Festival Bau Nyale Lombok NTB


 

Festival Bau Nyale
Festival Bau Nyale Lombok NTB

Setiap tanggal dua puluh kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama menjelang fajar di Pantai Seger selalu berlangsung acara menari dan dipadati wisatawan yang ingin menyaksikan acara tersebut. Festival ini dinamakan bau nyale, yang dalam bahasa Sasak berarti menangkap nyale. Nyale adalah sejenis cacing laut yang biasa hidup di dasar laut, seperti lubang-lubang batu karang, sedangkan bau artinya menangkap 

Acara inti dalam festival ini adalah menangkap nyale yang hanya muncul setahun sekali di beberapa lokasi tertentu pantai selatan Pulau Lombok. Nyale akan muncul pada pertengahan malam sampai menjelang subuh. Sebelum acara di mulai, ditampilkan dahulu kesenian dan acara tradisional yang dipentaskan masyarakat sekitar. Acara-acara yang ditampilkan, di antaranya berbalas pantun (betandak), pesiar dengan perahu (belancaran), dan pemberian cendera mata kepada orang yang dicintai (Bejambik). Bukan hanya acara itu saja, tetapi masyarakat sekitar mencoba menyuguhkan drama kolosal mengenai Putri Mandalika yang menjelma menjadi nyale.

Kegiatan budaya di suatu daerah hampir tidak terpisahkan dari mitos, cerita atau legenda yang berkembang dalam masyarakat setempat. Kisah-kisah tersebut biasanya diceritakan turun-temurun, dari yang tua kepada yang muda. Masyarakat Pulau Lombok juga memiliki sebuah festival bau nyale yang setiap tahunnya selalu diadakan dan festival ini dilatarbelakangi oleh sebuah legenda yang sangat dipercaya kebenarannya oleh masyarakat setempat, yaitu legenda Putri Mandalika dari Kerajaan Tojang Beru. 

Zaman dahulu, di selatan Pulau Lombok terdapat kerajaan bernama Tojang Beru. Baginda raja memiliki seorang putri bernama Putri Mandalika, ia sangat anggun dan cantik jelita. Kecantikannya sampai menyebar seantero negeri, hingga suatu saat banyak para pangeran dari kerajaan kerajaan besar yang ingin meminangnya menjadi seorang istri. Akan tetapi, apa daya semua lamaran pangeran ditolak oleh Putri Mandalika. Ada dua pangeran yang sangat murka atas penolakan ini, mereka adalah Pangeran Datu Teruna dari Kerajaan Johor dan Pangeran Maliawang dari Kerajaan Lipur. Mereka bersaing secara tidak sehat, sampai suatu saat mengancam akan menghancurkan Kerajaan Tanjung Beru, apabila lamarannya ditolak oleh Putri Mandalika. 

Sang putri tidak bergeming, ia terus melakukan semedi untuk meminta petunjuk dan akhirnya ia mendapat wangsit agar mengundang kedua pangeran dan para rakyatnya pada tanggal 20 bulan 10 (bulan Sasak) untuk berkumpul di pantai Kuta Lombok. Setelah rakyat dan kedua pangeran berkumpul, Putri Mandalika datang menggunakan gaun indah dan ia terlihat sangat cantik. Kemudian, Sang putri berdiri di atas batu karang laut lepas dan berbicara bahwa ia tidak akan memilih siapapun untuk mendampinginya, ia ingin mengabdikan seluruh hidupnya untuk rakyat dan memberikan manfaat bagi seluruh rakyat Tonjang Beru Untuk itu, ia akan berubah menjadi nyale yang setiap tahunnya akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat sekitar. Akhirnya, Putri Mandalika menceburkan diri ke dalam laut lepas dan ditelan gelombang, angin kencang disertai kilat yang menggelegar. Kemudian, muncullah sejumlah binatang kecil yang disebut nyale.

Banyak pengunjung yang datang ke Pulau Lombok dari berbagai tempat hanya untuk menyaksikan suasana riuh dan ramai ketika menangkap nyale. Pada festival ini tampak suasana kebersamaan di mana masyarakat membaur menjadi satu dengan lainnya mencari nyale secara sportif

Bau Nyale ada di 16 pantai yang memanjang sejauh 72 kilometer dari arah timur hingga ke barat di selatan Lombok Tengah, terutama dilaksanakan di Pantai Seger dan sekitarnya. Keindahan pantai ini membuat hati para wisatawan menjadi kagum melihat segala pemandangan alamnya. Perairan di sekitar Pantai Kuta hingga Pantai Tanjung Aan sangat cocok untuk berenang. Pantai ini terletak di bagian selatan Pulau Lombok, kira-kira 54 km tenggara Kota Mataram. Suasananya tenang dan senyap dalam menyambut langkah-langkah di antara pasir putih halus yang membenteng dari ujung barat ke ujung timur dengan puluhan kawasan wisata mulai dari Pantai Ujung Kelor yang berbatasan dengan Lombok Timur, hingga Pantai Pengantap di Lombok Barat.

Untuk menuju Desa Kuta, wisatawan bisa menggunakan transportasi umum dari Terminal Mandalika Kota Mataram menuju Praya (Ibu kota Kabupaten Lombok Tengah) yang berjarak kurang lebih 30 km. Dari sana tidak ada yang langsung menuju lokasi wisata karenanya harus menyewa mobil menuju Desa Kuta.


Baca Juga

Bagikan Artikel



Komentar