Bahan, teknik, dan prosedur berkarya seni rupa terapan



Setelah memahami bahan, teknik dan prosedur pada seni murni yang meliputi seni lukis dan seni patung, selanjutnya dituntun untuk memahami bahan dan alat dalam penerapan ragam hias pada kriya khususnya tekstil.

a.    Bahan, Alat dan Prosedur dalam Penerapan Ragam Hias pada Kriya Tekstil 

Dalam pembuatan karya kriya, pemilihan jenis bahan dan alat sangat penting untuk menentukan jenis teknik yang cocok digunakan dalam proses pembuatan karya kriya. Untuk itu Anda perlu memahami terlebih dahulu jenis dan sifat bahan tekstil. Baca dan pahami uraian berikut ini.

1.    Jenis dan Sifat Bahan Tekstil


Jenis bahan tekstil dapat diketahui dari perbedaan jenis benang dan permukaan teksturnya. Benang dibuat dari bahan alam atau bahan buatan. Benang katun dibuat dari kapas. Benang sutera dibuat dari serat yang berasal dari kepompong ulat sutera. Kain wol dibuat dari bulu domba. Bahan benang buatan misalnya dakron, polyester, dan nilon digunakan untuk membuat tekstil dengan jenis tertentu. Bahan benang yang lain, misalnya serat agel dan serat rami, digunakan untuk produk tekstil lain, seperti tas dan makrame. Jenis bahan tekstil ini memiliki sifat yang berbeda-beda sebagai berikut:
a)    Katun memiliki sifat menyerap air, mudah kusust, lentur, dan dapat disetrika dalam temperatur panas yang tinggi
b)    Wol memiliki sifat sangat lentur, tidak mudah kusut, dapat menahan panas, apabila dipanaskan menjadi lebih lunak.
c)    Sutera memiliki sifat lembut licin, berkilap lentur, dan kuat. Bahan sutera banyak menyerap air dan memiliki rasa sejuk apabila digunakan.
d)    Tekstil dari bahan polyester dan nilon memiliki sifat tidak tahan panas, tidak mudah kusut, tidak perlu disertika, kuat dan jika dicuci cepat kering.
Bahan tekstil dikehidupan masyarakat Indonesia selain digunakan dalam aktivitas keseharian, krya tekstil juga penting peranannya dalam kaitannya dengan kebutuhan upacara adat terutama kain tradisional. Kain ini merupakan bagian dari upacara dalam kehidupan manusia. Setiap adat memiliki kain sebagai bagian dari upacara adat. Kelestarian bahan tekstil terutama batik, tenun, dan sejenisnya merupakan tanggung jawab bersama.

2.    Jenis dan Bahan Pewarna Tekstil


Bahan tekstil dapat diberi pewarna baik dari bahan alami ataupun buatan. Masing- masing bahan pewarna memiliki sifat dan jenis yang berbeda-beda. Pewarna alam dihasilkan dari ekstrak akar-akaran, daun, buah, kulit kayu dan kayu. Pewarna alami misalnya soga dan kesumba. Pewarna buatan (sintetis) dibuat dari bahan kimia, misalnya naptol dan indigosol. Jenis pewarna naptol digunakan dengan tenik celup, sedangkan pewarna indigosol dapat digunakan dengan teknik celup atau colet (lukis). Bahan pewarna buatan memiliki sifat tidak mudah luntur dan tahan terhadap sinar matahari. Sebaliknya pewarna alami memiliki sifat mudah luntur dan mudah pudar karena tidak tahan terhadap sinar matahari.

b.    Alat dalam Pembuatan Kriya Tekstil


Peralatan yang digunakan untuk membuat batik antara lain:

1.    Kompor batik digunakan untuk mencairkan lilin batik
2.    Wajan digunakan untuk tempat mencairkan lilin batik
3.    Canting digunakan untuk membatik pada kain mori
4.    Gawangan digunakan meletakkan kain untuk memudahkan membatik
5.    Kuas digunakan untuk mencolet atau menebalkan isian lilin
6.    Panci besar digunakan untuk melorod lilin yang menempel pada kain.
7.    Saringan digunakan untuk membersihkan lilin pada panci.

c.    Teknik dan Prosedur dalam Penerapan Ragam Hias pada Kriya Tekstil

Untuk memahami teknik dan prosedur dalam berkarya seni rupa terlebih dahulu Anda perlu memahami bahwa unsur ragam hias merupakan komponen visual yang utama dalam pembuatan kriya tekstil dengan teknik batik, tenun, bordir, dan teknik lainnya. Daya tarik kriya tekstil ditentukan oleh keindahan kualitas ragam hiasnya. Oleh karena itu materi ragam hias penting Anda pelajari terlebih dahulu. Bacalah dan pahami uraian berikut ini.

1)    Unsur Ragam Hias pada Kriya


Sebelum Anda mempelajari kriya tekstil, terlebih dahulu pada sub-bab ini Anda perlu mempelajari unsur ragam hias pada kriya karena ragam hias merupakan unsur visual yang menghadirkan nilai estetis dan simbolis pada karya kriya sesuai fungsi dan jenis bahannya. Berikut ini uraian materi tentang ragam hias dalam kriya tekstil.
a.    Ragam hias motif flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang seni, seperti batik, ukiran, kain sulam, kain tenun, dan bordir
b.    Ragam Hias Motif Fauna, bentuk motif animal dapat dibuat berdasarkan berbagai jenis binatang, misalnya burung, gajah, cicak, ikan dan ayam. Dalam membuat ragam hias motif hias animal dapat digabung dengan motif hias vegetal atau motif geometrik. Motif ragam hias daerah di Indonesia banyak menggunakan hewan sebagai objek ragam hias. Daerah-daerah tersebut, seperti Yogyakarta, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Motif ragam hias fauna di daerah dapat dijumpai pada hasil karya batik, ukiran, sulaman, anyaman, tenun, dan kain bordir.
c.    Ragam hias geometris merupakan motif hias yang dikembangkan dari bentuk
- bentuk geometris dan kemudian digayakan sesuai dengan selera dan imajinasi pembuatnya. Gaya ragam geometris dapat dijumpai di seluruh daerah di Indonesia, seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Ragam hias geometri, dapat dibuat dengan menggabungkan bentuk geometris ke dalam satu motif ragam hias. Ragam hias bentuk fauna dapat dijadikan sarana untuk memperkenalkan, kearifan lokal daerah tertentu di lndonesia seperti burung cendrawasih di Papua, komodo di Nusa Tenggara Timur, dan gajah di Lampung. Berikut adalah 5 motif dasar ragam hias geometris yang umum diaplikasikan kain batik Indonesia seperti swastika, meander, kawung dan tumpal.
d.    Ragam Hias Figur Manusia, bentuk ragam hias ini berupa objek manusia yang digambar dengan penggayaan bentuk. Ragam hias figure manusia biasanya terdapat pada bahan tekstil maupun bahan kayu, yang proses pembuatannya dapat dilakukan dengan cara mengganbar atau melukis, memahat atau mengukir.

2)    Bahan dan Alat dalam Penerapan Ragam Hias pada Kriya Keramik 

Setelah Anda memahami pengertian motif, pola dan fungsi ragam hias pada kriya khususnya kriya tekstil, Anda akan lebih mudah memahami penerapan ragam hias pada kriya keramik. Perbedaan antara kedua jenis kriya terdapat pada media (bahan dan alat), teknik dan fungsinya. Keramik hadir dalam kehidupan manusia sebagai benda fungsional maupun benda hias dengan rancangan bentuk yang bervariasi, mulai dari yang berciri tradisi hingga modern.

3)    Jenis dan Sifat Bahan pada Kriya Keramik

Kriya keramik termasuk seni rupa terapan dengan media tiga dimensi yang menggunakan tanah liat sebagai bahan dasarnya dan telah mengalami proses pembakaran pada suhu tertentu hingga tanah liat menjadi keras, padat dan kedap air. Sifat bahan tanah liat plastis hingga mudah dibentuk dan fleksibel untuk menjangkau bentuk yang rumit.
Pembentukan badan dan motif ragam hias pada keramik dilakukan dengan teknik pilin (coiling), teknik lempeng (slabing), teknik pijit-tekan (pinching), teknik putar dan teknik membentuk (modeling) menggunakan butsir kawat, sudip kayu, rol kayu, pahat ukir, dan meja putar. Penerapan ragam hias pada keramik bisa menggunakan beragam teknik, seperti: teknik lukis, marbeling, gurat/toreh, ukir, relief, glasir, inlay dan emboss.

4)    Alat dalam Pembuatan Kriya Keramik

Pada pembuatan produk keramik diperlukan peralatan yang mendukung dalam proses berkarya. Adapun peralatan yang digunakan antara lain:

1)    Butsir kawat (wire modelling tools)

Untuk merapikan, menghaluskan, mengerok, membentuk detail, dan membuat tekstur benda kerja. Ukuran panjang 22 cm, bahan kawat stainless steel, tangkai kayu sawo.

2)    Butsir kayu (wood modelling tools)

Guna menghaluskan, membentuk detail, merapikan, membuat dekorasi, merapikan dan menghaluskan benda kerja. Ukuran panjang 22 cm lebar 3 cm, bahan kayu.

3) Kawat pemotong (wire cutter)

Guna memotong ujung bibir, dasar benda kerja, dan memotong tanah liat plastis. Ukuran: panjang 4 cm, panjang tangkai 6 cm, bahan kawat stainless steel.

4) Pisau pemotong (felting knife)

Peralatan yang digunakan untuk memotong, mengiris lempengan tanah liat. Ukuran; panjang total 17 cm, mata pisau 8.5 cm.

5) Potter rib/throwing ribs/rubber palletes/steel palletes

Peralatan yang digunakan untuk menghaluskan dan membentuk permukaan luar benda kerja. Ukuran: 10 x 6 cm, tebal 0,4 cm, bahan: kayu, plat stainless, dan karet.

6) Spon (sponges)

Untuk menyerap kandungan air, menghaluskan benda kerja, dan membersihkan handtool, cetakan gips pada waktu pencucian. Ukuran: diameter 8 cm dan tebal 6 cm, bahan busa.

7) Jarum (needles)

Untuk memotong bibir, menusuk gelembung udara, dan menggores benda kerja. Ukuran: panjang total 14 cm, mata jarum 4 cm.

8) Kaliper (caliper)

Untuk mengukur diameter benda kerja. Ukuran: panjang 20 cm, 25 cm, dan 30 cm, bahan alumunium, plastik atau kayu.

9) Rol kayu

Untuk membuat lempengan tanah, dengan panjang rol kurang lebih 45 cm dan diameter 6 cm–8 cm dan dilengkapi dengan bilah kayu yang panjangnya 50 cm dan tebal 0,5 cm- 0,7 cm dan lebar sekitar 3 cm.

10) Slab Roller

Untuk membuat lempengan tanah liat plastis yang digerakkan dengan sistem mekanik. Alat ini juga dilengkapi dengan ukuran untuk menentukan ketebalan lempengan tanah liat. Ukuran: panjang 122 cm, lebbr 82 cm, dan tinggi 109 cm.

11) Alas pembentukan/ Meja Putar

Untuk alas pembentukan benda keramik, benda model, pada waktu proses pembentukan benda. Ukuran: diameter 20 cm, 25 cm, dan 30 cm.



source: modul pppk seni rupa

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar