Pengertian Dan Konsep Pembelajaran Tematik


Pengertian Dan Konsep Pembelajaran Tematik




A. HAKIKAT MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK 


Istilah dan Pengertian


       Pembelajaran tematik dimaknai sebagai pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema-tema tertentu. Dalam pembahasannya tema itu ditinjau dari berbagai mata pelajaran. Sebagai contoh, tema "Air dapat ditinjau dari mata pelajaran fisika, biologi, kimia, dan matematika. Lebih luas lagi, tema itu dapat ditinjau dari bidang studi lain, seperti IPS, bahasa, dan seni. Pembelajaran tematik menyediakan keluasan dan kedalaman implementasi kurikulum, menawarkan kesempatan yang sangat banyak pada siswa untuk memunculkan dinamika dalam pendidikan. Unit yang tematik adalah epitome dari seluruh bahasa pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk secara produktif menjawab pertanyaan yang dimunculkan sendiri dan memuaskan rasa ingin tahu dengan penghayatan secara alamiah tentang dunia di sekitar mereka

        Pembelajaran tematik sebagai model pembelajaran termasuk salah satu tipe/ jenis daripada model pembelajaran terpadu. Istilah pembelajaran tematik pada dasarnya adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada siswa (Depdiknas, 2006:5)

          Pembelajaran terpadu/tematik menawarkan model-model pembelajaran yang menjadikan aktivitas pembelajaran itu relevan dan penuh makna bagi siswa, baik aktivitas formal maupun informal, meliputi pembelajaran inquiry secara aktif sampai dengan penyerapan pengetahuan dan fakta secara pasif, dengan memberdayakan pengetahuan dan pengalaman siswa untuk membantunya mengerti dan memahami dunia kehidupannya. Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang oleh guru yang demikian akan sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman siswa dan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif dan menarik. Kaitan konseptual yang dipelajari dengan isi bidang studi lain yang relevan akan membentuk skemata, sehingga akan diperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, dan kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu (William dalam Udin 2006: 5).

           pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep dapat dikatakan sebagai suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada anak didik. Dikatakan bermakna karena dalam pengejaran terpadu, anak akan memahami konsep yang mereka pelajari itu melalui pengamatan langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang mereka pahami.

           Pembelajaran terpadu akan terjadi jika kejadian yang wajar atau eksplorasi suatu topik merupakan inti dalam pengembangan kurikulum. Dengan berperan secara aktif di dalam eksplorasi tersebut, siswa akan mempelajari materi ajar dan proses belajar beberapa bidang studi dalam waktu yang bersamaan.

          Dalam pernyataan tersebut jelas bahwa sebagai pemacu dalam pelaksanaan pembelajaran terpadu adalah melalui eksplorasi topik. Dalam eksplorasi topik diangkatlah suatu tema tertentu. Kegiatan pembelajaran berlangsung di seputar tema kemudian baru membahas masalah konsep-konsep pokok yang terkait dalam tema.

          Adapun menurut Ujang Sukandi, dkk (2001: 3), pengajaran terpadu pada dasarnya dimaksudkan sebagai kegiatan mengajar dengan memadukan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan cara ini dapat dilakukan dengan mengajarkan beberapa materi pelajaran disajikan tiap pertemuan.

Konsep pembelajaran terpadu

       Konsep pembelajaran terpadu pada dasarnya telah lama dikemukakan oleh John Dewey sebagai upaya untuk mengintegrasikan perkembangan dan pertumbuhan siswa dan kemampuan pengetahuannya (Beans, 1993 dalam Udin Syaefudin dkk, 2006: 4). la memberikan pengertian bahwa pembelajaran terpadu adalah pendekatan untuk mengembangkan pengetahuan siswa dalam pembentukan pengetahuan berdasarkan pada interaksi dengan lingkungan dan pengalaman kehidupannya. Hal ini membantu siswa untuk belajar menghubungkan apa yang telah dipelajari dan apa yang sedang dipelajari. Menurut T. Raka Joni (1996) bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara Individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna, dan otentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa otentik atau eksplorasi topik/ tema menjadi pengendali di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan berpartisipasi di dalam eksplorasi tema/peristiwa tersebut siswa belajar sekaligus proses dan isi beberapa mata pelajaran serempak.

        Sementara Sri Anitah (2003) menyatakan, bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu konsep yang menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan konsep-konsep secara terkoneksi baik secara inter maupun antar mata pelajaran. Terjalinnya hubungan antara setiap konsep secara terpadu, akan memasilitasi siswa untuk aktif terlibat dalam proses pembelajaran dan mendorong siswa untuk memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan pengalaman nyata. Dengan demikian sangat dimungkinkan hasil Belajar yang diperoleh siswa akan lebih bermakna dibandingkan jika hanya dengan cara drill merespon tanda-tanda atau signal dari guru yang diberikan Secara terpisah-pisah. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Zais, Robert (1976) bahwa pembelajaran terpadu memberikan gambaran bagaimana pengalaman belajar secara terintegrasi memberi dampak yang penuh makna dan bagaimana pengintegrasian itu dilakukan. Seperti halnya setiap mata pelajaran diperlakukan sebagai keseluruhan yang terintegrasi dalam kurikulum berbasis gestalt, begitu pula semua mata pelajaran dalam kurikulum harus diperlakukan dalam perspektif seperti itu".

B. CIRI-CIRI DAN KEUNTUNGAN PEMBELAJARAN TEMATIK


Terdapat beberapa ciri dalam pembelajaran tematik antara lain:

1. Berpusat pada peserta didik

2. Pemberian pengalaman belajar secara langsung kepada siswa

3. Mata pelajaran dianggap sebagai satu kesatuan sehingga tidak nampak pemisahan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran yang lainnya.

 4. Penyajian beberapa konsep dari berbagai mata pelajaran pada saat bersamaan dalam kegiatan pembelajaran.

5. Kegiatan pembelajaran bersifat fleksibel

6. Hasil belajar siswa sesuai dengan perkembangan bakat, minat dan kebutuhan siswa.

Di samping ciri-ciri di atas pembelajaran tematik memiliki berbagai keuntungan diantaranya.:

1. Memberikan pengalaman belajar dan kegiatan belajar yang relevan dengan tingkat perkembangan peserta didik.

2. Kegiatan belajar yang menyenangkan yang  dirasakan siswa karena bertitik tolak pada minat dan kebutuhan belajar siswa.

3. Hasil belajar siswa akan bertahan lebih lama dalam memori siswa karena keberkesaan dan kebermaknaan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan.  

4. Mengembangkan keterampilan berpikir logis dan rasional sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi siswa.

5. Dapat menumbuhkan keterampilan individual maupun sosial dalam hal bertoleransi, berkomunikasi, serta tanggap terhadap orang lain.

6. Dapat memadukan beberapa mata pelajaran secara bersamaan dalam suatu kegiatan pembelajaran. 

C. PERAN TEMA DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK


Dalam kegiatan pembelajaran tematik tema atau topik tertentu menjadi pusat sentral kegiatan pembelajaran. Karena tema merupakan sentral dalam kegiatan pembelajaran, maka tema memiliki beberapa Peranan dalam kegiatan pembelajaran tematik sebagai berikut:  

l. Anak mudah memusatkan perhatian pada satu tema atau topik tertentu yang dibahas dalam kegiatan pembelajaran.

2. Anak dapat memperoleh pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi mata pelajaran dalam satu tema atau topik yang sama.

3. Pemahaman terhadap materi pelajaran yang diberikan lebih bermakna dan lebih mendalam.

4. Dapat mengembangkan kompetensi berbahasa lebih baik lagi karena adanya keterkaitan antara mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya serta keterkaitan dengan pengalaman pribadi anak.

5. Meningkatkan motivasi dan gairah belajar siswa   karena siswa diperlakukan sebagai subyek belajar dengan melakukan pembelajaran sendiri dalam situasi nyata dengan melakukan kegiatan-kegiatan   bertanya, bercerita, menulis diskusi maupun  menulis surat, sehingga keterampilan berbahasa dapat lebih terus dikembangkan yang dihubungkan dengan berbagai kosakata bahasa mata pelajaran yang berbeda tetapi memiliki kesamaan tema/topik/ 

6. Dapat menghemat waktu, karena guru dapat melakukan kegiatan pembelajaran secara terpadu  untuk beberapa mata pelajaran dalam dua atau tiga   kali pertemuan sekaligus. Sedangkan sisa waktu yang tersedia dapat digunakan untuk melakukan kegiatan pembelajaran remedial, pemantapan maupun pengayaan kepada siswa.

D. HAL-HAL YANG PERLU MENDAPAT PERHATIAN DALAM PEMBELAJARAN TEMATIK 


Agar kegiatan pembelajaran tematik dapat berlangsung efektif dan efisien serta lebih bermakna dan utuh, terdapat beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dari guru dalam pelaksanaannya antara lain:

1. Mempertimbangkan alokasi waktu setiap tema, serta memperhitungkan sumber belajar yang tersedia dan dapat diusahakan.

2. Tema terpilih adalah tema yang paling dekat dengan kehidupan keseharian peserta didik. 

3. Mengutamakan pencapaian kompetensi dasar dibandingkan tema yang dibahas.

E. LANGKAH-LANGKAH DALAM MENYUSUN PEMBELAJARAN TEMATIK


Langkah-langkah dalam menyusun pembelajaran tematik sebagai berikut:

1. Melakukan analisis terhadap kompetensi dasar setiap mata pelajaran pada kelas yang sama.

2. Pilihlah salah satu tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi dasar yang terdapat dalam beberapa mata pelajaran. Tema-tema yang dapat dipilih antara lain: Keluarga, Lingkungan, Pengalaman, Budi Pekerti, Hobi,  Tumbuhan, Binatang, Transportasi, Kesehatan, Pertanian, Pekerjaan, Pariwisata Negara dan sebagainya.  

3. Buatlah matrik hubungan Kompetensi Dasar dengan tema. Kegiatan ini adalah menghubungkan serta mencari tema yang tepat dengan kompetensi dasar beberapa/seluruh mata pelajaran.

4. Buatlah pemetaan pembelajaran tematis dalam bentuk jaringan matrik atau jaringan topik. Dari pemetaan yang dilakukan akan terlihat keterkaitan antara tema yang dipilih dengan kompetensi dasar beberapa/semua mata pelajaran pada jenjang kelas tertentu.

5. Buatlah silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan topik pembelajaran tema yang telah dibuat.

F. PRINSIP DASAR PEMBELAJARAN TEMATK. 


         Sebagai bagian dari Pembelajaran Terpadu, maka Pembelajaran Tematik memiliki prinsip dasar sebagaimana halnya Pembelajaran Terpadu. Menurut Ujang Sukandi, dkk (2001: 109), Pembelajaran Terpadu memiliki satu tema aktual, dekat dengan dunia siswa, dan ada kaitannya dengan kehidupan sehari hari. Tema ini menjadi alat pemersatu materi yang beragam dari beberapa materi pelajaran. 

Secara umum prinsip prinsip pembelajaran tematik diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Prinsip Penggalian Tema 


     Prinsip penggalian merupakan prinsip utama (fokus) dalam pembelajaran tematik. Artinya tema-tema yang saling tumpang tindih dan ada keterkaitan menjadi target utama dalam pembelajaran. Dengan demikian dalam penggalian tema tersebut hendaklah memperhatikan beberapa persyaratan

1) Tema hendaknya tidak terlalu luas, namun dengan mudah dapat digunakan untuk memadukan banyak mata pelajaran;

2) Tema harus bermakna, maksudnya ialah tema yang dipilih untuk dikaji harus memberikan bekal bagi siswa untuk belajar selanjutnya;

3) Tema harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan psikologis anak;

4)Tema dikembangkan harus mewadahi sebagian besar minat anak;

5) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan peristiwa-peristiwa otentik yang terjadi di dalam rentang waktu belajar;

6) Tema yang dipilih hendaknya mempertimbangkan kurikulum yang berlaku serta harapan masyarakat (asas relevansi)7) Tema yang dipilih hendaknya juga mempertimbangkan ketersediaan sumber belajar.

b. Prinsip Pengelolaan Pembelajaran 


      Pengelolaan pembelajaran dapat optimal apabila guru mampu menempatkan dirinya dalam keseluruhan proses. Artinya, guru harus mampu menempatkan diri sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran. Oleh sebab menurut Prabowo (2000), bahwa dalam pengelolaan pembelajaran hendaklah guru dapat berlaku sebagai berikut:

1) Guru hendaknya jangan menjadi single actor yang mendominasi pembicaraan dalam proses belajar mengajar;

2) Pemberian tanggung-jawab individu dan kelompok harus jelas dalam setiap tugas yang menuntut adanya kerja sama kelompok;

3) Guru perlu mengakomodasi terhadap ide-ide yang terkadang sama sekali tidak terpikirkan dalam perencanaan. 

c. Prinsip Evaluasi 


       Evaluasi pada dasarnya menjadi fokus dalam setiap kegiatan Bagaimana suatu kerja dapat diketahui hasilnya apabila tidak dilakukan evaluasi. Dalam hal ini maka dalam melaksanakan evaluasi dalam pembelajaran tematik, maka diperlukan beberapa langkah-langkah positif antara lain

(1) Memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan evaluasi diri(self evaluation /self assessment di samping bentuk evaluasi lainnya;

(2) Guru perlu mengajak para siswa untuk mengevaluasi perolehan belajar yang telah dicapai berdasarkan kriteria keberhasilan pencapaian tujuan yang akan dicapai. 

d. Prinsip Reaksi 


       Dampak pengiring (nurturant effect) yang penting bagi perilaku secara sadar belum tersentuh oleh guru dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar).Karena itu guru dituntut agar mampu merencanakan dan melaksanakan pembelajaran sehingga tercapai secara tuntas tujuan-tujuan pembelajaran. Guru harus bereaksi terhadap aksi siswa dalam semua peristiwa serta tidak mengarahkan aspek yang sempit melainkan ke suatu kesatuan yang utuh dan bermakna. Pembelajaran tematik memungkinkan hal ini dan guru hendaknya menemukan kiat-kiat untuk memunculkan ke permukaan hal-hal yang dicapai melalui dampak pengiring tersebut

G. KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN TEMATIK


 Pembelajaran Tematik Menurut Depdiknas (2006: 6), pembelajaran tematik memiliki beberapa ciri khas antara lain: 1) Pengalaman dan kegiatan belajar sangat relevan dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan anak usia sekolah dasar; 2) Kegiatan kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa; 3) Kegiatan belajar akan lebih bermakna dan berkesan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama; 4)Membantu mengembangkan keterampilan berpikir siswa; 5) Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya; dan 6) Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan tanggap terhadap gagasan orang lain. 

        Selain itu, sebagai model pembelajaran di sekolah dasar/ madrasah ibtidaiyah, Pembelajaran tematik  memiliki karakteristik-karakteristik antaralain: berpusat pada siswa; Memberikan pengalaman langsung; Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas; menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran; bersifat fleksibel; hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa, dan menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan (Depdiknas, 2006)

a. Berpusat pada siswa


        Pembelajaran tematik berpusat pada siswa (student centre), hal ini sesuai dengan pendekatan belajar modern yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subyek belajar sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar. 

b. Memberikan pengalaman langsung


         Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung kepada siswa (direct experiences). Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkret) sebagai dasar untuk memahami ha hal yang lebih abstrak

c. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas 


         Dalam pembelajaran tematik pemisahan antara mata pelajaran menjadi tidak begitu jelas. Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa. 

d. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran 


        Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian, siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal in diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. 

e. Bersifat fleksibel Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel)

 dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan siswa berada 

f. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan 


       Pembelajaran tematik mengadopsi prinsip belajar PAKEM yaitu pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

       Menurut Depdikbud (1996: 3), pembelajaran terpadu sebagai suatu proses mempunyai beberapa karakteristik atau ciri-ciri, yaitu holistik, bermakna, otentik, dan aktif.

a. Holistik


Suatu gejala atau fenomena Yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.

Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa untuk memahami suatu fenomena dari segala sisi. Pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat Siswa menjadi lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian Yang ada di depan mereka.

b. Bermakna


Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang dijelaskan di atas, memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep Yang berhubungan Yang disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi Yang dipelajari.

Rujukan Yang nyata dari segala konsep Yang diperoleh, dan keterkaitannya dengan konsep-konsep Iainnya akan menambah kebermaknaan konsep Yang dipelajari. Selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran Yang fungsional. Siswa mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah Yang muncul di dalam kehidupannya.

c. Otentik


Pembelajaran terpadu memungkinkan siswa memahami secara langsung prinsip dan konsep Yang ingin dipelajarinya melalui kegiatan belajar secara langsung. Mereka memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan guru. Informasi dan pengetahuan Yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Misalnya, hukum pemantulan cahaya diperoleh Siswa melalui kegiatan eksperimen. Guru lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Aktif


Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran baik secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar Yang optimal dengan mempertimbangkan hasrat' minat dan kemampuan Siswa sehingga mereka termotivasi untuk terus• menerus belajar. Dengan demikian pembelajaran terpadu bukan semata-mata merancang aktivitas-aktivitas dari masing-masing mata pelajaran Yang saling terkait. Pembelajaran terpadu bisa saja dikembangkan dari suatu tema Yang disepakati bersama dengan melirik aspek-aspek kurikulum Yang bisa dipelajari secara bersama melalui pengembangan tema tersebut.

  H. SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN TEMATIK


        Menurut Prabowo (2000). langkah-langkah (sintaks) pembelajaran terpadu secara khusus dapat dibuat tersendiri berupa langkah-langkah baru dengan ada sedikit perbedaan yakni sebagai berikut: Pertama Tahap Perencanaan. Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan oleh guru antara lain; (1)Menentukan Kompetensi Dasar; dan (2) Menentukan Indikator dan Hasil Belajar. Kedua, Tahap Pelaksanaan yang meliputi sub-tahap: (1) Proses Pembelajaran oleh Guru. Adapun langkah yang ditempuh guru, antara lain: (1) Menyampaikan konsep pendukung yang harus dikuasai siswa;(2) Menyampaikan konsep-konsep pokok yang akan dikuasai oleh siswa; (3) Menyampaikan keterampilan proses yang akan dikembangkan; (4) Menyampaikan alat dan bahan yang dibutuhkan; dan (5) Menyampaikan pertanyaan kunci. (Tahap Manajemen, yang meliputi langkah-langkah: (1) Pengelolaan kelas, di mana kelas dibagi dalam beberapa kelompok;(2) Kegiatan proses; (3) Kegiatan pencatatan data; dan (4) Diskusi. Ketiga, Evaluasi, yang meliputi: (1) Evaluasi proses. Adapun hal-hal yang menjadi perhatian dalam evaluasi proses terdiri dari: (a) Ketepatan hasil pengamatan; (b)Ketepatan penyusunan alat dan bahan; dan (c) Ketepatan menganalisa data. (2)Evaluasi hasil, yaitu penguasaan konsep-konsep sesuai indikator yang telah ditetapkan. (3) Evaluasi psikomotorik, yaitu penguasaan penggunaan alat ukur

        Sedangkan menurut Hadisubroto (2000: 21), dalam merancang pembelajaran terpadu sedikitnya ada empat hal yang perlu di perhatikan sebagai berikut: (1) Menentukan Tujuan, (2) Menentukan materi/media (3) menyusun skenario KBM, (4) Menentukan eveluasi.









Trianto, 2010 , mengembangkan model pembelajaran tematik, Jakarta; prestasi pustakaraya
Supardi dkk, 2009, profesi keguruan, Jakarta; diadit media.



Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar