Materi Pilar Negara ( NKRI ) TWK SKD CPNS


Materi Pilar Negara ( NKRI ) TWK SKD CPNS
Materi Pilar Negara ( NKRI ) TWK SKD CPNS




NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

Para  pendiri  bangsa  (the  founding  fathers)  sepakat  memilih  bentuk  negara  kesatuan  karena  bentuk  negara  kesatuan  itu  dipandang paling cocok bagi bangsa Indonesia yang memiliki berbagai  keanekaragaman,  untuk  mewujudkan  paham  negara  integralistik (persatuan) yaitu negara hendak mengatasi segala paham  individu  atau  golongan  dan  negara  mengutamakan  kepentingan umum.

Negara   Kesatuan   Republik   Indonesia   adalah   negara   yang   dibentuk  berdasarkan  semangat  kebangsaan  (nasionalisme)  oleh  bangsa  Indonesia  yang  bertujuan  melindungi  segenap  bangsa dan seluruh tampah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan  umum,  mencerdaskan  kehidupan  bangsa  dan  ikut  serta       melaksanakan       ketertiban       dunia       berdasarkan       kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Negara   Kesatuan   Republik   Indonesia   merupakan   sebuah   negara  yang  berada  di  bumi  belahan  bagian  timur  di  Benua  Asia tepatnya Asia bagian tenggara. Indonesia diapit oleh dua samudera yaitu samudera pasifik dan samudera hindia dengan iklim  teropis  serta  letak  astronomis  6o  lintang  utara  –  11o  lintang selatan dan 95o bujur timur – 141o bujur timur. 

Indonesia  juga  dilewati  oleh  dua  pegunungan  muda  dunia  yakni disebelah barat dengan Mediterania serta sebelah timur dengan  Pegunungan  Sirkum  Pasifik.  Mempunyai  tiga  zona waktu yang berbeda yaitu Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia  Tengah  (WITA),  dan  Waktu  Indonesia  Timur  (WIT).  Serta tercatat sebagai Negara kepulauan terbesar yang ada di dunia dengan total luas wilayahnya sebesar 1.904.569 KM2.

Selain  itu,  Indonesia  juga  memiliki  identitas  resmi  sebagai  suatu negara, diantaranya :

  1. Indonesia Raya sebagai Lagu kebangsaan.
  2. Bendera Merah Putih sebagai Bendera Kebangsaan.
  3. Burung Garuda sebagai simbol Kebangsaan.
  4. Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan Kebangsaan.

a. Terbentuknya NKRI

1. Pembentukan dan Perkembangan Awal NKRI

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memiliki sifat sebagai berikut:

Sejak  pagi  hari  pada  tanggal  17  Agustus 1945 telah diadakan persiapan- persiapan   di   rumah   Ir.  Soekarno  di  Pegangsaan  Timur  56  untuk  menyambut  proklamasi  kemerdekaan    Indonesia.    Lebih    kurang  1000  orang  telah  hadir  untuk     menyaksikan     peristiwa     yang   maha   penting itu.   Pada   pukul 10 kurang lima menit Hatta datang  dan  langsung  masuk  ke  kamar       Soekarno.    Kemudian       kedua  pemimpin  itu  menuju  ke  ruang  depan,  dan  acara  segera dimulai  tepat  pada  jam  10  sesuai  dengan  waktu  yang  telah  direncanakan. Soekarno membacakan naskah proklamasi yang sudah diketik dan ditandatangani bersama dengan Moh. Hatta.

Sehari setelah Proklamasi Kemerdekaan, pada tanggal 18 Agustus  1945,  PPKI  mengadakan  sidangnya  yang  pertama.  Dalam  sidang  itu  mereka  menghasilkan  beberapa  keputusan  penting  berikut:

  • Mengesahkan UUD yang sebelumnya telah dipersiapkan oleh  Dokuritsu  Junbi  Cosakai  (yang  sekarang  dikenal  dengan nama UUD 1945) 
  • Memilih  Ir.  Soekarno  sebagai  presiden  dan  Drs.  Moh.  Hatta sebagai wakil presiden.
  • Dalam  masa  Peralihan  Presiden  untuk  sementara  waktu  akan dibantu oleh sebuah Komite Nasional.

Pada   tanggal   19   Agustus   1945,   Presiden  dan  wakil  presiden  memanggil  beberapa  anggota  PPKI  beserta   golongan   cendekiawan   dan   pemuda   untuk   membentuk   “Komite       Nasional       Indonesia       Pusat”   (KNIP).   

KNIP   akan   berfungsi sebagai Dewan Perwakilan Rakyat   (DPR),   sebelum   terbentuknya  DPR  hasil  pilihan  rakyat.  Sejak  hari  itu  sampai  awal  September, Presiden dan wakil Presiden   membentuk   kabinet   yang   sesuai dengan UUD 1945 dipimpin oleh Presiden sendiri dan mempunyai 12 departemen serta menentukan  wilayah  RI  dari  Sabang  sampai  Merauke  yang  dibagi  menjadi  8  propinsi  yang  masing- masing  dikepalai  oleh  seorang  Gubernur.  Propinsipropinsi  itu  adalah  Sumatra,  Jawa  Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara).

2. Tujuan NKRI

Tujuan  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  (NKRI)  terdapat  dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat yaitu “Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan  kesejahteraan  umum,  mencerdaskan  kehidupan  bangsa,  dan  ikut  melaksanakan  ketertiban  dunia  yang  berdasarkan  kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial”.

sehingga tersirat tujuan negara yaitu:

  • melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia 
  • memajukan  kesejahteraan  umum,  
  • mencerdaskan  kehidupan  bangsa,  
  • ikut  melaksanakan  ketertiban  dunia  yang  berdasarkan  kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial

b. Konsep Negara Kesatuan Menurut UUD 1945

  • Perubahan   Undang-Undang   Dasar   Negara   Republik   Indonesia Tahun 1945 mengukuhkan keberadaan Indonesia  sebagai  Negara  Kesatuan  dan  menghilangkan  keraguan  terhadap  pecahnya  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia.
  • Pasal-pasal    dalam    Undang-Undang    Dasar    Negara    Republik Indonesia Tahun 1945 telah memperkukuh prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak sedikit  pun  mengubah  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  menjadi negara federal.
  • Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  sebagai  bentuk  final negara bagi bangsa Indonesia. Hal ini ditegaskan dengan  menyatakan  bahwa  Pasal  1  ayat  1  tidak  dapat  diubah.
  • Pasal-pasal  Undang-Undang  Dasar  yang  menyebutkan  tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam lima Pasal, yaitu: Pasal 1 ayat (1), Pasal 18 ayat (1), Pasal 18B ayat (2), Pasal 25A dan pasal 37 ayat (5).
  • Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang merupakan naskah asli mengandung prinsip bahwa ”Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan,  yang  berbentuk  Republik.”  Pasal  ini  merupakan naskah asli yang tidak dilakukan perubahan.
  • Pada 13 Desember 1957 pemerintah Indonesia mengeluarkan   Deklarasi   Djuanda.   Deklarasi   itu   menyatakan:   “Bahwa  segala  perairan  di  sekitar,  di  antara,  dan  yang  menghubungkan   pulau-pulau   yang   termasuk   dalam   daratan  Republik  Indonesia,  dengan  tidak  memandang  luas   atau   lebarnya,   adalah   bagian   yang   wajar   dari   wilayah daratan Negara Republik Indonesia dan dengan demikian  merupakan  bagian  daripada  perairan  pedalaman atau perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan  Negara  Republik  Indonesia.  Penentuan  batas  laut  12 mil yang diukur dari garis-garis yang menghubungkan titik terluar pada pulau-pulau Negara Republik Indonesia akan ditentukan dengan undang- undang.”
  • Sebelumnya,  pengakuan  masyarakat  internasional  mengenai batas laut teritorial hanya sepanjang 3 mil laut terhitung dari garis pantai pasang surut terendah.
  • Deklarasi Juanda menegaskan bahwa Indonesia merupakan  satu  kesatuan  wilayah  Nusantara.  Laut  bukan  lagi  sebagai   pemisah,   tetapi   sebagai   pemersatu   bangsa   Indonesia. Prinsip ini kemudian ditegaskan melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4/ PRP/1960 tentang Perairan Indonesia

c. Pengertian Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

Proklamasi  kemerdekaan  bangsa  Indonesia  merupakan  awal  dibentuknya  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia.  Negara  Indonesia   yang   diproklamasikan   oleh   para   pendiri   negara   adalah negara kesatuan. Pasal 1 ayat (1) UUD Negara Republik Indonesia  Tahun  1945  menyatakan,  ”Negara  Indonesia  adalah  negara  kesatuan  yang  berbentuk  republik”.  

Para  pendiri  negara  menekankan  pentingnya  persatuan  dan  kesatuan yang diwujudkan dalam kehidupan bangsa Indonesia. Para pendiri negara telah mewariskan nilai-nilai persatuan dan kesatuan dalam Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun  1945.  Pancasila  dan  UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun 1945 mengatur persatuan dan kesatuan dalam beberapa ketentuan, yaitu sebagai berikut:

  1. Sila ke-3 Pancasila, ”Persatuan Indonesia”; 
  2. Pembukaan UUD 1945 alinea IV, ”... Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada ... persatuan Indonesia ...”; 
  3. serta Pasal 1 ayat (1) UUD 1945, ”Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk Republik”.

Konstitusi  negara  Indonesia  juga  secara  tegas  mengakui  dan  menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yang bersifat  istimewa  dan  masyarakat  hukum  adat  serta  hak-hak  tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan  masyarakat  dan  prinsip  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia (NKRI). Adapun yang dimaksud dengan masyarakat hukum adat adalah masyarakat hukum adat atau adat istiadat seperti desa, marga, nagari, gampong, huta, dan huria.

Kesatuan-kesatuan  masyarakat  hukum  yang  telah  disebutkan,  selain dihormati dan diakui dalam sistem pemerintahan negara Indonesia  juga  mempunyai  hak  hidup  yang  sederajat  dengan  kesatuan   pemerintahan   lain   seperti   kabupaten,   kota   dan   provinsi.  Hal  ini  dipertegas  kembali  dalam  Pasal  18B  ayat  (2)  UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  yang  berbunyi,  ”Negara  mengakui  dan  menghormati  kesatuan-kesatuan  masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Dengan demikian,  berdasarkan  ketentuan  pasal  ini,  negara  mengakui  dan  menghormati  hak-hak  masyarakat  hukum  adat  seperti  desa,  marga, nagari, gampong, huta, dan huria.

Dalam  perkembangannya,  mengingat  luasnya  wilayah  negara,  urusan  pemerintahan  yang  semakin  kompleks,  dan  jumlah  warga  negara  yang  makin  banyak  dan  heterogen  maka  dilaksanakan azas otonomi dan tugas perbantuan. Pasal 18, 18A, dan 18B  UUD  Negara  Republik  Indonesia  Tahun  1945  menegaskan  bahwa  Negara  Kesatuan  Republik  Indonesia  adalah  negara  kesatuan dengan sistem pemerintahan daerah yang berasaskan desentralisasi,  dekonsentrasi  dan  tugas  pembantuan.  Majelis  Permusyawartan  Rakyat  Republik  Indonesia  (MPR  RI)  menyatakan  bahwa  ada  tujuh  prinsip  yang  menjadi  paradigma  dan  arah politik yang mendasari pasal-pasal 18, 18A, dan 18B, yaitu sebagai berikut:

  • Prinsip  daerah  mengatur  dan  mengurus  sendiri  urusan  pemerintahan  menurut  asas  otonomi  dan  tugas  pembantuan. 
  • Prinsip menjalankan otonomi seluas-luasnya. 
  • Prinisp kekhususan dan keragaman daerah.
  • Prinsip   mengakui   dan   menghormati   kesatuan   masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya. 
  • Prinsip   mengakui   dan   menghormati   pemerintahan   daerah yang bersifat khusus dan istimewa. 
  • Prinsip badan perwakilan dipilih langsung dalam suatu pemilihan umum. 
  • Prinsip hubungan pusat dan daerah dilaksanakan secara selaras dan adil.

Pemberian  otonomi  yang  seluas-luasnya  kepada  daerah  diarahkan  untuk  mempercepat  terwujudnya  kesejahteraan  masyarakat  melalui  peningkatan  pelayanan,  pemberdayaan,  dan  peran  serta  masyarakat.  Pemberian  otonomi  daerah  ini  dilaksanakan  berdasarkan  prinsip  negara  kesatuan  sehingga  otonomi   daerah   merupakan   subsistem   dari   negara   kesatuan.   Dalam negara kesatuan kedaulatan hanya ada pada pemerintah pusat dan tidak ada pada daerah. Pemerintahan daerah dalam negara  kesatuan  merupakan  satu  kesatuan  dengan  pemerintahan  nasional.  Oleh  karena  itu,  walaupun  daerah  diberikan  kewenangan  otonomi  seluas luasnya  akan  tetapi  tanggung  jawab akhir tetap berada di tangan pemerintah pusat.

d. Peran Daerah dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

  1. Kemerdekaan  bangsa  Indonesia  merupakan  hasil  perjuangan rakyat di seluruh wilayah Indonesia. 
  2. Seluruh  rakyat  berjuang  bersama  untuk  merebut  hak  bangsa yang diambil oleh penjajah. Semenjak kedatangan  bangsa  Barat  berawal  dengan  melakukan  perdagangan  di  Indonesia.  Namun  dengan  perubahan  sikap  bangsa Barat yang ingin menguasai dan menjajah Indonesia, maka semenjak itu perjuangan bangsa Indonesia untuk   mempertahankan   hak   tidak   pernah   kunjung   padam. Kedatangan  bangsa  Portugis,  Belanda,  dan  Jepang  di  wilayah  Indonesia  yang  diteruskan  dengan  penjajahan,  mendapat  perlawanan  dari  bangsa  Indonesia  di  berbagai  daerah.  Perlawanan  selama  penjajahan  Portugis  antara  lain:  perlawanan  rakyat  Maluku  dipimpin  oleh  Sultan  Harun,  perlawanan  rakyat  Demak  menyerang  Malaka  dipimpin  oleh  Pati  unus  dan  menyerang  Sunda  Kelapa  dipimpin  oleh  Falatehan.  Selama  penjajahan  Belanda   banyak   perlawanan   antara   lain   perlawanan   rakyat Aceh dipimpin oleh Tjut Nyak Dien, Teuku Umar, Panglima  Polem,  dan  yang  lain.  Perlawanan  rakyat  di  Sumatra Utara dipimpin oleh Raja Sisingamangaraja XII.

Perlawanan  di  daerah  Jawa  dengan  tokohnya  seperti  Sultan  Ageng  Tirtayasa,  Sultan  Agung,  dan  Pangeran  Diponegoro.  Di  Kalimantan  rakyat  melawan  penjajahan  dipimpin  oleh  Pangeran  Antasari,  perlawanan  rakyat  Sulawesi  dengan  tokoh  Sultan  Hasanudin  dan  Maluku  dipimpin  oleh  Pattimura, serta  perlawanan  rakyat  Bali  dipimpin oleh I Gusti Ketut Jelantik.


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar