Kelompok Perspektif Psikodinamika Dan Perspektif Teori Disonansi


Kelompok Perspektif Psikodinamika  Dan Perspektif Teori Disonansi
Kelompok Perspektif Psikodinamika  Dan Disonansi



Sebagai insan yang hidup dalam suatu lingkungan, manusia tidak pernah terlepas dari kebutuhan akan orang lain, karena adanya keterbatasan dalam dirinya yang harus ditutupi dengan kehadiran orang lain. Namun, terkadang kebutuhan akan orang lain lebih disebabkan karena adanya persamaan tujuan maupun motif yang ingin dicapai. Hal tersebut menyebabkan seseorang berupaya membangun suatu ikatan untuk menyelesaikan setiap persoalannya dengan cara membangun perkumpulan yang disebut kelompok. Setiap individu di dalam kelompok akan mengembangkan kemampuan yang dimiliki untuk pencapaian tujuan. Sehingga kelompok berperan besar dalam memenuhi pencapaian tujuan para anggotanya.         
      Manusia merupakan makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Interaksi yang terjadi melahirkan suatu kelompok atau komunitas. Kelompok menjadi wadah dan tempat berkumpulnya individu untuk memenuhi kebutuhan sosialnya. Kelompok tersebut bisa dalam skala yang besar maupun dalam skala yang kecil.
         Menurut McClure (dalam Kurnanto, 2013) ada kebiasaan bahwa orang berkumpul dalam suatu kelompok karena tujuan dan kepentingan yang sama. Melalui kelompok individu merumuskan tujuan yang diselaraskan dengan kiat atau cara untuk mencapai target yang diinginkan. Tujuan yang mendasari individu berkelompok yaitu untuk meningkatkan taraf kesejahteraan dan kehidupan manusia, yakni untuk kebutuhan sosialnya. 
           Banyak kajian yang dilakukan mengenai (membahas) kelompok oleh para ahli, baik dari sudut tinjauan sosiologi, psikologi sosial, maupun dari tinjauan teori komunikasi. Namun dari semua pembahasan yang dilakukan tersebut, ada semacam keinginan bersama untuk menyatakan bahwa suatu kelompok yang termasuk dalam pengertian kelompok kecil, selalu memiliki perspektif yang sama. Kalaupun ada perbedaan-perbedaan dalam pembatasan tersebut, tergantung dari sudut mana penetapan definisi tersebut dilakukan, mungkin dari sudut fungsi kelompok, tugas kelompok, peran setiap anggota, struktur kelompok, peran yang dimainkan dan sebagainya.

DEFINISI KELOMPOK DAN BATASAN KELOMPOK


        Pada dasarnya kelompok terbentuk karena adanya suatu kumpulan dua orang atau lebih. George Homans pada 1950 mendefinisikan kelompok sebagai sejumlah individu, berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.
           Menurut Mills (1967), kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk mencapai tujuan dan yang mempertimbangkan kerja sama di antara kelompok sebagai satu yang berarti. 
        Mardikanto (1993) mendefenisikan kelompok sebagai himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu (manusia) yang memiliki ciri-ciri: 
1) memiliki ikatan yang nyata; 
(2) memiliki interaksi dan interelasi sesama anggotanya; 
(3) memiliki kaidah struktur dan pembagian tugas yang jelas; 
(4) memiliki kaidah kaidah atau norma tertentu yang disepakati bersama; serta 
(5) memiliki keinginan dan tujuan bersama. Adapun kelompok merupakan tempat bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan sosiologis, ekonomis, maupun psikologisnya.
          Kelompok adalah berkumpulnya sejumlah orang yang berkaitan satu sama lainnya (terikat oleh tujuan bersama dan peranan mereka masing-masing atau merasa senasib sepenanggungan). Misalnya, mahasiswa yang sedang berdiskusi, guru-guru yang mengikuti rapat, warga desa sedang gotong-royong, sejumlah siswa latihan baris-berbaris (Adhiputra, 2015).
   
       Teori Psikodinamika dari Fungsi Kelompok dikemukakan oleh Bion pada tahun 1948-1951. Menurut beberapa pakar dibidang studi kelompok, teori yang dibangun oleh Bion ini dapat diterapkan pada setiap macam kelompok yang ada. Teori Psikodinamika ini sendiri merupakan teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian, yang menyangkut banyak unsur internal seperti motivasi, emosi dan sebagainya. Teori ini mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak dini. 
        Sedangkan Festinger (1957) mengatakan Perspektif Teori Disonansi membahas tentang peta mental yang dimiliki oleh seseorang dan kelompok terhadap sesuatu yang dikenal dengan istilah Dissonance Theory. Perspektif ini membahas tentang peta mental yang dimiliki perorangan dan kelompok terhadap sesuatu (Festinger,1957). Seperti pada teori-teori kognitif lainnya, Disonansi kognitif mengasumsikan adanya tekanan terhadap konsistensi. Menurut Festinger, teori ini berpendapat bahwa disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan itu.

A. Perspektif Psikodinamika dari Fungsi Kelompok 


      Menurut Bion (1948-1951) Kelompok bukanlah sekedar kumpulan individu melainkan merupakan suatu satuan dengan ciri dinamika dan emosi tersendiri. Ciri-ciri kelompok ini berfungsi pada taraf tidak sadar yang ada pada manusia. Dengan demikian, pada suatu kelompok terdapat: 
1.Kebutuhan dan motif-motif (fungsi ID) 
2. Tujuan dan mekanisme (fungsi EGO) 
3. Keterbatasan-keterbatasan (fungsi SUPER EGO) 
     Menurut Bion ada beberapa asumsi dasar suatu kelompok tentang mekanisme kerja kelompok yang masing-masing berkaitan dengan keadaan emosi tertentu dari kelompok tersebut, yaitu : 

1. Asumsi Ketergantungan 

     Kelompok dianggap terbentuk karena adanya perasaan-perasaan ketidakberdayaan, dan frustasi dikalangan anggota kelompok. Individu anggota kelompok kemudian akan mencari dan mengharapkan perlindungan dan jaminan serta perawatan dari pemimpinnya. Pemimpin diharapkan dapat untuk mengarahkan perilaku kelompok, dan interaksi antar sesama anggotanya. 

2. Asumsi Pasangan 

      Kelompok dianggap terbentuk karena adanya dorongan pada anggota untuk saling berpasangan. Komunikasi mantap yang terjadi antara dua orang dari jenis kelamin yang berbeda dianggap mempunyai tujuan-tujuan seksual. Sehingga timbulnya harapan untuk meningkatkan keturunan agar dapat menjamin kekuatan dari sebuah kelompok tersebut. Maka dapat dikatakan asumsi kelompok ini didasari oleh emosi mengharap yang kuat. Fungsi dari pemimpin adalah sebagai juru selamat untuk menjaga kelestarian pasangan-pasangan tersebut dan mempertahankan keutuhan kelompoknya. 

3. Asumsi Melawan (lari) 

     Emosi yang mendasari asumsi ini adalah kemarahan, ketakutan, kebencian, dan agresivitas. Cara untuk mempertahankan eksistensi kelompok ini adalah dengan cara berkelahi atau lari menghindari sesuatu. Tugas dari pemimpinnya adalah memungkinkan para anggotanya untuk dapat melawan dan menghindari atau melarikan diri. 

B. Perspektif Teori Disonansi 


     Festinger mengatakan bahwa, disonansi adalah sebuah perasaan tidak nyaman yang memotivasi orang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan. Disonansi kognitif dikatakan sebagai keadaan ketidaknyamanan psikologis atau ketegangan yang memotivasi usaha-usaha untuk mencapai konsonansi. Browns menyatakan bahwa teori ini memungkinkan dua elemen untuk memiliki tiga hubungan yang berbeda satu sama lain, yaitu : 
  1. Hubungan konsonan (consonant relationship), ada antara dua elemen ketika dua elemen tersebut ada pada posisi seimbang satu sama lain. 
  2. Hubungan disonan (disonant relationship) yaitu kedua elemennya tidak seimbang satu sama lainnya. 
  3. Hubungan tidak relevan (irrelevant relationship) ada ketika elemen elemen tidak mempunyai hubungan makna satu sama lain. 
       Teori ini berkaitan dengan dua jenis perilaku dan sikap yang tidak konsisiten, yang terjadi karena adanya pengambilan keputusan, dan yang timbul karena dilakukannya perilaku yang bertentangan dengan sikap. Cara untuk  menangani ketidaksesuaian yang terjadi karena disonansi bila tidak dapat dicabut atau diubah kembali dengan berbagai cara adalah dengan cara mengubah sikap seseorang. Bila kita harus mengambil keputusan diantara dua alternatif atau lebih pilihan apapun yang kita amabil sampai tahap tertentu, tidak akan konsisten dengan beberapa keyakinan kita sesuai dengan pencitraan yang ada pada persepsi kelompok terhadap sesuatu. Dan setelah diambilnya keputusan, maka semua aspek yang baik dari yang tidak dipilih, semua aspek buruk dari alternatif yang dipilih menjadi tidak sesuai dengan keputusan. 

Asumsi Teori Disonansi Kognitif: 

1. Manusia memiliki hasrat akan konsistensi pada keyakinan, sikap dan perilakunya. Disini menekankan sifat dasar manusia yang mementingkan stabilitas dan konsistensi
2. Disonansi diciptakan oleh inkonsistensi psikologis. Teori ini merujuk pada fakta bahwa kognisi-kognisi harus tidak konsisten secara psikologis. Contoh; seseorang akan merasa tidak konsisten secara psikologis ketika ia tidak melakukan apapun sementara ia sebenarnya ingin membantu 
3. Disonansi adalah perasaan tidak suka yang mendorong orang untuk melakukan tindakan-tindakan dengan dampak yang dapat diukur. 
4. Disonansi akan mendorong usaha untuk memperoleh konsonansi dan usaha untuk mengurangi disonansi. 
     
     Menurut Festinger, dorongan yang kita rasakan untuk berkomunikasi tentang sesuatu kejadian dengan anggota lain dalam kelompok akan meningkat bila kita menyadari bahwa kita tidak setuju dengan suatu kejadian, apabila kejadian itu semakin menjadi penting, dan apabila sifat keterikatan kelompok juga meningkat. 

Kesimpulan 


    Teori psikodinamika adalah teori yang berusaha menjelaskan hakikat dan perkembangan kepribadian. Unsur-unsur yang diutamakan dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal lainnya. Dalam hal ini prespektif psikodinamika dari fungsi kelompok mempunyai 3 asumsi dasar yang dikemukakan oleh Bion , yakni Asumsi Ketergantungan, Asumsi Pasangan, dan Asumsi Melawan (lari). 
    Teori disonansi kognitif merupakan sebuah teori dalam psikologi sosial yang membahas mengenai perasaan ketidaknyamanan seseorang akibat sikap, pemikiran, dan perilaku yang saling bertentangan dan memotivasi seseorang untuk mengambil langkah demi mengurangi ketidaknyamanan tersebut. Adapula cara untuk mengatasi disonansi adalah : 
1. Mengurangi pentingnya keyakinan disonan kita. 
2. Menambah keyakinan yang konsonan, atau 
3. Menghapuskan disonansi dengan cara tertentu 



__________________ 
Yusuf, Yusmar. 1989. Dinamika Kelompok. Bandung: CV. ARMICO 
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial. Jakarta: Rajawali Pers
Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar