binatang reptil berdarah dingin, bertubuh besar dan berkulit keras, bernafas dengan paru-paru, hidup di sungai atau di laut. Referen buaya mengacu pada salah satu jenis binatang buas yang berbahaya. Sementara itu, kata nenek pada kalimat (17) mengacu pada ibu dari ayah atau ibu. Ketiga kata tersebut semuanya mengacu pada makna yang sesungguhnya, yaitu makna literal.

Makna Figuratif

Berbeda dengan makna literal, makna figuratif adalah makna yang menyimpang dari referennya. Dalam makna figuratif, makna satuan disimpangkan dari referen yang sesunggunya. Perhatikan kalimat berikut.

(18) Pekerjaannya seperti lintah darat.

(19) Orang itu terkenal sebagai buaya darat. 

(20) Hati-hati di hutan ada nenek.

Makna lintah (darat) pada contoh (18) tidak mengacu langsung pada makna lintah yang sesungguhnya, yaitu salah satu jenis hewan penghisap darah, tetapi mengacu pada makna kiasan, yaitu berkaitan dengan perilaku seseorang yang meminjamkan uang dengan pengembalian yang sangat tinggi. Demikian juga pada kata buaya (darat) pada contoh (19) yang tidak mengacu pada salah satu binatang buas yang berbahaya, tatapi mengacu pada perilaku seseorang yang sering mempeermainkan perempuan. Sementara itu, kata nenek pada kalimat (20) mengacu pada harimau jadi-jadian. Dengan demikian, ketiga kata tersebut memiliki makna yang telah disimpangkan dari referennya yang sesungguhnya. Penyimpangan makna kepada hal yang lainnya ini disebut dengan makna figuratif.



Sumber: Wahyudin, Ahmad. 2019. Pendalaman Materi Bahasa Indonesia Modul 2 Semantik dan Wacana. Kemdikbud.


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar