Konsep Pemimpin Dan Kepemimpinan Menurut Islam


   
Pemimpin Dan Kepemimpinan Menurut Islam


  A. PEMIMPIN DAN KEPEMIMPINAN


           Sebagaimana diketahui bahwa antara istilah pemimpin dan kepemimpinan itu tidak dapat dipisahkan, karena setiap pemimpin dengan sendirinya pula (baik sadar maupun tidak sadar membawa) kepemimpinan itu sendiri dalam tindakan kesehariannya, pengertian pemimpin mengacu pada orangnya (individunya), sedangkan pengertian kepemimpinan mengacu kepada kemampuan individu tersebut. Suatu usaha yang dilakukan seorang pemimpin, tidaklah akan efektif jika tidak diikuti dengan kepemimpinan tersebut.
           Banyak ahli yang mengemukakan berbagai teori tentang pengertian kepemimpinan, namun pada dasarnya teori-teori dan pendapat tersebut secara umum saling melengkapi dan saling menunjang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan seseorang untuk mempengaruhi, menggerakkan. dan mengarahkan tingkah laku orang lain atau kelompok untuk mencapai tujuan kelompok dalam situasi tertentu.
           Jika mendalami ilmu kepemimpinan, maka pasti juga mempelajari tentang pemimpin. Johnson (2012) menjelaskan bahwa memimpin adalah menuntun dengan mempengaruhi tujuan dan arah ke mana kelompok akan pergi. Seorang pemimpin adalah seorang yang dapat mempengaruhi orang lain agar lebih efektif dalam bekerja guna mencapai tujuan yang saling menguntungkan dan menjaga hubungan kerja yang efektif antar anggotanya. Kepemimpinan adalah proses di mana pemimpin menggunakan pengaruhnya. Menjadi seorang pemimpin dan menggunakan kepemimpinannya membutuhkan keahlian. Kemampuan untuk membantu kelompok mencapai tujuan dan menjaga hubungan kerja sama yang efektif antar anggota disebut sebagai kemampuan kepemimpinan.
          Kamus Oxford mencatat kata leader (pemimpin) dalam bahasa Inggris muncul pada awal tahun 1300, sedangkan kata leadership (kepemimpinan)belum muncul sampai dengan tahun 1800. Namun, secara struktural maupun fungsional kedua kata tersebut sulit dipisahkan, karena pemimpin dan kepemimpinan saling berkaitan. Berdasarkan hal tersebut maka terdapat semacam rumusan mengenai kepemimpinan dan pemimpin dalam sebuah formula dimana kepemimpinan (K) adalah fungsi (f) dari pemimpin (p) bawahan (b), dalam situasi (s) tertentu.
K=f(p, b, s)

        Analisis menunjukkan proses kepemimpinan dapat muncul kapan saja dan dimanapun, apabila terdapat unsur: (1) ada orang yang memimpin; (2)ada orang-orang yang dipimpin; (3) ada kegiatan atau tindakan penggerakan bawahan untuk mencapai tujuan; dan (4) ada tujuan yang ingin dicapai bersama (Burhanuddin, 2002).

B. CIRI CIRI KEPEMIMPINAN MENURUT ISLAM


       sebagai seorang pemimpin hendaklah dapat dan mampu melayani serta menolong orang lain untuk maju dengan ikhlas. Beberapa ciri penting yang meng gambarkan kepemimpinan Islam adalah sebagai berikut veitzhal (2004) :

1. Setia 

           Pemimpin dan orang yang dipimpin terikat kesetiaan kepada Allah.

2. Terikat Pada Tujuan 

      Seorang pemimpin ketika diberi amanah sebagai pemimpin dalam melihat tujuan organisasi bukan saja berdasarkan kepentingan kelompok, tetapi juga dalam ruang lingkup tujuan Islam yang lebih luas.

3. Menjunjung Tinggi Syariah dan Akhlak Islam

         Seorang pemimpin yang baik bilamana ia merasa terikat dengan per aturan Islam, dan boleh menjadi pemimpin selama ia tidak menyimpang dari syariah. Waktu ia melaksanakan tugasnya ia harus patuh kepada adab-adab Islam, khususnya ketika berhadapan dengan golongan oposisi atau orang-orang yang tidak sepaham

4. Memegang Teguh Amanah 

       Seorang pemimpin ketika menerima kekuasaan menganggap sebagai amanah dari Allah SWT. yang disertai oleh tanggung jawab. Al-Quran memerintahkan pemimpin melaksanakan tugasnya untuk Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan selalu menunjukkan sikap baik kepada orang yang dipimpinnya.

Allah SWT berfirman:

الَّذِينَ إِنْ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْأَرْضِ أَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَءَاتَوُا الزَّكٰوةَ وَأَمَرُوا بِالْمَعْرُوفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَلِلَّهِ عٰقِبَةُ الْأُمُورِ

"(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kedudukan di bumi, mereka melaksanakan sholat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan."
(QS. Al-Hajj  Ayat 41)

5. Tidak Sombong 

        Menyadari bahwa diri kita ini adalah kecil, karena yang besar dan Maha Besar hanya Allah Subhanahu Wa Ta'ala, sehingga hanya Allah-lah yang boleh sombong. Sehingga kerendahan hati dalam memimpin merupakan salah satu ciri kepemimpinan yang patut dikembangkan.

6. Disiplin, konsisten dan konsekuen

         Disiplin, konsisten dan konsekuen merupakan ciri kepemimpinan dalam Islam dalam segala tindakan, perbuatan seorang pemimpin. Sebagai perwujudan seorang pemimpin yang profesional akan memegang teguh terhadap janji, ucapan dan perbuatan yang dilakukan, karena ia menyadari bahwa Allah Subhanahu Wa Ta'ala mengetahui semua yang ia lakukan bagaimanapun ia berusaha untuk menyembunyikannya. 

C. PRINSIP KEPEMIMPINAN MENURUT ISLAM


         Kepemimpinan menurut Islam, yaitu musyawarah, adil dan kebebasan berpikir.

1. Musyawarah 

         Mengutamakan musyawarah sebagai prinsip yang harus diutamakan dalam kepemimpinan Islam. Al-Quran dengan jelas menyatakan bahwa seorang yang menyebut dirinya sebagai pemimpin wajib melakukan musyawarah dengan orang yang berpengetahuan atau orang yang berpandangan baik.

Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَأَمْرُهُمْ شُورٰى بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنٰهُمْ يُنْفِقُونَ

"dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhan dan melaksanakan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menginfakkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka,"
(QS. Asy-Syura  Ayat 38)

Demikian pula halnya Rasulullah Saw telah  diperintah oleh Allah SWT untuk bermusyawarah dengan para sahabat sahabat beliau:

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِينَ

"Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampun untuk mereka, dan bermusyawaralah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 159)
           Melalui musyawarah memungkinkan seluruh komunitas Islam akan turut serta berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan, dan sementara itu pada saat yang sama musyawarah dapat berfungsi sebagai tempat untuk mengawasi tingkah laku para pemimpin jika menyimpang dari tujuan semula.

2. Adil 

           Pemimpin sepatutnya mampu memperlakukan semua orang secara adil, tidak berat sebelah dan tidak memihak Lepas dari suku bangsa, warna kulit, keturunan, golongan, strata di masyarakat ataupun agama. Al-Quran memerintahkan setiap Muslim dapat berlaku adil bahkan sekalipun ketika berhadapan dengan para penentang mereka.

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمٰنٰتِ إِلٰىٓ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِۦٓ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًۢا بَصِيرًا

"Sungguh, Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu menetapkannya dengan adil. Sungguh, Allah sebaik-baik yang memberi pengajaran kepadamu. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Melihat."
(QS. An-Nisa' : Ayat 58)



يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوّٰمِينَ لِلَّهِ شُهَدَآءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَئَانُ قَوْمٍ عَلٰىٓ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوٰى ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu sebagai penegak keadilan karena Allah (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Ma'idah AYAT 8)


يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا كُونُوا قَوّٰمِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَآءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلٰىٓ أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوٰلِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ ۚ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلٰى بِهِمَا ۖ فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوٰىٓ أَنْ تَعْدِلُوا ۚ وَإِنْ تَلْوُۥٓا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا

"Wahai orang-orang yang beriman! Jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, walaupun terhadap dirimu sendiri atau terhadap ibu bapak dan kaum kerabatmu. Jika dia (yang terdakwa) kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatan (kebaikannya). Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutarbalikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka ketahuilah Allah Maha Mengetahui terhadap segala apa yang kamu kerjakan."
(QS. An-Nisa' Ayat 135)

Selain memegang teguh prinsip keadilan sebagai dasar tegaknya masyarakat Islam, pemimpin organisasi Islam juga sepatutnya mendirikan badan peradilan internal atau lembaga hukum atau semacam komisi arbi trase untuk menyelesaikan berbagai perbedaan atau sengketa dalam kelompok itu. Anggota-anggota lembaga tersebut hendaknya dipilih dari orang-orang yang berpengetahuan, arif dan bijaksana.

3. Kebebasan Berpikir 

          Akibat manusia tidak mengindahkan peringatan Allah Subhanahu ta'ala, maka Allah Subhanahuwata'ala berfirman dalam surat Al Kahfi (18)ayat 54, yang berbunyi:

وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِى هٰذَا الْقُرْءَانِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ ۚ وَكَانَ الْإِنْسٰنُ أَكْثَرَ شَىْءٍ جَدَلًا

"Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan berulang-ulang kepada manusia dalam Al-Qur'an ini dengan bermacam-macam perumpamaan. Tetapi manusia adalah memang yang paling banyak membantah."
(QS. Al-Kahf : Ayat 54)

Selanjutnya dalam surah al Baqarah ayat 260

وَإِذْ قَالَ إِبْرٰهِـۧمُ رَبِّ أَرِنِى كَيْفَ تُحْىِ الْمَوْتٰى ۖ قَالَ أَوَلَمْ تُؤْمِن ۖ قَالَ بَلٰى وَلٰكِنْ لِّيَطْمَئِنَّ قَلْبِى ۖ قَالَ فَخُذْ أَرْبَعَةً مِّنَ الطَّيْرِ فَصُرْهُنَّ إِلَيْكَ ثُمَّ اجْعَلْ عَلٰى كُلِّ جَبَلٍ مِّنْهُنَّ جُزْءًا ثُمَّ ادْعُهُنَّ يَأْتِينَكَ سَعْيًا ۚ وَاعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

"Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, Tuhanku, perlihatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati. Allah berfirman, Belum percayakah engkau? Dia (Ibrahim) menjawab, Aku percaya, tetapi agar hatiku tenang (mantap). Dia (Allah) berfirman, Kalau begitu, ambillah empat ekor burung, lalu cincanglah olehmu, kemudian letakkan di atas masing-masing bukit satu bagian, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera. Ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana."

        Pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu memberikan ruang dan mengundang anggota kelompok untuk mampu mengemukakan kritiknya secara konstruktif. Mereka diberikan kebebasan untuk mengeluarkan pendapat atau keberatan mereka dengan bebas, serta harus dapat memberikan jawaban atas setiap masalah yang mereka ajukan. Agar sukses dalam memimpin, seorang pemimpin hendaknya dapat menciptakan suasana kebebasan berpikir dan pertukaran gagasan yang sehat dan bebas, saling kritik dan saling menasihati satu sama lain, sehingga para pengikutnya merasa senang mendiskusikan masalah atau persoalan yang menjadi kepentingan bersama.
       Seorang Muslim diminta memberikan nasihat yang ikhlas apabila diperlukan. Tamim bin Aws meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW, pernah bersabda: "Agama adalah nasihat". Kami berkata: "Kepada siapa?" beliau menjawab "Kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, Pemimpin umat Islam dankepada masyarakat kamu". (HR Muslim)
         Dengan demikian kepemimpinan Islam bukanlah kepemimpinan tirani dan tanpa koordinasi. Pemimpin Islam, selalu mendasari dirinya dengan prinsip-prinsip Islam, bermusyawarah secara obyektif dan penuh rasa hormat, membuat keputusan seadil-adilnya, bertanggung jawab bukan hanya kepada para pengikutnya, tetapi juga yang lebih penting adalah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.


___________________
Yusmar Yusuf,1989, dinamika kelompok, Bandung: amrico
Wildan Zulkarnain,2013, dinamika kelompok, Jakarta; bumi aksara
Veithzal Rivai, 2004, kiat memimpin dalam abad ke 21, Jakarta : raja grafindo persada.

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar