3 Indikator Penting Kualitas Terjemahan


3 Indikator Penting Kualitas Terjemahan


Indikator kualitas terjemah


            Menurut Larson (1998), demi kualitas terjemahan kiranya perlu dipertimbangkan tiga hal penting dalam penerjemahan: keakuratan (accuracy), kejelasan (clearness), kewajaran (naturalness).

1.      Keakuratan (accuracy)


Aspek keakuratan mengacu pada sejauh mana tingkat kesepadanan pesan antara teks sumber dan teks target. Aspek ini harus dijadikan prioritas utama dalam penerjemahkan. Sebab, keakuratan merupakan konsekuensi logis dari konsep dasar penerjemahan bahwa suatu teks disebut terjemahan kalau teks tersebut memiliki hubungan padanan dengan teks sumber.

Pengujian atas tingkat keakuratan teks terjemahan dapat dilakukan oleh seorang pakar yang menguasai bahasa sumber, bahasa target, dan bidang yang diterjemahkan dengan baik. Pengujian juga dapat dilakukan  dengan cara membandingkan teks sumber dengan teks target.

2.      Kejelasan (clearness)


Akurat saja belum cukup. Keakuratan suatu terjemahan harus dibingkai dengan kejelasan. Apalah artinya sebuah terjemahan kalau tidak bisa dipahami pembacanya. Bisa dikatakan, indikator terjemahan yang berkualitas salah satunya terkait dengan tingkat keterpahaman menurut pembacanya. Merujuk pada Nida dan Taber (1984), suatu terjemahan dipandang baik jika berorientasi pembaca teks target. Jadi, aspek kejelasan ini menyangkut tingkat keterbacaan hasil terjemahan.

Dengan demikian, kejelasan terjemahan terkait dengan seluruh unsur yang terdapat dalam sebuah teks, termasuk kosa kata, kontruksi kalimat, yang memengaruhi keterpahaman teks tersebut. Tanggapan para pembaca terhadap hasil terjemahan bisa menunjukan tingkat kejelasan suatu terjemahan.

3.      Kewajaran (naturalness)


Sisi terakhir ini berkaitan dengan seberapa alamiah sebuah terjemahan, sehingga dapat dipahami dan dirasakan dengan baik oleh pembacanya. Efek terhadap pembaca target tidak bisa diabaikan begitu saja. Tidak kalah pentingnya, sejauh mana penerjemah mampu menghadirkan kembali situasi dalam bahasa sumber ke dalam bahasa target. Oleh karena itu, suatu terjemahan sejatinya menggunakan tata bahasa target. Bahasa terjemahan juga harus ditata dalam bingkai budaya pembaca target. Jadi, pesan yang terdapat dalam pesan teks sumber mesti disampaikan dalam bahasa terjemahan yang lugas, jelas, dan alamiah.

Aspek kewajaran berhubungan dengan efek yang dihasilkan sebuah terjemahan. apakah sebuah teks terjemahan memiliki efek yang sama dengan efek yang dihadirkan oleh teks sumber (Larson, 1998)

Penelitian Syihabudin (2005 : 218) mengungkapkan aspek-aspek yang dianggap paling menentukan pemahaman pembaca atas teks terjemahan sebagai berikut.

1.)    Struktur kalimat. Pada umumnya pembaca mengatakan bahwa terjemahan yang mudah dipahami ialah yang disusun dalam kalimat yang sederhana.

2.)    Pemakaian ejaan. Para pembaca juga berpandangan bahwa pemakaian ejaan membantu pamahaman mereka akan maksud dan makna terjemahan.

3.)    Pemilihan kosakata yang lazim dipakai.

4.)    Penjelasan istilah khusus. Pemahaman para pembaca juga terganggu oleh istilah- istilah khusus yang tidak diketahuinya.

5.)    Kelewatan pemakaian kosa kata. Pemakaian preposisi yang tidak tepat, penyebutan kata secara berulang-ulang, dan pengulangan kata untuk jamak bagi kata yang dianggap jamak.

6.)    Pemanfaatan kata-kata bahasa Arab yang sudah menjadi bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia ditemukan kata-kata serapan dari bahasa Arab.

Jadi dapat disimpulkan, keterampilan menerjemah adalah kemampuan dalam memindahkan atau mengalihkan gagasan, ide, atau pikiran dari bahasa sumber kebahasa target.





Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar