Contoh Paragraf Argumentasi dengan penjelasan


Contoh Paragraf Argumentasi dengan penjelasan

Paragraf argumentasi adalah paragraf yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat kesimpulan dengan data/fakta sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan sebagai penyokong opini tersebut (Wikipedia, 2011).

Secara umum, setidaknya terdapat enam hal yang harus dijawab untuk meyakinkan pembaca bahwa sebuah paragraf adalah berjenis argumentasi, yakni adanya 

1. pernyataan faktual, 

2. asumsi, 

3. uraian definisi, 

4. uraian teoretis, 

5. pendekatan, dan 

6. tujuan (Suparno, 2002: 5.35). 

Artinya, jika terdapat sebuah paragraf yang diduga argumentasi dan kita harus membuktikannya, maka keenam sarana di atas digunakan untuk menjawabnya atau menghubungkannya. 

Berikut contoh Paragraf Argumentasi, dengan penjelasan serta alasan kenapa paragraf berikut berbentuk argumentasi.

CONTOH PARAGRAF ARGUMENTASI TENTANG BAHASA


Meretas Upaya Mempertahankan Bahasa Daerah sebagai Bahasa Ibu Guna Meningkatkan Semangat Kebangsaan: Sebuah Paparan Awal Oleh: Venus Khasanah

Proses pemerolehan bahasa, baik bahasa pertama (B1) maupun bahasa kedua (B2), memiliki tahapan-tahapan dalam sebuah sistem yang secara umum saling mengait. Selain itu, tahapan yang terjadi juga merupakan sebuah piranti yang sangat dinamis. Kedinamisan ini merupakan salah satu konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, yang juga membawa perubahan pada pola pengasuhan sebagian orang tua dalam membimbing anak dalam pemerolehan bahasa. Perubahan pola pengasuhan ini bukan tanpa alasan. Tuntutan era global, mau tidak mau, telah membuat para orang tua, perlu berpikir bahwa mereka harus membiasakan anak berbahasa sesuai dengan tuntutan lingkungan yang telah berubah sangat cepat. Jika dulu bahasa Inggris, misalnya, dipandang sebagai bahasa yang dikuasai setelah bahasa Indonesia (B2), dan bahasa Indonesia dikuasai setelah bahasa ibu (B1), maka rentetan proses ini sudah mulai berubah.

Banyak keluarga muda yang memperkenalkan B1 berupa bahasa Indonesia, meskipun mereka tidak tinggal di Jakarta. Pembiasaan ini pun kemudian berlanjut dengan memperkenalkan si anak dengan bahasa Inggris, atau bahasa asing lainnya, karena pelajaran bahasa tersebut juga sudah diberikan mulai SD. Dengan pembiasaan ini, para orang tua berharap agar anaknya dapat mulai membiasakan diri untuk menguasai bahasa Indonesia dan bahasa Inggris seawal mungkin. Hal ini sejalan dengan pemikiran Garcia (1983) yang menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). Tanpa adanya pembiasaan sedini mungkin, harapan agar si anak dapat berbahasa secara lengkap tentu akan sulit. 

Namun, perkembangan yang sangat cepat ini menyebabkan munculnya salah satu ekses yang berdampak pada semakin lunturnya penggunaan B1, yakni bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Sudah bukan hal yang aneh jika anak-anak dengan latar belakang keluarga muda di beberapa wilayah Indonesia dibiasakan menggunakan komunikasi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam keluarga. Akibatnya, ketika berada dalam komunitas bermainnya, si anak cenderung menggunakan bahasa yang "gado-gado". Akibat lebih lanjut, si anak kurang memahami penggunaan kaidah bahasa daerah. Jika si anak sebagai generasi muda tidak lagi mengetahui bahasa budaya yang ada, bagaimanakah nasib bahasa daerah di kelak kemudian hari. Oleh karena itu, perlu ditelusuri faktor-faktor yang menyebabkan lunturnya penguasaan B1 bahasa daerah sebagai bahasa ibu jika dikaitkan dengan teori pemerolehan bahasa.


Penjelasan dan analisa satu per satu


1. Pernyataan Faktual: Pernyataan ini dapat dilihat dalam untaian kalimat pertama sampai ketiga, "Proses pemerolehan bahasa, baik bahasa pertama (B1) maupun bahasa kedua (B2), memiliki tahapan-tahapan dalam sebuah sistem yang secara umum saling mengait. Selain itu, tahapan yang terjadi juga merupakan sebuah piranti yang sangat dinamis. Kedinamisan ini merupakan salah satu konsekuensi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat, yang juga membawa perubahan pada pola pengasuhan sebagian orang tua dalam membimbing anak dalam pemerolehan bahasa."

2. Asumsi: Asumsi ini dapat dilihat pada paragraf ketiga yang menggambarkan bahwa perkembangan pemerolehan bahasa yang sangat cepat ini menyebabkan munculnya salah satu ekses yang berdampak pada semakin lunturnya penggunaan B1, yakni bahasa daerah sebagai bahasa ibu. Sudah bukan hal yang aneh jika anak-anak dengan latar belakang keluarga muda di beberapa wilayah Indonesia dibiasakan menggunakan komunikasi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam keluarga

3. Uraian Definisi: Uraian dalam konteks ini menjelaskan bahwa jika dulu bahasa Inggris, misalnya, dipandang sebagai bahasa yang dikuasai setelah bahasa Indonesia (B2), dan bahasa Indonesia dikuasai setelah bahasa ibu (B1), maka rentetan proses ini sudah mulai berubah.

4. Uraian Teoretis: Uraian dalam konteks ini berfungsi untuk menjembatani kesenjangan antara yang sudah ada dengan kenyataan yang ada sebagaimana pemikiran Garcia (1983) yang menjelaskan bahwa pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri kesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan, yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit (sintaksis). Tanpa adanya pembiasaan sedini mungkin, harapan agar si anak dapat berbahasa secara lengkap tentu akan sulit.

5. Pendekatan: Dalam konteks ini, pendekatan yang digunakan adalah sarana untuk menjawab permasalahan yang diungkapkan sebagaimana terdapat dalam pernyataan 1 - 5, yakni perlunya penelusuran faktor faktor yang menyebabkan lunturnya penguasaan Bl bahasa daerah sebagai bahasa ibu jika dikaitkan dengan teori pemerolehan bahasa.

6. Tujuan: Tujuan yang ingin dipaparkan adalah sebagaimana yang terdapat dalam judul tulisan bahwa perlu upaya mempertahankan bahasa daerah sebagai bahasa ibu guna meningkatkan semangat kebangsaan.

Atas dasar analisis tersebut, tentu Anda sudah dapat menunjukkan bagian yang merupakan kata kunci tulisan argumentasi, bukan? Yang jelas. tulisan argumentasi ditulis tidak sekadar meyakinkan pembaca saja, melainkan adanya harapan bahwa sebuah paragraf argumentasi dapat berguna untuk hal-hal berikut (Suparno, 2002:5.36).

a Membantah atau menentang suatu usul atau pernyataan tanpa berusaha meyakinkan atau memengaruhi pembaca untuk memihak. Tujuan utama kemungkinan ini adalah semata-mata menyampaikan pandangan 
b. Mengemukakan alasan atau bantahan sedemikian rupa dengan memengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujui. 
c. Mengusahakan suatu pemecahan masalah.
d. Mendiskusikan suatu persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian

Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar