Perkembangan Sumber Belajar dari masa ke masa
Sejarah peradaban manusia menunjukkan, manusia mengenal belajar dan dibelajarkan sejak lahir. Sungguhpun tingkat peradabannya masih rendah, manusia belajar untuk dapat hidup dan mempertahankan kehidupannya dengan mempergunakan akal budi di samping naluri yang dimilikinya. Sebagai ilustrasi, dengan memperhatikan gejala alam yang berulang secara beraturan, manusia purba dapat mengetahui kapan terjadi hujan, badai, atau pergantian musim. Dengan memakan daun-daunan atau buah-buahan yang disediakan alam, mereka dapat mengenal mana baik dan tidak baik dijadikan makanan. Mereka juga dapat mengobati luka atau penyakit dengan menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lingkungannya. Melalui pengalaman, mereka dapat memanfaatkan alam untuk mempertahankan hidupnya atau menghindarkan diri dari bencana yang datang dari alam itu sendiri. Akan tetapi, karena keterbatasan kemampuan belajar, tidak jarang juga mereka tidak dapat menaklukkan alam serta menjadi korban bencana alam. Sungguhpun demikian, manusia berupaya mengubah perilaku dengan belajar dari alam agar dapat selamat dan bertahan hidup.
Proses penyebaran pengetahuan yang pada awalnya bersifat mencari dan mendatangi orang serta berpindah-pindah tempat, berangsur-angsur berubah menjadi dicari dan didatangi oleh orang yang memerlukan pengetahuan. Tempat pertemuan mulai menetap dan lebih kerap terjadi di tempat kediaman orang budiman itu. Penyebaran pengetahuan di tempat dan waktu tertentu serta berlangsung dalam waktu tertentu itu merupakan awal dari lahirnya lembaga pendidikan.
Pemberian pengetahuan kepada anak berawal dari keluarga dan berlanjut dari masyarakat serta lingkungannya. Akan tetapi, orang tua/ keluarga merasakan kebutuhan akan pengetahuan tambahan yang tidak dapat mereka berikan.
Dalam proses penyebarluasan pengetahuan, orang budiman dan bijaksana memegang peranan yang dominan sebagai sumber informasi. Penamaan orang budiman dan bijaksana itu pun mulai dikenal dengan sebutan guru, dan yang mencari pengetahuan itu disebut siswa atau murid. Proses penyampaian informasi yang berisi pengetahuan itu disebut dengan mengajar dan proses siswa memperoleh pengetahuan secara sadar dari guru itu disebut belajar.
penemuan kertas di Cina (sekitar tahun 600), Moroco (1100), Spanyol (1151), Itali (1256), Prancis (1348), dan di Jerman (1390), kertas mulai dipergunakan sebagai tempat menulis berbagai informasi termasuk bahan pelajaran. Kemudian, Johannes Gutenberg membuat mesin cetak yang pertama di Jerman (1450) sehingga bahan mengajar yang dipergunakan oleh guru dapat diperbanyak dengan mesin cetak serta dapat disebarluaskan dibaca, dan dipelajari oleh banyak orang. Penemuan mesin cetak tersebut merupakan awal terwujudnya buku cetak dalam bentuk seperti yang dikenal sekarang ini
Penuangan gagasan, pengetahuan, dan ilmu dalam media cetak memberikan pengaruh yang besar dalam memperoleh kesempatan belajar. Guru menyusun bahan belajar untuk siswa dicetak, dan disebarluaskan sehingga siswa dapat belajar di rumah atau di tempat lain. Dengan kehadiran buku pelajaran, lebih banyak orang dapat memperoleh informasi tentang ilmu pengetahuan dan berbagai hal lainnya. Buku pelajaran kemudian menjadi sumber belajar yang memiliki peranan penting dan strategis di samping guru. Penggunaan buku sebagai sumber belajar mengajar berlangsung sampai sekarang ini.
Kemajuan di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang secara cepat, juga memengaruhi proses belajar mengajar di sekolah. Penemuan radio, film, slide, transparansi, Over Head Projector (OHP), komputer dan alat audio visual lainnya serta pendekatan, metode, dan teknik belajar dan membelajarkan juga berkembang cepat membuat cara-cara belajar dan mengajar secara tradisional tidak dapat bertahan. Penemuan-penemuan membuat sumber belajar tidak hanya terbatas pada orang (orangtua, guru dan orang lain) lingkungan dan alam, serta buku, tetapi banyak sumber belajar lain yang ditampilkan dalam berbagai wujud media.
Perubahan sumber belajar utama dalam pendidikan anak mulai dari zaman manusia purba sampai zaman teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dapat digambarkan seperti
Perkembangan sumber belajar, pendekatan, strategi, metode, dan teknik belajar membelajarkan menunjukkan empat tahap penting perkembangan dalam belajar mengajar yang oleh Asbhy (1967) disebut sebagai revolusi dalam pendidikan karena terjadi perubahan yang mendasar dalam penyelenggaraan pendidikan. Tahap pertama, ketika orang tua menyerahkan sebagian dari tugas dan tanggung jawabnya dalam mendidik anak kepada orang lain (guru) atau dari keluarga ke sekolah. Tahap kedua ketika aksara atau tulisan dipergunakan sehingga bahan yang disampaikan dapat ditampilkan dalam bentuk tulisan. Tahap ketiga, ketika ditemukannya mesin cetak sehingga lebih banyak orang dapat memperoleh kesempatan belajar. Tahap keempat, ketika berkembangnya teknologi dalam bidang elektronik dan media komunikasi sehingga membantu guru mempersiapkan dan menyajikan bahan pelajaran serta membuat siswa dapat belajar lebih banyak. Dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang sangat pesat dalam abad ke-21 ini, revolusi di bidang pendidikan seperti yang dimaksudkan Asbhy dapat memasuki tahap yang kelima karena proses belajar membelajarkan dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja dengan menggunakan berbagai jenis sumber belajar yang dapat diperoleh dengan mudah dan cepat dalam berbagai tampilan yang menarik termasuk belajar jarak jauh (distance learning) dan belajar di dunia maya (virtual learning).
Gambar revolusi pendidikan menurut Eric Ashby (1967)
_________________________
Sumber.
Ahmad rohani,2004, pengelolaan pengajaran, jakarta,: Rineka cipta
B.p. Sitepu,2014 pengembangan sumber belajar. Jakarta; raja grafindo
Syaiful Bahri djamarah dan aswan Zein ,2002. strategi belajar mengajar , Jakarta; Rineka cipta
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar