6 Cara Untuk Menciptakan Keharmonisan Rumah Tangga


6 Cara Untuk Menciptakan Keharmonisan Rumah Tangga
Keharmonisan Rumah Tangga



    Perjalanan hidup berumah tangga tidak selamanya dalam keadaan damai dan tentram, tetapi sesekali pasti terdapat perselisihan diantara suami dan istri, ini adalah yang wajar dan alami, yang mana ada pepatah pun dikatakan” Tak ada gading yang tak retak” karena itulah jika seseorang hendak melangkah kejenjang pernikahan dianjurkan untuk memilih jodoh yang baik dan tepat sehingga bagi laki-laki diperbolehkan untuk melihat wanita pinangannya, namun hal ini tidak berarti dapat menghilangkan keserasian atau tidak adanya perselisian sama sekali dalam mengarungi bahtera rumah tangga namun tidak dapat menjadikan keduanya akan lebih siap jika dalam menghadapi masalah yang akan terjadi pada rumah tangganya.

       Keharmonisan rumah tangga tidak hanya ditentukan oleh melimpahnya harta dan mengembangnya rasa cinta karena hal tersebut terbersifat temporer, sebab adakalanya harta itu bisa habis atau pailit, dan adakalanya cinta itu juga akan melemah, diawal pernikahan mungkin cinta itu menggebu-gebu tetapi setelah sekian lama bisa saja cinta itu akan luntur. Untuk itu dalam upaya membina keharmonisan rumah tangga perlu diperhatikan berbagai aspek secara menyeluruh diantaranya adalah peranan tiap-tiap suami istri, baik yang individual maupun peran yang dimiliki bersama-sama suami.

1.Peran Suami


       Suami sebagai kepala keluarga yang memiliki derajat lebih tinggi dari pada istri. Seorang suami harus mampu berperan memegang amanat Allah SWT , yakni sebagai penanggung jawab keluarga, baik yang bersifat moril maupun materil dan suami mempunyai peran yang penting dimana ia sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi  suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan diputuskan termasuk merencanakan keluarga.  Dalam masalah moril telah telah dinyatakan dalam al-Qur’an Surat Al-Tahrim (66) 6

Artinya : Hai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.

      Dalam ayat diatas dijelaskan bahwa seorang suami harus bertanggung jawab agar terciptanya keluarga yang benar – benar melaksanakan ajaran agama dan berakhlak mulia. Disini seorang suami juga berperan sebagai seseorang yang harus dapat diteladani, sebagai pembimbing dalam satu haditاnya Rasulllah SAW, dengan menyebutkan bahwa orang yang dianggap terbaik adalah orang yang paling baik terhadap keluarga.

       Demikian betapa pentingnya ketaqwaan (agama) didalam mengarungi bahtera rumah tangga yang diharapkan sukses di dunia dan di akherat. Adapun dalam masalah ekonomi seorang suami sebagai penanggung jawab utama atas kebutuhan ekonomi keluarga, sebab dialah yang diberi kewajiban memberi nafkah kepada kelurganya  untuk memenuhi sandang, pangan dan papan keluarga serta mempersiapkan biaya pendidikan anak dan kebutuhan kelurga lainnya sesuai dengan kemampuan

2. Peran Istri


       peran seorang istri dalam rumah tangga suaminya yaitu: ia harus bertangung jawab menjaga dan memelihara rumah tangganya tersebut, mengurus anak-anak dan mendidiknya dengan baik. Sebab ibulah yang banyak waktu bersama anaknya karena itu seorang istri harus bersifat ramah, hemat, penuh ketelatenan dan kesabaran, singkatnya ia harus menjadikan dirinya sebagai istri shalihah.

        Dengan demikian untuk menjadi istri shalihah dalam membina keharmonisan rumah tangga banyak sekali pesyaratannya, tetapi yang terpenting adalah seorang istri harus pandai menjaga kehormatan dirinya, menjaga harta suaminya dan berbuat baik terhadap orang tua dan mertuanya, serta segenap keluarga suaminya, baik dengan tetangga maupun dengan yang lainnya, dan yang paling penting utama adalah taat kepada Allah SWT dan kepada Rasull-Nya dan taat kepada suaminya.

3. Peran bersama suami Istri 


         Ketika ikrar ijab dan qobul telah diucapkan maka mulai saat itu telah terjalin ikatan suami istri yang sah. Ini artinya kedua belah pihak telah memiliki masing-masing hak dan kewajiban, dan mulai saat ini pulalah wanita sebagai istri menjadi bagian dari mitra yang sejajar bagi suaminya, bukan bagi orang lain dan bukan pula sebagai seorang yang menjadi pembantunya. Oleh sebab itu Suami istri mempunyai peran bersama-sama didalam membangun keharmonisan rumah tangga. Ringan sama dijinjing berat sama dengan dipikul, suami istri juga harus mengamalkan tata cara berumah tangga sesuai dengan ajaran islam dan harus dapat menjalin cinta dan kasih sayang, mantap dalam membangun rumah tangga yang harmonis, sakinah, rukun dan bahagia lahir batin.

       Sebagai mitra sejajar tiap-tiap suami istri harus memiliki jiwa yang tegar saling tolong menolong dalam menegakan sendi-sendi kehidupan didalam rumah tangga, sehingga tercipta kebersamaan. Kemudian suami istri juga harus memiliki hati yang lapang untuk saling maaf memaafkan jika terdapat kesalahan karena manusia adalah makhlik Allah SWT yang lemah dan tidak luput dari kekhilafan.

4. Tidak Membenci


       Dalam hal ini memberikan pengarahan bagaimana seharusnya memperlakukan istri, kerabat, teman, pekerja dan semua orang yang yang mempunyai hubungan dengan baik. Kita harus mempersiapkan mental, karenaa pasti akan ada aib, kekurangan dan hal lain yang tidak kita senangi. Bila kita mendapatkannya maka hendaklah kita membandingkan antara tigkahnya dengan apa yang seharusnya dilakukan terhadap dia. Seperti menjaga kekuatan hubungan dan kelanggengn kasih sayang yang terjalin sebelumnya. Juga mengingat kebaikan-kebaikannya.Dengan menutup mata kekurang- kekurangan nya dan meperhatikan kebaikan-kebaikannya, maka persahabatan dan hubungan akan tetap terjalin serta perasaan pun menjadi tenang.

        Banyak orang yang mempunyai idealisme tinggi, mental mereka siap unuk sabar dan tenang menghadapi berbagai cobaan dan musibah besar. Akan tetapi mereka menjadi gelisah dan keruh perasaannya ketika menghadapi masalah-masalah kecil. Penyebabnya, karena mereka hanya mempersiapkan mental untuk menghadapi masalahmasalah besar dan tidak untuk menghadapi masalah kecil. Ternyata hal itu membahayakan dan mempengaruhi ketenangan mereka. Orang-orang yang benar kuat adalah orang yang mempersiapkan dirinya menghadapi masalah- masalah  kecil dan besar sekaligus, serta memohon pertolongan kepada Allah SWT. Dia juga mengharap agar urusannya tidak diberikan kepada dirinya sendiri walaupun hanya sekejap mata. Saat itulah masalah kecil dan besar mudah dihadapi, sementara jiwanya tentram dan hatinya tanang.

5. Selalulah berdzikir, ingat nikmat dan melihat kebawah


      Termasuk faktor utama yang mendatangkan sikap lapangdada dan ketenangan adalah “ Banyak dzikir kepada Allah SWT “ . Dzikir kepada Allah SWT itu memberikan pengaruh ajaib untuk mendapatkan sikap lapang dadadan ketenangan serta menghilangkan kesedihan dan musibah Allah SWT , firman Allah SWT :

Artinya :( yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah “ Ingat, dengan dzikir kepada  Allah SWT hati akan menjadi tenang “   ( QS. Ar- Ra’d Ayat 28 )

       sangat besar dalam menghadapi kebahagiaan. Karena dia mempunyai keistimewaan dan karena adanya harapan hamba untuk mendapatkan pahala dan balasan Allah SWT diantaranya pula adalah “ Ingat dan membicarakan nikmat-nikmat Allah SWT yang tampak maupun maupun yang tidak tampak. Dengan mengetahui dan mempelajarinya niscaya Allah SWT akan  menghilangkan kesedihan yang ada dan mendorong hamba untuk selalu bersyukur.

        Dengan demikian akan hilanglah kegelisahan, kesedihan dan musibahnya, dan bertambahlah perasaan senangnya untuk mendapatkan juga nikmat – nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada orang – orang yang ada diatasinya. Setiap kali seorang hamba merenungi nikmat – nikmat  Allah SWT baik yang tampak maupun tidak tampak, urusan agama maupun duniawi, dia akan megetahui bahwa Allah SWT telah memberikan kepadanya banyak kebaikan dan mencegah berbagai bencana. Dan pasti, hal ini dapat menghilangkan kesedihan mendatangkan kebahagiaan serta kesenangan.

6. Jadikan rumah sebagai tempat dzikir ( mengingat Allah SWT)


          Perumpamaan rumah yang didalamnya ada dzikrullah , dan rumah yang  tidak ada dzikrullah didalamnya adalah (laksana) perumpamaan antara yang hidup dengan yang mati. Karena itu rumah harus dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai macam dikir, baik iu dzikir dalam hati maupun dengan membaca shalawat dan al-Qur’an, atau mempelajari ilmu-ilmu agama, atau membaca buku-buku lain yang bermanfaat.




Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar