Kaidah-Kaidah Dalam Ilmu Sharaf
arabic language |
Ada dua kaidah yang dibahas dalam ilmu sharaf yaitu kaidah I’lal dan kaidah ibdal. Sebagian ahli mengatakan kaidah ini merupakan cabang ilmu sharaf
Dalam kaidah I’lal membahas tentang perubahan-perubahan suatu kata yang mempunyai huruf ‘‘illat, sementara kaidah ibdal adalah perubahan suatu kata dengan mengganti satu huruf dengan huruf yang lain karena ada kebutuhan tertentu.
Kaidah-kaidah ini diterjemahkan dari Qawa’id al I’lal karangan Mundzir Nadzir sebagai berikut :
1. Apabilah ada Wawu atau Ya berharkah, jatuh sesudah harkah Fathah dalam satu kalimah, maka Wawu atau Ya tersebut harus diganti dengan Alif seperti contoh صان asalnya صون, dan ابع asalnya بيع
2. Apabila wawu atau ya berharokat berada pada ain fi’il Bina’ Ajwaf dan huruf sebelumnya terdiri dari huruf Sahih yang mati/sukun, maka harakat wawu atau ya tersebut harus dipindah pada huruf sebelumnya. Contoh:يَقُوْمُ asalnya يَقْوُمُ dan يَبِيْعُ asalnya يَبْيِعُ
3. Apabila ada wawu atau ya jatuh sesudah alif zaidah, maka harus diganti hamzah, dengan syarat wawu atau ya tersebut berada pada ain Fi’il kalimah bentuk Isim Fa’il, atau berada pada akhir kalimah bentuk masdar. Contoh: صائن asalnya صاون dan سائر asalnya ساير dan لقاء asalnya لقاي
4. Apabila wawu dan ya berkumpul dalam satu kalimah dan salah satunya didahului dengan sukun, maka wawu diganti ya. Kemudian ya yang pertama di-idgham-kan pada ya yang kedua. Contoh lafadz ميت asalnya adalah ميوت dan مرمي asalnya مرموي
5. Apabila Wawu atau Ya menempati ujung akhir kalimah, dan berharakah dhammah, maka disukunkan. Contoh:يَغْزُوْا asalnya يَغْزُوُ dan يَرْمِىْ asalnya يَرْمِىُ
6. Apabila wawu menempati ujung akhir kalimah empat huruf atau lebih, dan sebelum wawu tidak ada huruf yang didhammahkan, maka wawu tersebut diganti ya. Contoh:يزكى asalnya يزكو dan يعاطى asalnya يعاطو
7. Apabila wawu ada diantara harkah fathah dan kasrah nyata, dan sebelumnya ada huruf mudhara’ah, maka wawu tersebut dibuang. Contoh: يعد asalnya يوعد dan يئد asalnya يوئد
8. Bilamana ada Wawu jatuh setelah harkah Kasrah dalam Kalimah Isim atau Kalimah Fi’il, maka Wawu tersebut harus diganti Ya. Contoh: يزكى asalnya يزكو dan غاز asalnya غازو
9. Bilamana ada Wawu atau Ya sukun, bertemu dengan huruf sukun lain nya, maka Wawu atau Ya tersebut dibuang, ini setelah memindahkan harakah keduanya (Wawu atau Ya) kepada huruf sebelumnya (lihat kaidah I’lal ke 2). Contoh:صن asalnya اصون dan سر asalnya اسري
10. Bilamana ada dua huruf sejenis atau hampir sama makhrajnya berkumpul dalam satu kalimah, maka huruf yang pertama harus di-idghamkan pada huruf yang kedua,–ini setelah menjadikan huruf yang hampir sama makhrajnya serupa dengan huruf yg kedua (lihat kaidah I’lal ke 18 insyaallah)–, karena beratnya pengulangan / memilah milih contoh : مَدَّ asalnya مدد , مَدِّ asalnya اُمْدُد , اتطصل asalnya اوتطصل
11. Bilamana terdapat dua huruf Hamzah berkumpul sejajar dalam satu kalimah, yang nomor dua sukun, maka huruf hamzah ini harus diganti dengan huruf yang sesuai dengan harakah Hamzah yang pertama. Contoh امن asalnya اامن dan اومل asalnya اؤمل
12. Wawu atau ya yang sukun, keduanya tidak boleh diganti Alif, kecuali jika sukunnya tidak asli –dengan sebab pergantian harkat keduanya pada huruf sebelumnya– (lihat kaidah I’lal ke 2). Contoh: اجاب asalnya اجوب dan اابن asalnya ابين
13. Bilamana ada wawu berada di akhir kalimah jatuh sesudah harkah dhamah di dalam asal kalimah Isim yang Mutamakkin (bisa menerima tanwin), maka wawu tersebut diganti ya, kemudian setelah itu harkah dhammah diganti kasrah. Contoh:تعاطيا asalnya تعاطوا dan تعديا asalnya تعدوا
14. Bilamana terdapat Ya sukun dan sebelumnya ada huruf yang didhammahkan maka ya tersebut harus diganti wawu.contoh: يوسر asalnya ييسر dan موسر asalnyaميسر
15. Sesungguhnya Isim Maf’ul bilamana ia terbuat dari Fi’il Mu’tal ain (Bina’ Ajwaf) maka wajib membuang wawu maf’ulnya menurut Imam Syibawaihi (menurut Imam lain yg dibuang adalah ain Fi’ilnya). contoh: مصون asalnya مصوون dan مسري asalnya مسيور
16. Bilamana Fa Fi’il kalimah wazan افتعل berupa huruf shad, atau Dhad, atau Tha, atau Za (huruf Itbaq), maka huruf Ta yang jatuh sesudah huruf Itbaq tersebut harus diganti Tha, demi mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta dengan Tha karena dekatnya makhraj keduanya. contoh: اصطلح asalnya اصتلح dan اضطرب asalnya اضرتب
17. Bilamana Fa Fi’il wazan افتعل berupa huruf Dal, atau Dhal, atau Zay, maka huruf Ta (Ta zaidah wazan ) yang jatuh sesudah huruf-huruf tersebut harus diganti Dal, demi mudahnya mengucapkannya. Digantinya Ta dengan Dal karena dekatnya makhraj keduanya. contoh: ادرأ asalnya ادترأ dan اذكر asalnya اذتكر dan ازدحم asalnya ازحتم
18. Bilamana Fa Fi’il wazan افتعل berupa huruf wawu, atau Ya, atau Tha, maka huruf Fa Fi’ilnya tersebut harus diganti Ta karena sukarnya mengucapkan huruf “Layn” (لين) sukun dengan huruf yang diantara keduanya termasuk berdekatan Makhrajnya dan bertentangan sifatnya, karena huruf “layin” (ي-و) bersifat Jahr sedangkan huruf Ta bersifat Hams. Contoh: اتصل asalnya اوتصل dan اتسر asalnya اوتسر dan اتغر asalnya اثتغر (penting) dan apabila Fa Fi’il-nya tersebut berupa huruf Tha, boleh mengganti Ta’nya wazan افتعل dengan Tha, karena keduanya sama- sama bersifat Hams.contoh: اثغر asalnya اثتغر .
19. Bilamana Fa Fi’il wazan تفعل dan تفاعل berupa huruf ز ذ د ث ت ظ ط ض ص ش س, maka boleh Ta dari kedua wazan tersebut diganti dengan huruf yang mendekati dalam Makhrajnya, kemudian huruf yang pertama di-idghamkan pada huruf yang kedua, demikian ini setelah huruf yang pertama dari kedua huruf yang berdekatan makhrajnya tersebut, dijadikan serupa dengan huruf yang kedua. berikut memasang Hamzah Washal agar memungkinkan permulaan dengan huruf mati. contoh: اترس asalnya ترتس dan ااثقل asalnya تثاقل dan اذكر asalnya تذكر danازجر asalnya تزجر dan امسع asalnya تسمع dan اشقق asalnya تشقق dan اصدق asalnya يصدق dan اضرع asalnya تضرع dan اظهر asalnya تظهر dan اطاهر asalnya تطاهر
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar