Pendapat Teori Kognitif Piaget Mengenai Pendidikan
Pendapat Teori Kognitif Piaget Mengenai Pendidikan |
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Bagi penganut aliran ini, belajar tidak sekadar melibatkan hubungan antara stimulus dan respons. Namun lebih dari itu, belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks Teori ini sangat erat berhubungan dengan teori sibernetik. Pada masa-masa awal diperkenalkannya teori ini, para ahli mencoba menjelaskan bagaimana siswa mengolah stimulus, dan bagaimana siswa tersebut bisa sampai ke respons tertentu (pengaruh aliran tingkah laku masih terlihat di sini). Namun, lambat laun perhatian ini mulai bergeser. Saat ini perhatian mereka terpusat pada proses bagaimana suatu ilmu yang baru berasimilasi dengan ilmu yang sebelumnya telah dikuasai oleh siswa. Uno hamzah(2010:10)
Teori belajar kognitif merupakan suatu teori belajar yang lebih mementingkan proses belajar dari hasil belajar itu sendiri. Menurut teori ini belajar tidak hanya ditunjukkan oleh perubahan perilaku yang dapat diamati, melainkan perubahan struktur mental internal seseorang yang memberikan kapasitas padanya untuk menunjukkan perubahan perilaku. Struktur mental ini antara lain meliputi pengetahuan, keyakinan, keterampilan, harapan, dan mekanisme lainnya dalam kepala peserta didik. Teori ini menekankan pada potensi peserta didik untuk berperilaku dan bukan perilaku itu sendiri, mementingkan proses mental pada diri peserta didik, seperti berpikir, dan memusatkan pada segala sesuatu yang terjadi pada peserta didik. Proses ini akan memungkinkan peserta didik untuk menginterpretasikan dan mengorganisir informasi secara aktif
Teori-teori belajar yang termasuk dalam kelompok teori kognitif antar lain teori cognitive field, theory schema, dan information-processing theory. Menurut teori cognitive field belajar merupakan perubahan dalam struktur kognitif, maksudnya apabila seseorang melakukan kegiatan belajar maka akan bertambah pengetahuannya. Dalam proses belajar ini yang lebih berperan adalah motivasi dan bukan reward
Teori Kognitif Piaget
Jean Piaget lahir pada 9 Agustus 1896 di Neuchatel, Swiss. Ayahnya adalah ahli sejarah yang mengkhususkan diri di bidang sejarah literatur abad pertengahan. Piaget pada awalnya tertarik pada biologi, dan ketika dia berusia 11 tahun, dia memublikasikan ar tikel satu halaman tentang burung pipit albino yang dilihatnya di taman. Antara usia lima belas dan delapan belas tahun, dia memublikasikan sejumlah artikel tentang kerang. Piaget mencatat bahwa karena publikasinya banyak, dia ditawari posisi kurator koleksi kerang di Museum Geneva saat dia masih duduk di sekolah menengah.
Teori Piaget tidak banyak mendapat perhatian ketika baru pertama muncul, tetapi perlahan-lahan teori ini naik ke posisi atas dalam bidang ilmu perkembangan manusia. Teori Piaget mencakup banyak tipe perkembangan dan kompleks , teori Piaget tetap penting dan memiliki beberapa implikasi yang bermanfaat bagi pengajaran dan pembelajaran.
•Inteligensi
Piaget menentang pendefinisian intelligence (inteligensi) dalam term jumlah item yang dijawab dengan benar dalam tes inteligensi. Menurut Piaget, tindakan yang cerdas adalah tindakan yang menimbulkan kondisi yang mendekati optimal untuk kelangsungan hidup organisme. Dengan kata lain, inteligensi memungkinkan organisme untuk menangani secara efektif lingkungannya. Karena lingkungan dan organisme senantiasa berubah, sebuah interaksi yang "cerdas" antara keduanya juga pasti terus-menerus berubah. Sebuah tindakan yang cerdas selalu cenderung menciptakan kondisi optimal untuk survival organisme di dalam situasi yang sedang dialaminya. Jadi, menurut Piaget, inteligensi adalah ciri bawaan yang dinamis sebab tindakan yang cerdas akan berubah saat organisme itu makin matang secara biologis dan mendapat pengalaman. Menurut Piaget, inteligensi adalah bagian integral dari setiap organisme karena semua organisme yang hidup selalu mencari kondisi yang kondusif untuk kelangsungan hidup mereka. Namun, bagaimana kecerdasan memanifestasikan dirinya pada waktu tertentu akan selalu bervariasi sesuai kondisi yang ada. Teori Piaget sering disebut sebagai genetic epistemology (epistemologi genetik) karena teori ini berusaha melacak perkembangan kemampuan intelektual. Perlu dijelaskan bahwa di sini istilah genetic mengacu pada pertumbuhan developmental bukan warisan biologis.
•Ekuilibrasi
Menurut piaget, perkembangan kognitif tergantung pada empat faktor: pertumbuhan biologis, pengalaman dengan lingkungan fisik, pengalaman dengan lingkungan sosial, dan ekuilibrasi. Faktor keempat. Ekuilibrasi mengacu pada dorongan biologis untuk menciptakan sebuah kondisi keseimbangan atau ekuilibrium (atau adaptasi) yang optimal antara struktur struktur kognitif dan lingkungan (Duncan, 1995), Ekuilibrasi merupakan faktor utama dan dorongan motivasi di belakang perkembangan kognitif. Ekuilibrasi mengoordinasikan tindakan-tindakan dari tiga faktor lainnya dan membuat struktur struktur mental dan realitas lingkungan eksternal konsisten terhadap satu sama lain.
Untuk mengilustrasikan peran ekuilibrasi, kita misalkan seorang anak berusia 6 tahun bernama Allison sedang bepergian di dalam mobil besama ayahnya. Mobil mereka bergerak dengan kecepatan 65 mph, dan sekitar 100 yard di depan mereka ada sebuah mobil Mereka telah mengikuti mobil tersebut selama beberapa waktu, dan jarak antara mobil tersebut dan mobil mereka tetap sama. Ayahnya menunjuk mobil tersebut dan bertanya pada Allison, "Mobil yang mana yang bergerak lebih cepat, mobil kita atau mobil itu, atau apakah kecepatannya sama?" Allison menjawab bahwa mobil yang ada di depan lebih cepat. Ketika ayahnya bertanya mengapa, ia menjawab, "Karena mobil itu di depan kita." Jika ayahnya kemudian mengatakan "Sebenarnya kita bergerak dengan kecepatan yang sama dengan mobil itu," Allison akan bingung. la yakin bahwa mobil yang satunya bergerak lebih cepat, tetapi ia menerima input lingkungan yang berlawanan Untuk menyelesaikan pertentangan tersebut, Allison dapat menggunakan satu dari dua proses komponen dari ekuilibrasi asimilasi dan akomodasi.
•Asimilasi
Asimilasi mengacu pada menyesuaikan realita eksternal dengan struktur kognitif yang telah ada. Ketika kita berinterpretasi, menganalisis, dan merumuskan, kita mengubah sifat realita untuk membuatnya sesuai dengan struktur kognitif kita. 'Untuk mengasimilasi informasi tadi, Allison mungkin akan mengubah realita dengan meyakini bahwa ayahnya bercanda atau barang kali pada saat itu dua mobil tersebut bergerak dengan kecepatan sama, tetapi mobil yang satunya tadinya bergerak lebih cepat.
•Akomodasi
Akomodasi adalah mengubah struktur-struktur internal untuk memberikan konsistensi dengan realitas eksternal. Kita berakomodasi ketika kita menyesuaikan ide-ide kita untuk memahami realita. Untuk mengakomodasikan sistem (struktur-struktur) keyakinannya terhadap informasi yang baru, Allison dapat meyakini ayahnya tanpa memahami mengapa demikian atau ia dapat mengubah sistem keyakinannya untuk memasukkan ide bahwa semua mobil yang ada di depan mereka bergerak dengan kecepatan yang sama dengan mereka. Asimilasi dan akomodasi merupakan dua proses yang saling melengkapi. Ketika realita diasimilasikan, struktur-struktur diakomodasikan
•Tahapan tahapan perkembangan kognitif piaget
Piaget membagi tahapan perkembangan kognitif dalam 4 tahap 1. sensori-motor ( lahir sampai 2 tahun), tahap pra-operasional (2 sampai 7 tahun), tahap operasional konkret (7 sampai 11 tahun), dan tahap operasional formal (11 tahun sampai dewasa).
tahapan sensorikmotor, tindakan-tindakan anak spontan dan menunjukkan usaha untuk memahami dunia. Pemahaman bersumber dari tindakan di saat sekarang. Misalnya; bola untuk dilempar dan botol untuk disedot.
Anak-anak pada tahapan praoperasional mampu membayangkan masa mendatang dan berpikir tentang masa yang telah lewat, meskipun persepsi mereka masih sangat berorientasi pada masa sekarang. Mereka cenderung meyakini bahwa 10 koin yang diajarkan melintang dalam sebuah baris lebih banyak daripada 10 koin yang ditumpuk ke atas.
Tahapan operasional konkret ditandai dengan pertumbuhan kognitif yang luar biasa dan merupakan tahapan formatif dalam pendidikan sekolah, karena ini masanya bahasa dan penguasaan keterampilan keterampilan dasar anak-anak bertambah cepat secara dramatis. Anak-anak mulai menunjukkan beberapa pemikiran abstrak meskipun biasanya didefinisikan dengan karakter karakter atau tindakan-tindakan (misalnya; kejujuran adalah mengembalikan uang kepada orang yang kehilangan uang tersebut). Anak-anak pada Tahapan operasional konkret memperlihatkan pikiran yang sudah lebih tidak egosentris, dan bahasanya menjadi makin bersifat sosial.
Tahapan operasional formal mengembangkan pikiran operasional konkret. Pikiran anak anak pada tahapan ini tidak lagi hanya terfokus pada hal-hal yang dapat dilihat: anak-anak mampu berpikir tentang situasi-situasi hipotesis atau pengandaian. Kapabilitas penalaran mereka meningkat dan mereka dapat berpikir tentang lebih dari satu dimensi dan karakter-karakter abstrak. Egosentrisme muncul pada diri remaja di mana mereka membandingkan antara kenyataan dan kondisi ideal sehingga mereka sering memperlihatkan cara berpikir yang idealistik.
•Pendapat piaget tentang pendidikan
Menurut Piaget, pengalaman pendidikan harus dibangun di seputar struktur kognitif pembelajar. Anak-anak berusia sama dan dari kultur yang sama cenderung memiliki struktur kognitif yang sama, tetapi adalah mungkin bagi mereka untuk memiliki struktur kognitif yang berbeda dan karenanya membutuhkan jenis materi belajar yang berbeda pula. Di satu sisi, materi pendidikan yang tidak bisa diasimilasikan ke struktur kognitif anak tidak akan bermakna bagi si anak. Jika, di sisi lain, materi bisa diasimilasi secara komplet, tidak akan ada proses belajar yang terjadi. Agar belajar terjadi, materi perlu sebagian sudah diketahui dan sebagian belum. Bagian yang sudah diketahui akan diasimilasi, dan bagian yang belum diketahui akan menimbulkan modifikasi dalam struktur kognitif anak. Modifikasi ini disebut akomodasi, yang dapat disamakan dengan belajar. Jadi, menurut Piaget, pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan pertumbuhan intelektual. Untuk menciptakan jenis pengalaman ini, guru harus tahu level fungsi struktur kognitif siswa. Maka kita melihat, baik itu Piaget (wakil dari paradigma kognitif) maupun kaum behavioris, telah mendapatkan kesimpulan yang sama mengenai pendidikan: yakni, pendidikan harus diindividualisasikan, Piaget mendapatkan kesimpulan ini dengan menyadari bahwa kemampuan untuk mengasimilasi akan bervariasi dari satu anak ke anak yang lain dan bahwa materi pendidikan harus disesuaikan dengan struktur kognitif anak. Behavioris mencapai kesimpulannya dengan menyadari bahwa penguatan haruslah kontingen (bergantung) pada perilaku yang tepat, dan penyaluran penguat yang tepat membutuhkan hubungan tatap muka antara satu orang guru dan satu murid atau antara murid dan materi pendidikan.
------------------------
Sumber:
Dale H. Schunk, learning theories an educational perspective, edisi ke enam(yogyakarta : pustaka pelajar, 2012)
B. R. Hergenhahn dan Metthew H. Olson, theories of learning, edisi ke tujuh (jakarta; kencana, 2009)
Hamzah b. Uno, orientasi baru dalam psikologi pembelajaran, (jakarta :bumi akasara, 2010)
Zainal Abidin Arif, landasan teknologi pendidikan, Bogor: uika press 2015
Bagikan Artikel
Komentar
Posting Komentar