Komponen Model desain Pembelajaran Menurut Dick dan Carey


Pembelajaran Menurut Dick dan Carey
Pembelajaran Menurut Dick dan Carey



Perancangan pengajaran (desain instruksional) menurut sistem pendekatan model Dick & Carey, dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey ( 1990). Menurut model ini, sebelum desainer merumuskan tujuan khusus yakni performance goals, perlu menganalisis pembelajaran serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih dahulu. Oleh sebab rumusan kemampuan khusus harus berpijak dari kemampuan dasar atau kemampuan awal. Manakala telah dirumuskan tujuan khusus yang harus dicapai selanjutnya dirumuskan tes dalam bentuk Criterion Reference Test, artinya tes yang mengukur kemampuan penguasaan tujuan khusus. Untuk mencapai tujuan khusus selanjutnya dikembangkan strategi pembelajaran, yakni skenario pelaksanaan pembelajaran yang diharapkan dapat mencapai tujuan secara optimal, setelah itu dikembangkan bahan-bahan pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Langkah akhir dari desain adalah melakukan evaluasi, yakni evaluasi formatif dan evaluasi sumative. Evaluasi formatif berfungsi untuk menilai efektivitas program dan evaluasi  sumative berfungsi untuk menentukan kedudukan setiap siswa dalam penguasaan materi pelajaran. Berdasarkan hasil eveluasi inilah selanjutnya dilakukan umpan balik dalam merevisi program pembelajaran.
   Menurut pendekatan ini terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses pengembangan dan perancangan tersebut.

1. Identifikasi tujuan pembelajaran (identity instructional goals)

Sasaran akhir dari suatu pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut oleh karena itu,  setiap perancang harus mempertimbangkan secara mendalam tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang ditentukan nya.
          Dick and Carrey (1985) dalam uno hamzah (2010:24) menjelaskan bahwa tujuan pengajaran adalah untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran. Rumusan tujuan umum pembelajaran menurut Dick and Carrey (1985) harus jelas dan dapat diukur.
Rumusan tujuan pembelajaran dapat dikembangkan baik dari rumusan tujuan pembelajaran yang sudah ada pada silabus maupun dari hasil analisis kinerja atau performance analysis. Rumusan tujuan pembelajaran dapat juga dihasilkan melalui proses analisis kebutuhan atau need analysis dan pengalaman-pengalaman tentang kesulitan-kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa. Selain itu, tujuan pembelajaran dapat juga dirumuskan dengan menggunakan analisis tentang cara seseorang melakukan tugas atau pekerjaan yang spesifik dan Persyaratan-persyaratan yang diperlukan untuk melakukan tugas dan pekerjaan tersebut. Cara ini dikenal dengan istilah analisis tugas atau task analysis

2. Melakukan analisis instruksional (conducting a goal analysis)

Setelah melakukan identifikasi tujuan pembelajaran, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis instruksional, yaitu sebuah prosedur yang digunakan untuk menentukan keterampilan dan pengetahuan relevan dan diperlukan oleh siswa untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran. Dalam melakukan analisis instruksional, beberapa langkah diperlukan untuk mengidentifikasi kompetensi, berupa pengetahuan (cognitive), keterampilan (psychomotor), dan sikap (atitudes) yang perlu dimiliki oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

3. Mengidentifikasi tingkah laku/karakteristik siswa (identity entry behaviour,  characteristics)

Mengidentifikasi tingkah laku atau karakteristik siswa merupakan hal yang perlu dilakukan untuk dijadikan salah satu bahan acuan dalam menerapkan model ini. Analisis konteks ini bisa meliputi keterampilan,  kemampuan, bakat, gaya belajar, motivasi belajar,atau pun minat seorang siswa. Identifikasi yang akurat tentang karakteristik siswa yang akan belajar dapat membantu perancang program pembelajaran dalam memilih dan menentukan strategi pembelajaran yang akan digunakan.

4. Merumuskan tujuan kinerja (write performance objective)

Menurut Dick dan Carrey (1985) dalam uno hamzah (2010:27) menyatakan bahwa tujuan performansi terdiri atas:
(l) tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan, atau diperbuat oleh anak didik;
(2)menyebutkan tujuan, memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi syarat, yang hadir pada waktu anak didik berbuat;
(3)menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai untuk perbuatan anak didik yang dimaksudkan pada tujuan.
Gagne, Briggs, dan Mager menjelaskan bahwa fungsi performansi objektif adalah
(a)menyediakan suatu sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran untuk mencapai tujuan;(b) menyediakan suatu sarana berdasarkan suatu kondisi belajar yang sesuai; (c) memberikan arah dalam mengembangkan pengukuran atau penilaian; (d) membantu anak didik dalam usaha belajarnya

5. Pengembangan tes acuan patokan (develop criterian referenced test items)

Tes acuan patokan terdiri dari soal yang menjadi syarat kecakapan siswa dalam tujuan,  keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan apakah siswa telah mencapai tujuan khusus atau belum, tes acuan patokan ( criterian referenced test)  disebut juga tes acuan tujuan (objective referenced test)

6. Pengembangan strategi pembelajaran (develop instructional strategy)

Strategi yang digunakan disebut dengan istilah strategi pembelajaran atau instruksional strategi. Bentuk bentuk strategi pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengimplementasikan aktivitas pembelajaran yaitu aktivitas pra-pembelajaran, penyajian materi pembelajaran, dan aktivitas tindak lanjut dari kegiatan pembelajaran.

7. Pengembangan atau memilih materi pembelajaran (develop and select instructional materialis).

Dick and carrey(1985) menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran yaitu
A) Pengajar merancang bahan pembelajaran individual,  semua tahap pembelajaran dimaksudkan ke dalam bahan,  kecuali prates dan pascates.
B) Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan strategi pembelajaran.  Peran pengajar akan bertambah dalam menyampaikan pembelajaran beberapa bahan mungkin saja disampaikan tanpa bantuan pengajar, jika tidak ada, pengajar harus memberi penjelasan .
C) Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua pembelajaran menurut strategi pembelajaran nya yang telah disusunnya. Pengajar menggunakan strategi pembelajaran nya sebagai pedoman termasuk latihan dan kegiatan kelompok.

8. Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif (design and conduct formative evaluation)

Menurut Dick dan Carrey (1985), ada tiga fase pokok penilaian formatif yaitu;  1. Fase perorangan atau fase klinis . Pada fase ini perancang bekerja dengan siswa secara perseorangan untuk memperoleh data guna menyempurnakan bahan pembelajaran. Data yang dimaksud di sini biasanya kesalahan-kesalahan. (2) Fase kelompok kecil, yaitu sekelompok siswa yang terdiri atas delapan sampai sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan populasi sasaran mempelajari bahan secara mandiri, dan kemudian diuji untuk memperoleh data yang diperlukan. (3) Fase uji lapangan. Boleh diikuti oleh banyak siswa; sering 30 orang sudah mencukupi.

9. Revisi pembelajaran (instruksional revitions)

Dick and Carrey (1985) mengemukakan ada dua revisi yang perlu dipertimbangkan, yaitu (l) revisi terhadap isi atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat sebagai alat belajar, (2) revisi terhadap cara-cara yang dipakai  dalam menggunakan bahan pembelajaran. Untuk keperluan bahan pembelajaran ada empat macam keterangan pokok yang menjadi sumber dalam melakukan revisi, yaitu (l) ciri anak didik dan tingkah laku masukan; (2) tanggapan langsung terhadap pembelajaran termasuk tes sisipan; (3) hasil pembelajaran  pascates; (4) jawaban terhadap kuesioner.

10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif (design and conduct summative evaluation)

Dengan evaluasi sumatif dapat menentukan nilai dari suatu desain pembelajaran dengan penilaian berdasarkan pada keefektifan dan efisiensi kegiatan belajar mengajar.  Apabila semua tujuan sudah dapat tercapai,  efektifitas pelaksanaan kegiatan pembelajaran dalam mata pelajaran dalam mata pelajaran tertentu dianggap berhasil dengan baik. 








------------------------------
Sumber
Wina sanjaya, perencanaan dan desain sistem pembelajaran, (jakarta:kencana,  2011)
Hamzah b. Uno,perencanaan pembelajaran (jakarta: bumi aksara, 2010)
M. Atwi suparman, Desain instruksional (jakarta :2014, UT)
Benny a. Pribadi,  model desain sistem pembelajaran, (jakarta; dian rakyat, 2009)
Trianto, mendesain model pembelajaran inovatif progresif (jakarta:kencana, 2009)

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar