3 Tingkatan Ranah Tujuan Instruksional Yang Perlu Diketahui


Tujuan Instruksional
Tujuan Instruksional 



Taksonomi  Klasifikasi Tujuan Instruksional

          Tujuan instruksional biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi. Benyamin S. Bloom dan D. Krathwohl (1964) dalam bukunya ‘the taxonomy of educational objectives;  the classification of educational goal’,  memilah taksonomi pembelajaran dalam tiga kawasan, yakni  (1) kognitif, (2) afektif, dan (3) psikomotor 

1. Kognitif 


          Tujuan kognitif berorientasi kepada kemampuan "berpikir", mencakup kemampuan intelektual yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntutkan siswa untuk menghubungkan dan menggabungkan gagasan, metode atau prosedur yang sebelumnya dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

          kognitif adalah ranah yang membahas tujuan pembelajaran berkenaan  dengan kemampuan intelektual dan kemampuan berfikir. Seperti kemampuan mengingat dan menyelesaikan tugas, berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang lebih tinggi yakni evaluasi. Kawasan kognitif ini terdiri atas 6 (enam) tingkatan yang secara hierarkis berurut dari yang paling rendah (pengetahuan) sampai ke yang paling tinggi (evaluasi) dan dapat dijelaskan sebagai berikut 

a. Pengetahuan (Knowledge)

           Pengetahuan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menghafal atau mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh 1) Siswa dapat menyebutkan kembali bangun-bangun geometri yang berdimensi tiga. 2) Siswa dapat menggambarkan satu buah segitiga sembarang.

b. Pemahaman (Comprehension)

               Pemahaman di sini diartikan kemampuan seseorang dalam mengartikan menafsirkan, menerjemahkan atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Contoh 1) Siswa dapat menjelaskan dengan kata-katanya sendiri tentang perbedaan bangun geometri yang berdimensi dua dan berdimensi tiga 2) Siswa dapat menerjemahkan arti kode-kode (berita morse) yang dikirim oleh kapal laut yang akan berlabuh. 

c. Penerapan (Application) 

              Penerapan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan atau mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: 1) Siswa dapat menentukan salah satu sudut dari suatu segitiga jika diketahui sudut-sudut lainnya. 2) Siswa dapat menghitung panjang sisi miring dari suatu segitiga siku siku jika diketahui sisi lainnya. 

d. Analisis (Analysis) 

               Penerapan di sini diartikan kemampuan seseorang dalam menggunakan pengetahuan dalam memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari. Contoh: 1) Siswa dapat mengolah data mentah melalui statistika, sehingga dapat diperoleh harga-harga range, interval kelas, panjang kelas, rata-rata dan standar deviasinya. 2) Siswa dapat menganalisis sejauh mana dalam dan luasnya pembahasan diskusi yang mereka laksanakan.

e. Sintesis (Synthesis) 

                Sintesis di sini diartikan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh. Contoh: 1) Siswa dapat menyusun rencana belajar masing-masing sesuai dengan 2) kebijakan yang berlaku di sekolah. Siswa dapat mengemukakan formula baru dalam menyelesaikan suatu masalah

f. Evaluasi (Evaluation) 

Evaluasi di sini diartikan kemampuan seseorang dalam membuat perkiraan atau penilaian pada keputusan yang tepat berdasarkan kriteria atau pengetahuan yang dimilikinya. Contoh: 1 Siswa dapat menilai unsur kepadatan isi, cakupan materi, kualitas analisis dan gaya bahasa yang dipakai oleh seorang penulis makalah tertentu. 2) Siswa dapat menilai kualitas kemampuan pemikiran temannya berdasarkan kemampuan dirinya.

2. Afektif 


           Kawasan afektif merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Tujuan afektif terdiri dari yang paling sederhana, yaitu memperhatikan suatu fenomena sampai kepada yang komplek yang merupakan faktor internal seseorang, seperti kepribadian dan hati nurani. Dalam literatur tujuan afektif disebut sebagai: minat, sikap hati, sikap menghargai, sistem nilai serta kecenderungan emosi.

          Ranah afektif sangat terkait dengan sikap, emosi, penghargaan dan penghayatan atau apresiasi terhadap nilai, norma, dan sesuatu yang sedang dipelajari. 
  lima hierarki dalam ranah afektif, yaitu menerima, merespon, memberi nilai, mengorganisasi, dan memberi karakter terhadap suatu nilai. 

a. Menerima 

           adalah kemampuan untuk memberi perhatian terhadap sebuah aktivitas atau peristiwa yang dihadapi. 
Contoh: 
Kesadaran para siswa bahwa kesulitan-kesulitan yang ditemui selama belajar adalah tantangan bagi masa depannya,
 Kesediaan para siswa untuk menerima peraturan dan tata tertib belajar selama kegiatan belajar berlangsung.

b. Merespons

        merupakan pemberian reaksi terhadap terhadap suatu aktivitas dengan cara melibatkan diri atau berpartisipasi di dalamnya. 
Contoh : 
Para siswa kelas X SMA hadir pada diskusi yang dilaksanakan oleh kakak tingkat mereka dengan topik bahaya narkoba dan pengaruhnya terhadap masa depan remaja. 
Para siswa aktif memperdebatkan masalah yang dilontarkan gurunya.

c. Memberi nilai 

          sangat terkait dengan tindakan menerima atau menolak nilai atau norma yang dihadapi melalui sebuah ekspresi berupa sikap positif atau negatif. 
Contoh:
Pada waktu siswa sedang membicarakan peranan wanita dalam politik mereka pada umumnya memuji kehebatan Megawati Soekarno Putri.
Setelah beberapa kali seorang siswa gagal memahami rumus-rumus tertentu, maka ia memutuskan untuk belajar sungguh-sungguh.

d. Mengorganisasi berarti mengidentifikasi, memilih, dan memutuskan nilai atau norma yang akan diaplikasikan. 

Contoh:
Pada hari minggu yang sama seseorang menerima dua undangan ulang tahun sahabatnya yang diselenggarakan di dua tempat yang relatif berjauhan, namun demikian ia tetap datang pada kedua acara tersebut.
Tamim adalah seorang pengusaha yang sibuk dengan tugas-tugas hariannya tetapi iadapat menyelesaikan seluruh pekerjaannya sesuai dengan urutan prioritas dan kebutuhan.

e. Memberi karakter terhadap nilai berarti meyakini, mempraktekkan, dan menunjukkan perilaku yang konsisten terhadap nilai dan norma yang dipelajari.

Contoh: 
Walaupun Pak Marzuki sebagai pimpinan proyek non fisik yang terbuka kemungkinan membuat kwitansi piktif untuk pembelian barang, tetapi ia tetap tidak mau berbuat tidak jujur sekalipun tidak ada orang yang mengetahuinya.
Pak Eko adalah orang yang kaya, setiap tahun ia membagi-bagikan zakatnya kepada orang yang berhak menerima, karena ia percaya dengan ajaran agama Islam bahwa di dalam hartanya (memenuhi ketentuan nisab) ada hak orang lain.

3. psikomotor 


Domain psikomotor meliputi semua tingkah laku yang menggunakan saraf dan otot badan. Aspek ini sering berhubungan dengan bidang studi yang lebih banyak menekankan kepada gerakan-gerakan atau keterampilan, misalnya seni lukis, pendidikan jasmani dan olah raga. 

         Dengan demikian maka kawasan psikomotor adalah kawasan yang berhubungan dengan seluk beluk yang terjadi karena adanya koordinasi otot-otot oleh fikiran sehingga diperoleh tingkat keterampilan fisik tertentu. Misalnya keterampilan dalam membongkar dan memasang mesin, reparasi mesin, mengatur muatan kapal, menggunakan berbagai alat atau perkakas bengkel, membuat grafik dan lain-lain.
           Psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang.  
         Ranah psikomotor terdiri atas empat hirarki kemampuan, yaitu imitasi, manipulasi, presisi, dan artikulasi.
Imitasi adalah kemampuan mempraktekkan keterampilan yang diamati. Sedangkan manipulasi sangat terkait dengan kemampuan dalam memodifikasi suatu keterampilan. Presisi merupakan hierarki kemampuan yang memperlihatkan kecakapan dalam melakukan aktivitas dengan tingkat akurasi yang tinggi , Artikulasi merupakan kemampuan melakukan aktivitas secara terkoordinasi dan efisien.


__________________

Sumber
Hamzah b. Uno, perencanaan pembelajaran, (jakarta; bumi aksara, 2010)
Wina sanjaya & andi budimanjaya,  paradigma baru mengajar, (jakarta; kancana, 2017)
Benny a. Pribadi,  model desain sistem pembelajaran, (jakarta; dian rakyat, 2009)
Martinis yamin, 2010, desain pembelajaran berbasis tingkat satuan pendidikan, Jakarta; gp press

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar